Nasional

Tuntun Mualaf, Sekjen PBNU Anjurkan Tetap Hormat Orang Tua

Sen, 8 November 2021 | 10:15 WIB

Tuntun Mualaf, Sekjen PBNU Anjurkan Tetap Hormat Orang Tua

Sekjen PBNU, H Ahmad Helmy Faishal Zaini sesaat setelah menuntun seorang perempuan bernama Devie Leviana Mukdani menjadi mualaf atau memeluk agama Islam, di lantai 3 Kantor PBNU Jalan Kramat Raya 164 Jakarta Pusat, pada Senin (8/11/2021). (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Ahmad Helmy Faishal Zaini menuntun seorang perempuan bernama Devie Leviana Mukdani menjadi mualaf atau memeluk agama Islam, di lantai 3 Kantor PBNU Jalan Kramat Raya 164 Jakarta Pusat, pada Senin (8/11/2021). Devie mendapatkan tambahan nama Soleha, sehingga menjadi Devie Leviana Soleha Mukdani. 


Usai menuntun pembacaan dua kalimat syahadat, Helmy menganjurkan Devie agar tetap menghormati kedua orang tuanya yang belum memeluk Islam. Bahkan, ia melarang Devie untuk mendebat orang tua soal kebenaran agama.


“Kewajiban hormat kepada orang tua harus jalan terus. Kalau bisa semakin ditingkatkan. Nggak usah membantah. Iyakan saja. Tidak usah berdebat tentang kebenaran agama dengan orang tua. Nanti justru akan muncul persepsi sejak masuk Islam malah berubah jadi lebih baik,” kata Helmy kepada Devie. 


Dijelaskan, Islam sangat memiliki ajaran untuk senantiasa memberikan penghormatan kepada orang tua. Helmy mengutip QS Al-Isra ayat 23 yang menjadi dasar hormat kepada orang tua dengan melarang mengucapkan kata ‘ah’. 


“Kita bicara ah saja, tidak boleh. Kita menjunjung tinggi penghormatan kepada orang tua. Makanya setiap habis shalat dianjurkan membaca (doa) rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayani shagira. Ya Allah ampuni saya dan kedua orang tua saya, dan sayangi mereka seperti mereka menyayangiku sejak kecil. Doakan itu untuk kedua orang tua. Kita kan nggak pernah tahu doa kita mana yang sampai,” terang Helmy.


Selain itu, Helmy pun menerangkan lima rukun Islam yang menjadi kewajiban bagi semua umat Islam. Namun untuk saat ini, Devie dianjurkan untuk memperbanyak shalawat dengan kalimat yang relatif singkat dan mudah, yakni cukup shallallahu ala Muhammad. Lafadz shalawat itu, kemudian diajarkan langsung kepada Devie.


“Itu (shalawat) saja diulang-ulang. Kalau misalnya memulai pekerjaan, baca bismillahirrahmanirrahim. Perbanyak baca bismillah, alhamdulillah, subhanallah. Para kiai dan guru-guru kita mengajarkan agar memperbanyak membaca kalimat thayyibah (baik),” terang Sekjen PBNU kelahiran Cirebon, Jawa Barat, 49 tahun lalu itu.


Menurutnya, kalimat kebaikan itu berfungsi untuk membersihkan jiwa. Diibaratkan seperti baju yang setiap hari dipakai. Jika baju itu tidak dicuci maka akan kotor, menimbulkan bau tak sedap, dan kumal. 


“Maka perbanyak baca kalimat tayyibah (baik), bisa membersihkan semua. Nanti kita berharap, berdoa, Allah sendiri yang akan membimbing kita,” kata Helmy. 


Tak lupa, ia memberikan hadiah kepada Devie berupa Al-Qur’an dan biji tasbih yang terbuat dari kayu kaukah. Ia berpesan agar Al-Qur’an dapat dipelajari sebagai pedoman hidup. Sementara tasbih digunakan untuk membaca kalimat-kalimat thayyibah.


“Membaca kalimat thayyibah sebenarnya tidak terbatas tetapi tasbih itu untuk melatih kita agar terbiasa (membaca kalimat thayyibah). Dari kayu kaukah. Mudah-mudahan istiqamah dan menjadi pribadi yang lebih baik ke depan,” harap Helmy.


Latar belakang Devie

Devie Leviana Soleha Mukdani menjelaskan latar belakang perjalanan spiritual yang dialaminya hingga memantapkan hati untuk memeluk Islam. Ia mengatakan, kakek dan neneknya beragama Islam. Sementara orang tuanya non-Muslim. 


“Dari kecil memang, agama saya itu non-Muslim, tetapi ajaran dari kakek-nenek itu terkadang mereka suka mengajarkan agama Islam. Jadi kadang saya suka ikut-ikutan shalat walaupun nggak ngerti kayak gimana,” jelas Devie.


Selama hidup, katanya, ia menjalani dua agama sekaligus, sekalipun tidak tertulis. Kemudian saat beranjak dewasa, Devie sempat tinggal di luar negeri. Di sanalah, ia merasa hilang arah dan bingung akan menetapkan tujuan atau berkeyakinan. 


“Akhirnya saya sampai di sini bertemu dengan Swara (calon suami). Dia mengingatkan saya untuk berdoa kepada siapa pun, kepada Tuhan. Akhirnya, doa-doa. Mulai coba doa, akhirnya bertemulah jalan ini,” terangnya.


Kemudian, perjalanan batin itu berlanjut saat Devie bertemu dengan seorang Aris Zuniati yang mengenalkan tentang Islam secara mudah dan ringan, lalu membawanya untuk memeluk Islam di Kantor PBNU. 


“Dari situ (sejak pertemuan di sebuah bengkel mobil) Bu Aris membantu memperkenalkan lebih dalam tentang agama Islam. Mulai ngobrol-ngobrol. Makin lama makin dekat. Kami curhat-curhat, akhirnya sama Bu Aris dibimbing dan diajaklah ke sini,” jelas Devie.


Calon suami Devie, Swara Andhika Emil mengatakan bahwa sejak beberapa bulan lalu telah memperkenalkan Islam. Ia membantu Devie untuk bisa menetapkan hatinya kepada satu keyakinan tertentu, sebelum melangsungkan pernikahan. 


“Kita mau nikah. Jadi, saya ingin dia sudah bisa menetapkan hatinya. Saya tidak memaksakan dia harus memeluk Islam, tetapi dia harus sudah menetapkan keyakinan apa pun itu. Saya juga tidak mau dia memeluk (Islam) karena saya,” kata Swara.


“Tapi biar dia belajar dulu, nyaman nggak? Kalau dia nggak nyaman dan tidak memeluk Islam, tidak masalah. Tapi itu cukup lama prosesnya, bulanan, yang itu cukup berat. Bahkan dia berdoa saja nggak tahu mau berdoa ke siapa. Itulah momen-momen yang membuat dia berjuang untuk mencari Tuhan itu siapa dan bagaimana. Itu momen terberat,” terangnya. 


Swara bersyukur dan mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak, terutama Aris Zuniati yang telah membantu Devie untuk mengenal Islam dengan sangat ringan. Hal inilah yang akhirnya membuat hati Devie terbuka. 


“Mudah-mudahan bisa istiqamah dan bisa lebih dalam lagi mempelajari Al-Qur’an. Itu sih harapan kita,” katanya.


Aris Zuniati juga berharap, usai prosesi pembacaan dua kalimat syahadat itu, Devie dapat senantiasa menunjukkan akhlak sebagai Muslim yang sesungguhnya, Muslim yang rahmatan lil alamin. 


“Mohon doa. Saudara kita yang baru ini dirangkul. Terus tunjukkan akhlak kita bagaimana menjadi muslim sesungguhnya, yang rahmatan lil alamin. Islam yang damai. Islam yang tidak keras. Mudah-mudahan mudah menjalankannya,” pungkas Aris. 


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad