Nasional

Temui Bawaslu, Para Tokoh Sampaikan Pemilu adalah Bagian dari Menjaga Masa Depan

Sab, 3 Februari 2024 | 18:00 WIB

Temui Bawaslu, Para Tokoh Sampaikan Pemilu adalah Bagian dari Menjaga Masa Depan

Pertemuan para tokoh Gerakan Nurani Bangsa (GNB) dengan Bawaslu, Jumat (2/2/2024) di Jakarta (Foto: dok istimewa)

Jakarta, NU Online
Sejumlah tokoh yang tergabung dalam Gerakan Nurani Bangsa (GNB) berkunjung dan bersilaturahim dengan pimpinan Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia (Bawaslu RI) pada Jumat (/2/2024) di Kantor Bawaslu RI di Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat. 

 

Kunjungan ini merupakan rangkaian kunjungan dan silaturahim dengan tokoh bangsa, tokoh negara, dan penyelenggara negara sebelumnya. GNB diwakili oleh Nyai Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Prof Komarudin Hidayat, Prof Frans Magnis Suseno, Alissa Wahid, dan Lode Muhamad Syarif.

 

Nyai Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid pada kesempatan tersebut mengatakan tujuan kedatangan mereka adalah mengajak tokoh bangsa untuk merawat nurani bangsa dan berkomitmen pada masa depan.

 

Para tokoh bangsa, kata Nyai Sinta, juga hendaknya tidak memikirkan hanya golongan sendiri, sebab perjuangan masa depan adalah perjuangan demi anak cucu.

 

“Kami ingin berdiskusi dan berdialog sejauh mana kewenangan Bawaslu dalam pengawasan pemilu, melihat apakah pemilu berjalan adil jujur dan adil.  Jika ada yang malasah yang dihadapi kami ingin juga mendengar apa yang akan dilakukan Bawaslu,” kata Nyai Sinta.

 

Dia menegaskan bahwa peran Bawaslu sangat penting, sebab ambruknya pengawasan pemilu akan membuat harapan mendapatkan pemimpin yang negarawan, hanya angan-agan.

 

Sementara itu, Prof Frans Magnis Suseno menyampaikan hal pokok yang perlu dilakukan adalah bagaimana agar pemilu diterima sebagai jujur, adil, dan transparan. Jika rakyat merasa pemilu curang dan tidak adil lalu tidak mengakuinya, ini berbahaya.

 

“Sebab salah satu ciri demokrasi adalah jika terdapat pemerintah dan oposisi yang saling mengakui peran masing-masing. Oposisi melihat kelemahan dan memberikan alternatifnya, namun tetap mengakui pemerintah. Begitu sebaliknya,” urainya.  

 

Frans mengatakan semua pihak harus tetap menjaga Indonesia ini untuk tetap menjadi Indonesia yang aman. Orang bisa pergi dari Sabang-Marauke denga aman karena berhasil menciptakan identitas Indonesia. “Mereka bangga mengaku sebagai Jawa, Manggarai, dan Bugis. Bahwa dalam 50-tahun, hubungan antarumat beragama jauh lebih baik,” kata Frans menggambarkan.

 

Selain menyampaikan stateman dan pendapat, para tokoh dalam pertemuan tersebut juga berdiskusi dengan Bawaslu yang hasilnya tertuang dalam 5 Risalah Hasil Pertemuan Tokoh dengan Bawaslu.