Nasional

Tradisi Keislaman di Turki dan Indonesia Tidak Jauh Beda

Ahad, 15 Juli 2018 | 19:00 WIB

Tangerang Selatan, NU Online
Dosen Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI) Muhamad Syauqillah mengatakan, Turki dan Indonesia –khusunya Nahdlatul Ulama (NU)- memiliki tradisi keislaman yang relatif sama. 

“Di sana (Turki) ada ada tekke (institusi pendidikan Islam semacam pesantren), di sini ada pesantren,” kata Syauqi dalam diskusi di Sekretariat Islam Nusantara Center (INC), Tangerang Selatan, Ahad (15/7).

Alumni Universitas Marmara Istanbul ini menambahkan, Tradisi keagamaan di Turki juga tidak jauh beda dengan apa yang ada di Indonesia. Ada tradisi ziarah kubur, maulid, tradisi tujuh dan 40 hari orang meninggal, dan lain sebagainya. 

Bahkan, cara penghormatan seorang murid Turki kepada gurunya juga sama dengan apa yang dilakukan murid di Indonesia; mereka sangat menghormati betul dan mencium tangan gurunya ketika bersalaman.

“Cuma mazhabnya saja yang beda. Di Indonesia mazhabnya Syafi’i, di Turki Hanafi,” terangnya. 

Memang, imbuhnya, Turki –dulu Usmani- memiliki hubungan yang cukup erat dengan Indonesia –dulu Nusantara. Wilayah Nusantara bukan lah sesuatu yang asing bagi Usmani. Hal itu bisa terlihat dari relasi antara Kerajaan Samudera Pasai dengan Usmani yang ‘cukup mesra.’

“Dalam Kitab Cihannuma (karangan ulama Turki), sebuah kitab astronomi, menyebut beberapa wilayah Nusantara seperti Jawa, Sumatera, Maluku,” jelasnya.

Di samping itu, ada juga interaksi antara pelajar dari Nusantara atau Indonesia dengan pelajar atau ulama Turki. Banyak pelajar Nusantara yang dikirim ke Turki untuk belajar ilmu-ilmu keagamaan.

“Kalau bicara Islam di Turki dan Indonesia, ya sama. Tidak ada yang sangat distingtif. Paling beda mazhabnya,” tegasnya. (Muchlishon)