Nasional HARI SANTRI 2023

Sosiawan Leak Deklamasikan Puisi 'Orang-Orang Sarungan' di Acara Sarung Santri Nusantara

Ahad, 22 Oktober 2023 | 17:30 WIB

Sosiawan Leak Deklamasikan Puisi 'Orang-Orang Sarungan' di Acara Sarung Santri Nusantara

Sosiawan Leak. (Foto: istimewa)

Surabaya, NU Online

 

Pada acara Sarung Santri Nusantara di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (21/10/2023) malam, Sosiawan Budi Sulistyo, seorang penyair dan penulis dari Surakarta yang lebih dikenal sebagai Sosiawan Leak, menyampaikan puisi dengan judul Orang-orang Sarungan.

 

Dia membacakan bait-bait panjang puisi itu secara langsung di depan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf, Sekjen PBNU Saifullah Yusuf, Wakil Ketua Umum PBNU Amin Said Husni, Menteri Agama Republik Indonesia (Menag RI) Yaqut Cholil Qoumas, Wakil Menteri Agama Republik Indonesia Saiful Rahman Dasuki, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Abdullah Azwar Anas.

 

Puisi yang cukup panjang ini menggabungkan berbagai kisah tentang perjuangan yang dijalani oleh komunitas pesantren di bawah Nahdlatul Ulama, termasuk ulama dan santri, yang sering disebut sebagai kaum sarungan. Saat puisi dibacakan, ekspresi yang mendalam dan penuh penghayatan dari pembacanya membuat semua yang hadir, terhanyut dalam alur cerita puisi Orang-orang Sarungan oleh Leak tersebut.

 

Berikut naskah Puisi Orang-Orang Sarungan:

 

Orang-orang sarungan. Orang-orang sarungan berkhidmat kepada bintang sembilan bintang. Kanjeng Rasul panutan nur inti tawasul. Bintang Khulafaur Rasyidin sebening kebenaran, adil, bintang Aswaja, bercahaya, bermazhab dalam beragama.

 

Orang-orang sarungan memegang jalinan tambang Asmaul Husna di kedua ujungnya merajut persaudaraan sesama demi Hablum Minallah dan Hablum Minannas. Terjaga orang-orang sarungan bangkit dari Nusantara, bergerak berdaya demi membangun peradaban dunia.

 

Orang-orang sarungan dulu seabad silam dari Pulau Madura santri As'ad mengemban amanah Sang Syaikhona. Membawa tasbih dan tongkat sebagai penanda bagi Hadratussyaikh menyerukan saatnya bangkit kaum ulama. Kemudian dari Bangkalan bertandang dari Pasuruan membilang juga Malang serta Jombang Kudus, Lasem, Cirebon, serta Semarang

 

Orang-orang berdatangan bermunajat di Surabaya bermufakat melayarkan Komite Hijaz menantang gelombang ganas menelusuri teluk, selat, dan samudera hingga tiba di tanah suci yang tengah dikepung badai gurun Wahabi.

 

Orang-orang sarungan menggelar hujjah di padang pasir yang resah mengurai tafsir syirik dan bidah agar tak merusak jejak sejarah di masa silam tak membutakan pandangan ke masa depan.

 

Orang-orang sarungan mengelar dulu ketika Kolonial kian banal penjajahan membabi brutal. Pertiwi luka nganga menebal. Orang-orang sarungan merawatnya bersama saudara sebangsa bersama sanak kerabat secita-cita orang-orang sarungan menggelar hasrat merdeka, membangkitkan Laskar Hizbullah, membangunkan barisan Sabilillah berbekal doa dan wirid kaum ulama berupa hizib, zikir, shalawat, serta asma memahat semangat merah di dada, memilih niat putih di jiwa, mengibarkan panji-panji kebebasan mengobarkan pataka-pataka kemanusiaan sekalian bangun cinta tanah air dan bangsa sebagai rumah ibadah selamanya

 

KH Hasyim Asy’ari anti-seikerei menolak menundukkan badan ke matahari setiap pagi menentang puja puji kaisar sang penjarah negeri apalagi mempercayainya sebagai titisan amaterasu sebab rukuk cuman untuk ilahi biar raga disiksa jiwa dianiaya jemari tangan diremuk persendiannya dijebloskan ke dalam penjara di Jombang, Mojokerto, dan Bubutan demi mempertahankan keyakinan.

 

Orang-orang sarungan tetap Melawan dari Tasikmalaya Kiai Zainal Mustafa menggugat seikerei merusak tauhid mengacaukan kiblat lantas ia menyusun siasat menculik aparat demi membebaskan pejuang yang disekap menyuruh santri belajar silat ngaji thoriqoh mengumpulkan senjata tajam untuk bersiap-siap ketika penguasa mengirimkan utusan diancam sekalian dilepaskan setelah dilucuti senjatanya tiga opsir Jepang binasa sebab hendak menangkap paksa satu dilepaskan lapor kepada komandan Kiai menuntut merdeka.

 

Maka terjadilah perang di Singaparna perang pecah di Singaparna seratus pejuang gugur di medan laga disiksa atau dibantai di penjara sepuluh lainnya kehilangan ingatan dan penglihatan 900 warga lainnya ditangkap semena-mena bersama 22 santri Kiai ditangkap di bawa ke Jakarta untuk diadili tetapi jejaknya tak terlacak hingga hari ini hingga kini tak terlajak jejaknya orang-orang sarungan tetap melakukan perlawanan penguasa Bone Andi Mappanyukki menggalang raja-raja untuk bergabung ke NKRI hingga tahtanya dirampas oleh Belanda dibuang ke Rantepao sekeluarga

 

Kiai Sam'un Bupati Serang bergerilya ke gunung karang Komandan Brigade 1 Tirtayasa menentang agresi militer Belanda gugur sebagai Brigjen Anumerta Raja Luwu Andi menggalang perlawanan ke Ternate diasingkan

 

Orang-orang sarungan orang Orang Sarungan dari Barus Bangsawan Arifin Pohan memimpin Laskar Hizbullah di Jawa Timur dan Jawa Tengah Kiai Masykur memimpin barisan kiai Kiai As’ad memimpin laskar santri orang-orang sarungan terus mengabdi tak pernah henti orang-orang sarungan terus mengabdi tank pernah henti walau Orde Lama memungkiri Orde Baru mengebiri Orde Reformasi, mencundangi orang-orang sarungan terus mendekap kesetiaan orang-orang sarungan terus mendekap kesetiaan walau di dalam kehidupan walau di dalam kehidupan kadang jadi rujukan kadang jadi cadangan di parlemen kadang jadi suplemen kadang juga komplemen di kabinet digelar indah sebagai karpet kadang difungsikan sebagai serbet.

 

Orang-orang sarungan orang-orang sarungan terus mengabdi tanpa henti di Cipasung kiainya dipasung di istana presidennya dilengser paksa orang-orang sarungan terus mendekap kesetiaan orang-orang sarungan terus mengabdi tiada henti.

 

Para santri mengaji toleransi mendaras moderasi orang-orang sarungan mengaji toleransi mendaras moderasi menjaga rumah ibadah aneka agama bahkan rela merdeka sebagai tumbal teroris radikal.

 

Orang-orang sarungan berkhidmat kepada bintang sembilan berpegang kepada Asmaul Husna bangkit dari Nusantara membangun peradaban dunia