Nasional

Suasana Sospol di Indonesia Kondusif, Hanya di Medsos agak Gaduh

NU Online  ·  Sabtu, 19 Januari 2019 | 04:00 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Manan Ghani mengatakan bahwa situasi sosial dan politik di Indonesia masih terbilang aman. Tidak ada gerakan-gerakan besar yang mengacaukan keamanan sosial dan politik kecuali agak bising di media sosial.

“Kegaduhan memang terjadi di medos. Tetapi situasi di lapangan relatif tidak ada persoalan. Kita percaya suasana politik dan sosial di Indonesia aman dan terkendali,” kata Kiai Manan di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (19/1) pagi.

Ia menambahkan bahwa masalah kegaduhan dan kebisingan di medos perlu ditangani secara khusus dan melibatkan semua elemen masyarakat. Pasalnya, konten-konten yang menyebar di media sosial dalam kaitannya dengan sospol dan keagamaan sudah berisi hoaks, fitnah, dan ujaran kebencian.

“Inilah reformasi yang salah salah satu tujuannya memberikan kebebasan berpendapat. Tetapi kebebasan ini perlu norma agar tidak membawa mafsadat buat bangsa dan agama,” kata Kiai Manan.

Adapun Tenaga Ahli Bawaslu RI Masykurudin Hafidz menyoroti politisasi agama yang sangat tampak di dunia media sosial.

Politisasi agama, kata Masykur, adalah upaya rekayasa politik untuk menaikkan elektalibilitas paslon tertentu dan menjatuhkan elektalibilitas paslon lain melalui dalil-dalil agama yang berujung pada hujatan, fitnah, hoaks, dan ujaran kebencian.

“Politik agama boleh di mana seseorang memilih paslon atas dasar keyakinan agamanya. Tetapi politisasi agama itu melanggar karena berisi hujatan, fitnah, hoaks, dan lain-lain,” kata Masykur dalam diskusi terbatas bersama Lembaga Bahtsul Masail PBNU di Jakarta, Kamis (17/1) sore, dalam rangka persiapan Munas NU 2019.

Ia mengatakan bahwa penindakan ujaran kebencian di medsos tidak efektif. Alur birokrasinya lama dan sedikit karena harus melewati laporan Bawaslu, Kominfo, terus sampai ke platform seperti facebook.

Ia menambahkan, kalau ada status politik di Fesbuk kita tiba-tiba hilang, maka itu kerja Kominfo, Bawaslu, dan Fesbuk. Hasil kerja penindakan hanya nol koma sekian persen.

“Yang paling efektif adalah pencegahan, yaitu tidak membagikan konten yang memuat sentimen SARA. Semua cukupkan di hape kita. Jangan teruskan ke grup atau kontak orang lain meski konten itu menguntungkan pilihan politik kita. Ini jauh lebih efektif,” kata Masykur. (Alhafiz K)