Nasional

Untuk Perempuan, Hati-Hati Berlaku Sopan dan Lemah Lembut di Depan Lelaki, Ini Tuntunan Gus Baha

Ahad, 2 April 2023 | 16:30 WIB

Untuk Perempuan, Hati-Hati Berlaku Sopan dan Lemah Lembut di Depan Lelaki, Ini Tuntunan Gus Baha

KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. (Foto: Dok. Pesantren Al-Munawwir Krapyak)

Jakarta, NU Online

Pakar Tafsir Al-Qur’an KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menjelaskan bahwa Allah swt mengizinkan perempuan untuk berlagak tidak sopan serta lemah lembut kepada laki-laki yang berniat tidak baik dan memiliki penyakit di hatinya.


Pendapat Gus Baha ini berdasarkan firman Allah di surah Al-Ahzab ayat 32:


يَٰنِسَآءَ ٱلنَّبِىِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ ٱلنِّسَآءِ ۚ إِنِ ٱتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِٱلْقَوْلِ فَيَطْمَعَ ٱلَّذِى فِى قَلْبِهِۦ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوفًا


Yā nisā`an-nabiyyi lastunna ka`aḥadim minan-nisā`i inittaqaitunna fa lā takhḍa'na bil-qauli fa yaṭma'allażī fī qalbihī maraḍuw wa qulna qaulam ma'rụfā


Artinya: Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain. Jika kamu bertakwa, maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.


Meskipun dalam ayat tersebut disebutkan istri Nabi, tapi kandungan dalam ayat ini juga berlaku bagi semua muslimah.


“Mbak-mbak yang cantik itu, baiknya berlaku sopan atau tidak sopan? Baiknya tidak sopan. Karena bawaannya lelaki yang di hatinya ada penyakit itu pikirannya juga jelek. Sopan dan manut dikira malah mau dipoligami,” jelasnya saat kajian di Mahad Aly Situbondo seperti dikutip dari akun Youtube Ma’had Ay Situbondo, Ahad (2/4/2023). 


“Di syarah-syarah dan tafsir Al-Qur’an tentang ayat ini (Al-Ahzab 32), ada penjelasan jika perempuan dianjurkan menebalkan suaranya untuk menghilangkan syahwat lelaki,” terangnya.


Menurut Gus Baha, sopan dan berakhlak terpuji memang ajaran agama Islam. Namun, sopan juga harus tahu kondisi dan situasi. Sopannya seorang murid perempuan di depan guru lelaki juga harus hati-hati. Karena bisa membuat gurunya salah tafsir atau salah paham. 


Logika sederhananya, kata Gus Baha, tunduknya seorang perempuan yang berlebihan di depan lelaki, baik itu orang baru kenal atau guru bisa saja dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi sehingga timbul masalah lebih besar. 


“Sopan itu bagus, tapi kalau berlebihan tidak efektif,” tegas kiai asal Rembang ini.


Dikatakan Gus Baha, berkata lemah lembut merupakan salah satu bentuk sopan yang sebaiknya tidak dilakukan oleh perempuan cantik saat bertemu lelaki yang memiliki hati dan pikiran jelek.


Tutur sapa yang lembut dan halus, lanjutnya, bisa membangkitkan pikiran kotor bagi lawan bicara, terutama lelaki. Terkadang sampai bisa membangkitkan nafsu syahwat, lalu menghalalkan segala cara.


“Bisa jadi perempuan yang bicara lembut dan halus kepada lelaki itu nanti dianggap bahwa ia mau mengikuti keinginan lelaki tersebut,” imbuh Gus Baha.


Gus Baha lalu mencontohkan, semisal ada seorang murid perempuan yang bicara ke guru lelakinya bahwa ia ‘manut atau ikut’ sang guru. Lalu dari guru tersebut berpikir, jangan-jangan murid perempuan ini mau jadi istri keduanya. 


Padahal, maksud ‘manut atau ikut’ yang diucapkan santri perempuan tersebut hanya dalam bab mata pelajaran. Namun, otak kotor menangkap pesannya beda. Oleh karena itu, perempuan yang berinteraksi dalam komunitas lelaki yang punya potensi pikiran jelek, dianjurkan tidak sopan agar tidak salah paham dan merugikan perempuan.


“Inilah hebatnya Al-Qur’an, psikologi lelaki juga dibicarakan. Bawaannya lelaki ketika ketemu perempuan cantik sekaligus sopan dan memberikan harapan, maka dikejar agar dapat,” kata Gus Baha. 


Gus Baha juga mewanti-wanti bahwa mengajarkan sopan harus tetap dilakukan. Namun, diberikan keterangan tambahan bahwa dalam kondisi tertentu sopan tidak diperlukan. Karena ada hal lain yang lebih penting.


Dalam contoh lain, umumnya santri ketemu kiainya menunduk sopan, tidak berani melihat wajah sang kiai dan memberi jarak. Namun, ketika kiai tersebut dalam keadaan darurat, seperti terpeleset maka seorang santri harus segera mendekat.


Kontributor: Syarif Abdurrahman

Editor: Fathoni Ahmad