Nasional MUKTAMAR KE-34 NU

Tiga PCINU Rekomendasikan Pentingnya Kolaborasi dalam Ekosistem Kesehatan

Sel, 21 Desember 2021 | 09:30 WIB

Tiga PCINU Rekomendasikan Pentingnya Kolaborasi dalam Ekosistem Kesehatan

Ilustrasi: Kolaborasi dalam ekosistem kesehatan sangat penting mengingat kesehatan masyarakat memiliki peran dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, penanggulangan kemiskinan dan pembangunan ekonomi.

Jakarta, NU Online

Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Amerika Serikat-Kanada, PCINU Korea Selatan, dan PCINU Belgia merekomendasikan pentingnya kolaborasi dalam ekosistem kesehatan. Hal ini mengingat kesehatan masyarakat memiliki peran penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, penanggulangan kemiskinan dan pembangunan ekonomi.


"NU secara khusus harus fokus dalam pengembangan riset dan kepakaran di uji klinis melalui institusi perguruan tinggi, memajukan penelitian, serta membangun pusat data kesehatan," ujar Rais Syuriyah PCINU Belgia Baktiar Hasan pada webinar PCINU Dunia Seri ke-6 Pra-Muktamar bertemakan Aktualisasi Peran NU dalam mewujudkan Kehidupan Sehat Sejahtera 2030 menyongsong Indonesia Emas 2045 pada Ahad (19/12/2021).


Ia menyinggung tentang pentingnya biostatistika dalam riset klinis sebagai pemandu pembuatan keputusan secara rasional dan sebagai penjaga metode saintifik. Bahkan, lanjutnya, riset klinis tidak banyak berubah dari pengembangan yang dilakukan Ibnu Sina. "Praktik riset klinis saat ini di dunia hampir tidak alami perubahan dari prinsip uji klinis yang pernah dikembangkan oleh Ibnu Sina (980-1037)," papar pakar biostatisik dari Union Chimique Belge (UCB) Brussels itu.


Mendukung dari pernyataan di atas, Founder PT Labdha Teknika Nusantara Akbar Dharmaputra menyajikan fakta betapa peluang studi klinis di Indonesia begitu besar mengingat potensi demografi dan keragaman populasinya. Akbar selanjutnya menyarankan agar NU mengembangkan jaringan dan kolaborasi untuk meningkatkan volume dan kualitas uji klinis di Indonesia. Hal itu bisa dimulai dari komunitas Nahdliyin dimana RSNU, UNU dan sebagainya menjadi study site atau investigator dalam ekosistem studi klinis. 


Sementara itu, Ketua Asosiasi Rumah Sakit Nahdlatul Ulama (ARSINU) dr H Muhammad Zulfikar As’ad menegaskan kembali komitmen kuat NU dalam menjalankan misi kesehatan, dimulai dengan Program Dasar NU Hasil Muktamar 2010 yaitu salah satunya Pengembangan dan Peningkatan Pelayanan Kesehatan. "NU sudah lebih memikirkan isu kesehatan belakangan ini," ujarnya.

 

Pria yang akrab disapa Gus Ufik itu menyitir Al-Qur’an Surat Al Maidah ayat 2 sebagai landasan pentingnya kolaborasi, saling tolong menolong dalam promosi kesehatan yang menurutnya menjadi PR bersama terkait upaya kesehatan menyongsong Indonesia Emas 2045. Masalah kesehatan, menurutnya, bukan hanya concern profesi kesehatan/kedokteran semata, tapi harus jadi komitmen bersama seluruh profesi.


Hal yang sama diungkapkan A’wan PCINU Korea Selatan Ahmad Nurhasim. Menurutnya, kolaborasi untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang menjadi target ke-17 Agenda Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), juga berlaku dalam mencapai tujuan target ke-3 yaitu Kehidupan Sehat dan Sejahtera 2030.


Sebagai penutup webinar, Rais Syuriyah PCINU Amerika Serikat-Kanada Prof Shalahuddin Kafrawi, memimpin pembacaan doa. Sebelumnya, ia menyinggung betapa peradaban Barat berutang kepada khazanah Muslim abad pertengahan yang kuat dengan tradisi empirismenya, dimana melahirkan sosok Ibnu Sina yang dikenal sebagai Bapak Kedokteran Modern. Berikutnya ia mengajak Nahdliyin untuk refleksi dan berharap muktamar nanti bisa terjemahkan rekomendasi dari forum ini, salah satunya memperkuat inovasi dan riset untuk pengembangan kesehatan.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan