Nasional

Ulil Abshar Abdalla Sebut Ada Tiga Jenis Khilafah

Kam, 25 Juli 2019 | 15:00 WIB

Ulil Abshar Abdalla Sebut Ada Tiga Jenis Khilafah

Dialog terbuka Ikadin Mataram, NTB

Mataram, NU Online
Tokoh Muda Nahdlatul Ulama, Ulil Abshar Abdalla menyampaikan tiga hal tentang khilafah. Menurutnya, khilafah secara garis besar ada tiga jenis yakni khilafah politik, khilafah keagamaan, dan khilafah rohani. Namun dalam Islam yang dominan adalah khilafah politik atau yang diistilahkan khilafah siyahsiyah.
 
"Dalam Islam yang dominan khilafah siyasiyah atau khilafah politik. Khilafah siyasiyah berlangsung lama dimulai wafatnya Rasulullah sampai hancurnya khilafah di Turki," ucapnya.
 
Hal itu disampaikan Ulil dalam acara dialog terbuka bertema Khilafah vs Nation State yang dihelat Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Ikatan Advokat Indonesia (Ikadin) Kota Mataram di hotel Aston Inn Kota Mataram, Kamis (25/07). 
 
Dikatakan, perubahan karakter khilafah zaman dahulu saat Muawiyah bin Abu Sofyan mendeklarasikan khilafah menimbulkan protes, terutama di Madinah dan Makkah. "Kemudian muncul perang besar, korbanya tragis sekitar 700 penghapal Al-Qur'an sahabat Nabi tewas dibunuh," jelasnya.
 
Ulil juga menjelaskan sejarah khilafah setelah Khulafaur Rasyidin yang dimulai dari Muawiyah bin Abu Sofyan, kemudian diteruskan oleh anaknya Yazid bin Abu Sofian, hingga runtuhnya kekhilafahan Utsmani.
 
"Tahun 1923 Masehi khilafah politik berakhir. Kemudian ada dua gerakan khilafah di India dan di Arab, saat itu raja Saudi yang senang kejatuhan Turki Utsmani. Raja-raja Arab kepingin mengganti posisi khilafah. Kemudian di India, tapi pudar," papar Ulil.
 
Disampaikan, setelah hancurnya khilafah muncul negara bangsa, dan bentuk lain khilafah yaitu khilafah berbasis persaudaraan agama, seperti Ahmadiyah. "Ini kekuasaan yang tidak mengenal batas bangsa negara,  seperti Katolik," ucap Ulil. 
 
Terakhir, khilafah rohani yaitu para pengikut tarekat. "Mereka mengenal pemimpin rohani yang menjadi pemandu rohani," terangnya.
 
"Khilafah politik bersebrangan karena bertabrakan dengan negara modern yang diakui bangsa-bangsa. Imbasnya, khilafah ditolak di semua negara modern," pungkasnya.
 
Ketua Ikadin Kota Mataram, Irpan Suriadiata, mengatakan dialog terbuka ini merupakan bentuk kontribusi Ikadin untuk memberikan keilmuan tentang paham-paham yang ada di Indonesia. 
 
"Ikadin sebagai organisasi advokat ingin berikan kontribusi melalui kegiatan diskusi. Sampai saat ini di negara muslim dan non muslim berkembang dan tidak bergesekan," ucap Ketua IPNU NTB periode 2012-2015 ini.
 
Lebih lanjut Irpan yang juga Direktur LBH Lowyer Indonesia Society ini menyebutkan diskusi ini bukan untuk mempertentangkan suatu paham atau ideologi, tapi untuk mengetahui lebih dekat terhadap paham atau ideologi tersebut.
 
Hadir dalam dialog selain Ulil Abshar Abdalla, juga tampak dari Ahmadiyah H Saleh Ahmadi, Perwakilan Pengadilan tinggi Mataram, Kejaksaan Negeri Mataram, perwakilan Polres Mataram  dan 200an aktivis mahasiswa, BEM se-Kota Mataram dan Banom serta Lembaga Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat. (Hadi/Muiz)