Nasional

Tradisi Lokal Menyambut Ramadhan menurut Islam

Sel, 29 Maret 2022 | 08:30 WIB

Tradisi Lokal Menyambut Ramadhan menurut Islam

Tradisi megengan dengan berkumpul bersama keluarga, makan bersama, dan membaca zikir dan tahlil untuk arwah anggota keluarga yang telah wafat. (Foto: dok NU Online)

Jakarta, NU Online 

Dalam menyambut Ramadhan, masyarakat di setiap daerah memiliki tradisi lokalnya masing-masing. Di beberapa daerah seperti di Jawa dan Aceh, dikenal yang namanya megengan, yaitu sebuah tradisi penyambutan kedatangan bulan Ramadhan dengan rangkaian kegiatan khusus. Tradisi ini juga terjadi di beberapa wilayah di Melayu. 

 

Dalam praktiknya, megengan dilakukan dengan berkumpul bersama keluarga, makan bersama, dan membaca zikir dan tahlil untuk arwah anggota keluarga yang telah wafat. Masyarakat juga melakukan ziarah kubur dan menggelar sedekah massal di masjid atau mushala.

 

Selain itu, ada juga masyarakat yang melakukan kunjungan silaturahim. Kegiatan dalam tradisi ini dilakukan dalam rangka menyambut gembira bulan suci Ramadhan. Lalu bagaimana hukumnya dalam Islam? 

 

Dalam tulisan NU Online berjudul Megengan atau Tradisi Penyambutan Ramadhan dalam Islam pada dasarnya tradisi megengan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menyambut bulan Ramadhan dengan menampakkan ekspresi kegembiraan. Islam sendiri menganjurkan untuk bersuka cita ketika bulan suci ini tiba sebagaimana dilakukan Rasulullah. 

 

Syekh az-Zurqani dalam Syarah Mawahibul Ladduniyah (XI/222) menjelaskan yang artinya: 

 

"Rasulullah saw memberikan kabar gembira kepada para sahabat atas kedatangan bulan Ramadhan sebagaimana riwayat Imam Ahmad dan an-Nasai dari Abu Hurairah ra. Ia menceritakan bahwa Rasulullah memberikan kabar gembira atas kedatangan bulan Ramadhan dengan sabdanya: ‘Bulan Ramadhan telah mendatangi kalian, sebuah bulan penuh berkah di mana kalian diwajibkan berpuasa di dalamnya, sebuah bulan di mana pintu langit dibuka, pintu neraka jahim ditutup, setan-setan diikat, dan sebuah bulan di mana di dalamnya terdapat malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang luput dari kebaikannya, maka ia telah luput dari kebaikan yang banyak."

 

Hadits Nabi yang dikutip az-Zurqani dalam argumennya di atas juga menjadi landasan bagi sejumlah ulama sebagai dasar anjuran untuk menunjukkan kegembiraan dalam menyambut bulan Ramadhan. Az-Zurqani melanjutkan:

 

"Sebagian ulama berpendapat bahwa hadits ini menjadi dasar atas praktik penyambutan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain atas kedatangan bulan Ramadhan."

 

Berdasarkan paparan di atas, tradisi lokal dalam menyambut bulan suci Ramadhan seperti megengan termasuk dalam anjuran dalam Islam karena sebagai bentuk ekspresi kegembiraan menyambut bulan suci Ramadhan. 

 

Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Kendi Setiawan