Nasional

Tasawuf Bekal Mahasiswa di Era Digital

Rab, 2 Oktober 2019 | 05:30 WIB

Tasawuf Bekal Mahasiswa di Era Digital

Rektor IAIN Ponorogo S Maryam Yusuf (kedua dari kanan) saat menjadi pembicara dalam AICIS 2019 di Hotel Mercure Batavia, Jakarta, Selasa (1/10). (Foto: NU Online/Syakir NF)

Jakarta, NU Online
Dunia digital bergerak begitu cepatnya. Perubahan pun berjalan secepat itu pula. Hal demikian juga berdampak pada dunia pendidikan yang kian berkembang. Tak ayal, pelajar dan mahasiswa juga menjadi bagian yang terkena imbas zaman.
 
Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo S Maryam Yusuf menyampaikan bahwa karakter baik menjadi bagian yang tidak bisa lepas dari mahasiswa.
 
"Kemajuan digital harus dibarengi pembentukan karakter baik," kata Maryam saat menjadi pembicara dalam diskusi perdana pada Annual International Conference of Islamic Studies (AICIS) 2019 di Hotel Mercure Batavia, Jakarta, Selasa (1/10).
 
Pasalnya, jika karakter baik tak membersamai manusia dalam kemajuan digital ini tentu dampak negatifnya membahayakan. Ia mencontohkan ada orang yang melakukan pencurian bank melalui digital dengan harta yang diambil berjumlah sangat banyak.
 
Oleh karena itu, Maryam menyatakan bahwa sufi atau tasawuf menjadi salah satu alternatif dalam menangkal karakter negatif sekaligus meningkatkan karakter positif mahasiswa di tengah arus globalisasi yang begitu derasnya mengalir di era digital ini.
 
Bukan sekadar beropini, Maryam menerapkan langsung pendapatnya itu dengan melakukan istighasah saban bulan bersama seluruh sivitas akademika IAIN Ponorogo.
 
Di samping itu, hal yang tak kalah penting, menurutnya, adalah dosen yang menjadi pengajar di kampus harus menjadikan dirinya sebagai contoh teladan yang baik bagi segenap mahasiswanya.
 
Sejalan dengan Maryam, Rektor IAIN Bukittinggi Ridha Ahida yang menekankan pentingnya kode etik. Seluruh sivitas akademik, katanya, harus taat dengan peraturan tersebut, baik mahasiswa, dosen, ataupun lainnya.
Kegiatan yang dipandu oleh Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama Arskal Salim ini juga menghadirkan para perempuan pemimpin Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) lainnya, seperti Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari Faizah Binti Awad, Rektor IAIN Metro Lampung Enizar, dan Ketua STAIN Teuku Dirundeng Meulaboh Inayatillah.
 
Konferensi bertema Digital Islam, Education and Youth: Changing Landscape of Indonesian Islam itu dibuka secara resmi oleh Menteri Komunikasi dan Informatik Rudiantara. Kegiatan ini diikuti oleh 1700 akademisi dari dalam dan luar negeri yang akan membahas berbagai tema aktual yang berkaitan dengan studi Islam.
 
Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan