Nasional

Syekh Usamah al-Azhari: Nabi Muhammad Mengajarkan tentang Cinta Tanah Air

Sen, 9 Oktober 2023 | 06:00 WIB

Syekh Usamah al-Azhari: Nabi Muhammad Mengajarkan tentang Cinta Tanah Air

Syekh Usamah al-Azhari Guru Besar Universitas Al-Azhar Kairo Mesir. (Foto: Dok. NU Online)

Yogyakarta, NU Online
Guru Besar Universitas Al-Azhar Kairo yang juga Penasihat Presiden Mesir, Syekh Usamah Sayyid Mahmud Muhammad al-Azhari, mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw juga mengajarkan tentang makna cinta Tanah Air.


“Nabi Muhammad saw mengajarkan kita tentang makna cinta Tanah Air, bahwa cinta Tanah Air sebagian dari iman,” ujarnya pada Peringatan Maulid Nabi yang diadakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Pondok Pesantren An-Nadwah Krapyak, Yogyakarta, Ahad (8/10/2023) malam.


Syekh Usamah menjelaskan, bukti Rasulullah saw mengajarkan cinta Tanah Air terdapat pada hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidina Anas bin Malik. Diceritakan, Nabi Muhammad suatu hari pulang dari bepergian. Ketika dari kejauhan ia melihat dinding-dinding Madinah, lantas Nabi Muhammad mempercepat hewan tunggangannya untuk segera sampai ke Madinah.


“Hati Rasulullah saw penuh cinta kepada Madinah, hidayah dari langit memenuhi hati Nabi Muhammad untuk cinta kepada Madinah al-Munawarah. Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam syarah hadits ini berkata, dalam hadits ini ada dalil akan kemasyhuran tentang cinta Tanah Air,” tegasnya.


Lantas ia pun berpesan, untuk senantiasa mencintai negara. Di antara cara mencintai negara yaitu dengan menghilangkan dalam hati makna kebencian, memberikan kemajuan untuk negara, kompak jangan bercerai.


“Jangan saling membenci satu sama lain. Jangan mengganggu satu sama lain. Harus saling mendukung satu dengan yang lain. Harus saling mengasihi satu sama lain, memberikan cahaya kepada orang lain,” ungkapnya.


“Maka angkatlah Indonesia di atas kepala kalian, berilah kebaikan dan peradaban untuk Indonesia. Ini adalah negara besar layak untuk menjadi negara yang terdepan, Mesir juga layak untuk menjadi negara yang terdepan dalam peringatan Maulid Nabi ini. Kita berkumpul untuk berbahagia dengan Nabi Muhammad, kita berkumpul untuk bahagia dengan Allah dan rasul-Nya. Kita berkumpul pada malam hari ini dan ketika pergi nanti hati kita penuh dengan cahaya, semua makna kebencian yang ada pada hati kita semuanya hilang,” imbuhnya.


Sementara itu Syekh Ali Jum’ah yang pernah menjabat sebagai mufti (ahli fatwa) di Mesir menjelaskan, Nabi Muhammad saw merupakan pribadi yang mulia dan baik. Bahkan, sebelum diutus menjadi nabi dan rasul.


“Beliau banyak sekali beribadah kepada Allah, beliau adalah orang yang transparan, jujur, beliau dapat dipercaya kepada siapapun dan untuk apapun. Beliau bersabda sebagaimana riwayat Imam al-Bukhari, saya tahu batu-batu yang di Makkah mengucapkan salam kepada saya,” ujarnya.


Lebih lanjut ia menjelaskan, Nabi Muhammad juga terbiasa di Gua Hira selama berhari-hari. “Beliau berhari-hari, bermalam-malam menyembah kepada Allah, berdzikir dan bertafakur sesuai dengan agama Nabi Ibrahim,” terangnya.


“Setelah itu Nabi Muhammad saw menjadi hamba yang sempurna, menjadi sempurna sebab wahyu. Setelah itu, beliau senantiasa naik di dalam derajat-derajat kesempurnaan sehingga belau benar-benar menjadi hamba Allah,” pungkasnya.