Nasional

Untaian Doa dan Puisi untuk Palestina, Kritik Pahit Gus Mus terhadap Nilai Kemanusiaan

Rab, 3 Januari 2024 | 08:00 WIB

Untaian Doa dan Puisi untuk Palestina, Kritik Pahit Gus Mus terhadap Nilai Kemanusiaan

Mustasyar PBNU Budayawan KH Ahmad Mustofa Bisri saat membaca puisi di Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Selasa (2/1/2024). (Foto: tangkapan layar kanal Youtube Kementerian Agama)

Jakarta, NU Online 

Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta Selatan, menjadi saksi kemegahan acara 'Untaian Doa dan Puisi untuk Palestina' pada Selasa malam (2/1/2024). Suasana haru dan serak-sendu melingkupi ruang itu ketika Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Kiai Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) menggambarkan kepedihan rakyat Palestina melalui pembacaan puisi Nizar Qabbani berjudul "Telah ada di sisiku sepucuk senapan."


Dilarik "Mencari di setiap sudut yang hangat dari setiap vas bunga. Kami punya senapan, ke Palestina bawalah aku bersama kalian wahai para lelaki. Aku ingin hidup atau mati sebagai lelaki. Aku ingin tumbuh di tanah Palestina sebagai zaitun atau kebun jeruk, atau bunga-bunga yang wangi," ucapnya membacakan puisi yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Puisi ini menyuarakan perjuangan rakyat Palestina untuk mendambakan  kemerdekaan.


Tak hanya puisi Nizar Qabbani yang mengisi malam itu. Gus Mus juga menyajikan puisi pribadinya berjudul "Apakah Kau Terlalu Bebal," sebuah kritik tajam terhadap ketidakpedulian terhadap tragedi kemanusiaan. Gus Mus bertanya apakah manusia telah terlalu bebal atau dia yang terlalu peka terhadap penderitaan sekitar. Berikut petikan puisi Gus Mus.


Apakah kau terlalu bebal atau aku yang terlalu peka?
Ketika mobilmu melanda seekor anjing di jalan
Dan kurasakan derak tengkoraknya yang remuk
Digilas ban radialmu aku ingin muntah dan kau ngakak
Sambil mengumpat “mampus kau, najis!”
Apakah kau terlalu bebal atau aku yang terlalu peka?

Di depan layar datar televisi produk mutakhir di ruang keluarga
Yang lapang dan terang benderang
Kau dan keluargamu menyaksikan gelombang gelap melanda

