Nasional

Tentang Kasus Asymptomatic Covid-19, Positif Tapi Tanpa Gejala

Sab, 2 Mei 2020 | 07:00 WIB

Tentang Kasus Asymptomatic Covid-19, Positif Tapi Tanpa Gejala

Ilustrasi Covid-19. (NU Online)

Jakarta, NU Online
Pandemi virus corona penyebab Covid-19 penyebarannya masih dianggap biasa-biasa saja oleh sebagian orang. Padahal yang perlu diperhatikan ialah kasus asymptomatic Covid-19, yaitu seseorang terjangkit positif tetapi tidak ada gejala dan bisa menularkan ke orang lain.

Menurut Pakar Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), dr Syahrizal Syarif, pemerintah perlu gencar melakukan tes Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RTPCR) atau tes PCR. Tes ini bisa langsung bisa mengidentifikasi seseorang positif atau negatif dengan akurasi yang baik.

Karena adanya kasus asymptomatic ini, Syahrizal menilai bahwa kebijakan pelarangan mudik oleh Pemerintah RI merupakan langkah positif. Apalagi menurutnya, kasus asymptomatic ini banyak terjadi pada anak-anak muda.

"Karena orang-orang yang mudik ini lebih banyak yang muda-muda, kerja di kota, itu patut dikhawatirkan bahwa mereka adalah asymptomatic. Kasihan nanti menularkan ke yang sudah tua di kampung," ujar Syahrizal kepada NU Online di Jakarta belum lama ini.

Apalagi, ungkap Syahrizal, 20 persen hingga 30 persen berdasarkan kasus Diamond Princess di Yokohama, anak-anak muda itu banyak yang asymptomatic. “Dia positif tapi tidak menimbulkan gejala, dan itu besar,” kata Ketua PBNU Bidang Kesehatan ini.

Dia menerangkan bahwa di kapal Diamond Princess pada 24 Februari 2020 angka asymptomatic mencapai 20 persen. Tapi pada tanggal 29 Februari 2020 angkanya meningkat 51 persen yang asymptomatic dari 3.000-an orang yang diperiksa PCR.

Ia juga mencontohkan China yang saat ini kasusnya sekitar 82.000. Syahrizal mengungkapkan bahwa angka kasus di China itu tidak memasukkan 41.000 kasus asymptomatic.

"Mereka tidak dimasukkan ke dalam kasus konfirmasi karena tidak ada beban perawatan. Tetapi di suruh tinggal rumah. Tidak boleh kemana-mana," ucapnya.

Diamond Princess merupakan kapal pesiar. Saat itu jumlah kru dan penumpang sebanyak 3.117 orang. Berangkat dari Yokohama bulan Januari 2020, mampir di Hong Kong, naik satu orang Hong Kong.
 
Dari Hong Kong dia pergi ke pulau-pulau lain selain Yokohama. Tapi si orang Hong Kong itu hanya ikut 4 hari padahal programnya 12 hari.
 
"Sampai Hong Kong dia turun. Setelah diperiksa, satu orang ini positif Covid-19, akhirnya satu kapal dikarantina," ungkap Syahrizal.

Sebanyak 3.117 awak kapal dikarantina selama 14 hari. Setelah dikarantina dua pekan, pengetesan PCR dilakukan tanggal 29 Februari 2020. Sebelumnya sekitar 20 persen terjadi kasus asymptomatic di Diamond Princess pada 24 Februari 2020.

Setelah seluruh awak diperiksa, hasilnya 51 persen asymptomatic, positif Covid-19 tanpa ada gejala. Dari kapal tersebut total kasus positif Covid-19 sebanyak 701 orang dari 3.117 orang.
 
"Menurut saya angka minimal asymptomatic itu 20 persen. Sehingga pelarangan mudik dilakukan karena dikhawatirkan para pemudik itu asymptomatic, positif tapi tanpa gejala dan bisa menularkan," tegas Syahrizal.

Dia juga menerangkan bahwa kasus asymptomatic bisa terjadi pada siapa pun sehingga penting untuk memperhatikan dan mematuhi anjuran pemerintah, juga anjuran ulama dalam hal beribadah di masjid maupun mushola.

Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Kendi Setiawan