Nasional AICIS 2022

Tak Sebatas Deklarasi Formalitas, Wamenag Minta Akademisi Lakukan Aksi Nyata Membangun Kemaslahatan Umat

Jum, 4 November 2022 | 20:15 WIB

Tak Sebatas Deklarasi Formalitas, Wamenag Minta Akademisi Lakukan Aksi Nyata Membangun Kemaslahatan Umat

Wakil Menteri Agama Zainud Tauhid Sa'adi, secara resmi menutup Annual International Conference On Islamic Studies (AICIS) ke-21 di Denpasar, Bali, Kamis (3/11/2022). Foto: Fikri Nugraha Ramadhani

Denpasar, NU Online
Annual International Conference On Islamic Studies (AICIS) ke-21 secara resmi ditutup Wakil Menteri Agama Zainud Tauhid Sa'adi, Kamis (3/11/2022). Gelaran tahunan para akademisi Perguruan Tinggi Islam ini telah menghasilkan sejumlah kesepakatan, diantaranya pentingnya kontekstualisasi nilai-nilai dasar universal untuk kehidupan damai di masa depan.

 

Meski demikian, Wamenag mengingatkan agar kesepakatan yang telah dirumuskan tidak sebatas wacana. Ia meminta para intelektual AICIS melakukan aksi-aksi nyata dalam membangun perdamaian. 

 

"Saya harap AICIS tidak hanya melahirkan sebuah deklarasi formalitas belaka, namun diikuti dengan aksi dan tindakan nyata yang dapat menyentuh aspek kemaslahatan dan kedamaian untuk umat manusia," pesan Wamenag di Bali.

 

"Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus membawa kebaikan bagi seluruh umat manusia. Karena agama bukanlah aspirasi semata, melainkan inspirasi mulia untuk membangun peradaban dunia," sambungnya.

 

Menurutnya, Kementrian Agama memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memajukan kehidupan beragama di Indonesia. Dengan berbagai pengalaman beragama yang dimiliki, Indonesia telah menjadi sorotan dunia Islam dalam berbagai aspeknya. 

 

"Kementerian Agama yang menjadi leading sektor Studi Islam di Indonesia, menjadi institusi yang memiliki momemtum dalam mempromosikan hasil-hasil kajian Islam kepada masyarakat dunia," jelasnya. 

 

Wamenag mengaku optimis, sebagaimana juga menjadi harapan Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas, bahwa Indonesia dapat menjadi pemimpin dunia Islam untuk mempromosikan Islam moderat. Keyakinan tersebut bukan isapan jempol, karena Indonesia memiliki sumber daya manusia yang sangat besar. Indonesia banyak berperan sukses dalam kerja-kerja global, baik di forum PBB, OKI, G-20 dan lainnya. 

 

"Indonesia telah menjadi salah satu role model negara demokrasi yang mampu mengelola masyarakat multikultural. Ini yang harus diterjemahkan secara aplikatif, tidak hanya teoritik, oleh akademisi PTKI," tegasnya.

 

AICIS tahun ini mengangkat tema “Future Religion in G20 : Digital Transformation, Knowledge Management and Social Resilience.” Tema tersebut diangkat untuk memperkuat tema utama dari G-20 Summit yaitu terkait dengan "Transforming into a New Era" dengan tag line "Recover Together, Recover Stronger".

 

Dengan tema dan isu utama tersebut, kata Wamenag, PTKI diharapkan dapat merespons perkembangan terkini tentang diskursus dan tuntutan kajian keislaman kontemporer di tingkat nasional dan global yang menjadikan transformasi digital sebagai spirit dan media pengembangan keilmuan dan praksisme keislaman. Begitu juga riset-riset yang dilakukan oleh PTKI, harus mampu melahirkan hasil-hasil kajian yang menawarkan berbagai solusi dan pendekatan digital agar umat manusia, khususnya masyarakat Islam dapat merespon dan mengkreasi masa depan yang lebih maju.

 

Wamenag yakin bahwa umat Islam Indonesia mampu mengikuti akselerasi perkembangan teknologi yang sangat pesat, yakni era industri 4.0 dan era society 5.0, yang berbasis pada big data, Internet of Think dan Artificial Intelegent (AI). Dengan kesadaran akan pentingnya teknologi dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, umat Islam Indonesia diharapkan mampu menjadi pemain dalam kancah pergaulan dunia global.

 

"Dengan penguasaan teknologi yang handal, umat Islam Indonesia dapat menjadi pelopor untuk menyiapkan masa depan kehidupan beragama yang dapat membawa kemaslahatan bersama," tandasnya.

 

Editor: Zunus Muhammad