Nasional MUKTAMAR 12 JATMAN

Thariqah Menjadi Penyeimbang Kehidupan di Dunia dan Akhirat

Sen, 15 Januari 2018 | 12:42 WIB

Bandar Lampung, NU Online
Di tengah pola kehidupan manusia saat ini yang cenderung mementingkan dan melihat aspek materi keduniawian, kehadiran thariqah menjadi solusi untuk kembali melihat sisi substansi dari eksistensi manusia.

Hal ini dikatakan Mustasyar PWNU Lampung Prof. Mukri terkait peran thariqah yang saat ini dapat menjadi solusi dari sifat manusia yang semakin cinta dunia.

"Thariqah itu penekanannya kepada isi atau substansi. Hadirnya thariqah dapat menyeimbangkan serta menyadarkan kita untuk tidak ekstrem mencintai dunia dan melupakan akhirat," kata Rektor UIN Raden Intan Lampung dihubungi via telepon, Sabtu (13/1) malam.

Prof. Mukri menilai bahwa thariqah dapat menjadi panduan di tengah kehidupan didunia yang semakin kompleks saat ini. Ia mengibaratkan jika seseorang memasuki hutan belantara atau mendaki gunung harus memiliki jalur atau jalan yang sudah terbukti sampai ketujuan atau puncaknya.

"Kita perlu pawang (sosok yang mengarahkan dalam hal ini mursyid thariqah) untuk mendaki gunung atau hutan agar kita tidak tersesat. Sehebat apapun orang harus memiliki pengarah untuk mencapai puncak," terangnya.

Bagi kelompok yang menilai bahwa berthariqah tidak ada tuntunannya dan menganggapnya sesat, mantan Ketua PW GP Ansor Lampung ini mengatakan bahwa kelompok ini melihat posisi tersebut dari sudut pandang berbeda.

"Mereka hanya melihat dari logika syariat bukan logika hakikat atau substansi. Sama seperti ketika ditanya kenapa Nabi Adam dan Hawa keluar dari surga; yang logika syariat menjawab karena memakan buah khuldi, namun secara hakikat, bisa saja terjadi karena memang Allah sudah mendesain mereka untuk menjadi penduduk bumi," ujarnya.

Prof. Mukri juga mengingatkan bahwa banyak jalan yang bisa ditempuh untuk menuju Allah SWT. Dan thariqah memberikan jalan kepada manusia melalui wasilah mursyid untuk menuju Allah.

"Tuhan itu seperti matahari. Dan sinarnya adalah Nabi Muhammad. Sementara kita manusia ini adalah bias dari sinar. Kita dapat menuju Allah min abwabin mutafarriqah (dari pintu yang berbeda-beda) dan salah satunya melalui thariqah," jelasnya.

Lebih lanjut Prof. Mukri mengingatkan bahwa Manusia memiliki jasad dan ruh. Asupan makanan penting bagi kedua-duanya. Jika jasad membutuhkan makanan lahir untuk terus menjalankan fungsinya, maka ruh pun juga membutuhkan makanan bathin untuk tetap menjalankan tugasnya dengan baik.

Menurutnya dahaga spiritual sering dirasakan manusia dan ini terkait dengan ruh yang merupakan substansi dari jasad.

"Kalau ada oplet yang menabrak yang ditanya oleh polisi adalah supirnya bukan opletnya. Supir inilah ruh dari oplet tersebut," terangnya mengibaratkan pentingnya peran ruh dalam jasad manusia.

Oleh karenanya Ia menilai salah satu cara untuk lebih merasakan sisi kehidupan spiritual adalah dengan berthariqah. Apalagi di tengah kehidupan yang semakin komplek saat ini.

"Selamat melaksanakan Muktamar ke XII untuk Jamiyyah Ahlith Thariqah Mu'tabarah An Nahdliyyah (Jatman) di Pekalongan. Semoga dapat semakin eksis dan memberikan pengabdian bagi bangsa Indonesia," pungkasnya memberikan ucapan untuk suksesnya Muktamar yang akan digelar mulai 14 sampai dengan 18 Januari 2018. (Muhammad Faizin/Abdullah Alawi)