Nasional

Teliti Pemahaman Hadits Kelompok Radikal, Gus Najih Raih Doktor di UIN Jakarta

Sab, 3 Juli 2021 | 14:45 WIB

Teliti Pemahaman Hadits Kelompok Radikal, Gus Najih Raih Doktor di UIN Jakarta

Promosi Doktor ke-1277 Muhammad Najih Arromadloni di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, NU Online

Fenomena pemahaman hadits yang tekstual dan sepotong-potong amat meresahkan umat Islam belakangan ini. Hadits sebagai sabda Nabi memang dipastikan kebenaran otoritas dan validitasnya, namun ketika memasuki wilayah pemahaman, maka masing-masing penafsir mempunyai subjektivitasnya, sehingga dari satu hadits akan muncul beberapa pemahaman yang berbeda-beda.


Dan pada gilirannya, hadits sebagai world view (pandangan dunia) umat Islam menjadi objek sasaran eksploitasi dan politisasi kelompok radikal dalam melegitimasi agenda pergerakan mereka, bertolak belakang dengan visi Islam berupa rahmatan lil ‘alamin.


Tema tersebutlah yang diteliti oleh Muhammad Najih Arromadloni yang biasa disapa Gus Najih berupaya menjawab keresahan umat Islam. Penelitian yang ditulis dalam bentuk disertasi (S3) ini telah diujikan di hadapan sejumlah Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kamis (1/7), di antaranya Prof Said Agil Munawar dan Prof Muhammad Amin Suma.


“Selamat kepada Dr. Muhammad Najih Arromadloni, M.Ag yang telah melaksanakan Ujian Promosi Doktor pada hari ini, Kamis, 1 Juli 2021 dan menjadi Doktor ke-1277 Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,” tulis pihak Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lewat rilis resminya.

 


Gus Najih yang juga pengurus Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme MUI Pusat ini berhasil mempertahankan disertasi berjudul "Rekonstruksi Pemahaman Kelompok Radikal terhadap Hadis" dalam ujian yang dilaksanakan secara daring di bawah bimbingan Prof. Dr. Said Agil Husin Al Munawar, MA dan Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA, dan diuji di hadapan dewan penguji yang terdiri dari Prof. Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, MA, Prof. Dr. Said Agil Husin Al Munawar, MA, Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA, Prof. Dr. M. Suparta, MA, Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM dan Dr. Fuad Thohari, M.Ag serta berhasil meraih predikat Cum Laude.

 

 

Dalam penelitiannya, Pendiri Center for Research and Islamic Studies (CRIS) ini mengkaji langsung dari kitab-kitab induk kelompok radikal, dengan komparasi antara pemahaman hadits satu kelompok dengan kelompok yang lain.


Temuan-temuannya tersebut dideskripsikan dalam sebuah konstruksi pemahaman hadits terkait beberapa tema penting untuk kemudian dilakukan rekonstruksi mengacu pada kaidah-kaidah ilmu hadits yang telah disusun oleh para ulama dan menjadi khazanah keilmuan umat Islam sejak awal sejarah.

 


Gus Najih menemukan bahwa kelompok radikal meski misi yang diusung sama dan selalu menyeret ayat Al-Qur’an maupun hadits Nabi, namun bisa berbeda dalam hal dalil yang digunakan.


“Celakanya mereka banyak menggunakan hadits dhaif dan palsu, termasuk hadits-hadits tentang hijrah dan akhir zaman. Pemahaman hadits mereka juga terkesan politis-eksploitatif, parsial, eksklusif dan a-historis,” ungkap Gus Najih kepada NU Online, Sabtu (3/1).


Dalam disertasi ini juga diungkap struktur berpikir kelompok radikal. Pada akhirnya, Gus Najih lewat Ujian Promosi Doktor ke-1277 itu menyimpulkan bahwa radikalisme yang mengatasnamakan Islam adalah bentuk eksploitasi dan distorsi terhadap teks agama yang sejatinya bersifat rahmatan lil ‘alamin.


Pewarta: Fathoni Ahmad

Editor: Muchlishon