Beberapa kawasan di dunia bahkan di negerimu sendiri
Sambil melalap pizza dan ayam goreng Amerika. Di layar kaca dalam warna sesuai aslinya kalian lihat asap mengepul
Orang-orang berlarian tanpa arah bocah-bocah kurus berwajah pucat
Di pelukan ibunya yang meraung-raung di samping mayat lelaki yang terkapar
Berbantalkan sepotong paha kawannya
Terdengar dari speaker stereomu dentuman demi dentuman
Gelegar meriam berbaur dengan lengkingan tangis
Dan jeritan putus asa anak-anak manusia
Layar kaca terus menayangkan gambar hidup orang-orang mati dan yang berangkat mati.
Di Somalia, kerangka-kerangka hidup rakyat tanpa daya
Dikeroyok anjing-anjing dan dikerubuti lalat-lalat yang juga lapar
Puing-puing di Libanon, Palestina, Sarajevo, Kosovo dan Chechnya meruapkan bau bangkai dan mesiu
Di Turki potongan-potongan mayat bergelimpangan di antara reruntuhan bangunan
Seperti kena kutuk, kematian dan pembantaian terus berlangsung di berbagai belahan dunia.
Istrimu menyodorkan piring pizza ke mukamu
Kau menghirup sedap aromanya sebentar lalu menjejalkan sepotong ke mulutmu ).
Asap hitam mengepul di Ambon, asap hitam mengepul di Aceh
Asap hitam mengepul di mana-mana berlapis-lapis gelap
Melanda negerimu sendiri memedihkan mata dan hati.
Kekuasaan dengan dingin terus menggerus yang lemahKeganasan dengan bangga melalap segala
Kekerasan mencabik-cabik persaudaraan
Dendam membakar sisa-sisa kemanusiaan
Kengerian mencekam di seantero kota dan desa
Ibu pertiwipun bersimbah darah
Air mata tak putus-putus pula mengalir di tanah air.
Dan kau sekeluarga bersendawa setelah mengeroyok makanan Amerika
Dan mereguk kaleng-kaleng coca cola
Pemandangan memilukan pun tak mampu mengusik seleramu
Apalagi kemudian sinetron yang seronok dengan cepat membawamu kembali ke duniamu.
Apakah kau terlalu bebal atau aku yang terlalu peka?
Kau dan kawan-kawanmu menyaksikan ibu dan saudara-saudara perempuanmu
Diperkosa dan dilecehkan dan birahi kalian tega tegang seperti menonton film biru picisan
O, virus apa gerangan yang telah menyerang nurani kalian?
Pemandangan yang mengerikan sekalipun tak mampu mengganggu nafsumu
Apalagi segera datang tayangan gosip selebritis
Yang penuh gelak tawa mengasyikkan dan menghiburmu.
Bila kau sesekali membicarakan bencana kemanusiaan ini di kafe-kafe
Sambil mendengarkan para artis bernyanyi atau di hotel-hotel berbintang
Sambil mendengarkan para pakar berteoriKau pun telah merasa ikut berjasa dalam upaya mencari solusi.
Dan setelah itu kehidupan pun kalian jalani seperti biasa
Dengan gaya yang sama dan irama yang sama seolah-olah kalian berada di luar masalah manusia.


Selain pembacaan puisi oleh Gus Mus, Sosiawan Leak, Ine Febriyanti dan Olivia Zalianty juga turut berpuisi secara bergilir. Di atas panggung, seniman Surakarta, Sosiawan Leak, dengan energik membacakan puisi tanpa teks. Suaranya menggelegar memecah malam membuka malam dengan syair "Ziarah Palestina" menggambarkan puing-puing dan reruntuhan sebagai meja perjamuan sejarah kebiadaban.


"Palestina-Palestina, puing-puing dan reruntuhan bangunan menjelma meja perjamuan bagi sejarah kebiadan yang tak pernah purna di produksi mahluk tuhan paling mulia. Palestina, kuburan untuk anak-anak, neraka bagi orang dewasa," celetuknya.


Suasana haru melingkupi ruangan saat pemain film Ine Febriyanti membacakan puisi karya Ndaru Kusumo, menyoroti keadaan kemanusiaan di jalur Gaza.


"Gaza, Gaza, Gaza. Jalur tetesan air mata getarkan peri kemanusiaan. Terendam air mata harapan, tiada henti doa untuk perdamaian," ucap Ine Febriyanti dengan penuh empati. Puisi tersebut menjadi sorotan, menyampaikan ketakutan dan keinginan akan perdamaian di wilayah yang penuh konflik.


Sastrawan D Zawawi Imron juga turut berkontribusi melalui puisinya berjudul "Mengharap Dunia Tanpa Perang." Dalam untaian kata-kata indahnya, D. Zawawi mengungkapkan harapan untuk dunia yang bebas dari kekerasan dan pertumpahan darah. Puisi ini menjadi bagian dari upaya menyuarakan keinginan akan perdamaian dalam 'Untaian Doa dan Puisi untuk Palestina.'


Untaian Doa dan Puisi untuk Palestina ini merupakan pembuka rangkaian Hari Amal Bhakti (HAB) ke-78 Kemenag. Kegiatan ini dibuka dengan doa dari anak-anak Indonesia untuk Palestina. Dan penyerahan bantuan untuk Palestina sebesar Rp44,8 miliar kepada LAZISNU dan LazisMU. Bantuan ini terdiri atas sumbangan ASN Kemenag seluruh Indonesia senilai Rp.41.520.207.987,00 dan sumbangan dari Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenag se-Indonesia Rp.3.381.888.260,00.