Ustadz Yusuf Mansur: Hoaks Ibarat Pupuk, Meski Kotor Tapi Menumbuhkan
NU Online · Selasa, 20 Oktober 2020 | 09:30 WIB
Aru Lego Triono
Kontributor
Jakarta, NU Online
Pendakwah Ustadz Yusuf Mansur mengaku bersyukur dan menikmati adanya kabar bohong. Ia mengibaratkan hoaks seperti pupuk yang meskipun menjijikkan dan kotor tetapi dapat menumbuhkan.
“(Hoaks) itu anggap saja sebagai ujian. Allah memilih mulut seseorang untuk menjadi ujian buat kita semua. Nah yang perlu kita kasihani adalah mereka yang dipilih Allah untuk menguji kita,” katanya dalam Peringatan Hari Santri bertajuk Dakwah Moderasi Beragama di Medsos: Upaya Merawat Demokrasi di Masa Pandemi yang digelar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta secara virtual, pada Senin (19/10).
Oleh karena hoaks ibarat pupuk, maka ia bersyukur karena dapat menumbuhkan dan membesarkan pohon sehingga menghasilkan buah yang baik. Ustadz Yusuf Mansur kemudian bertanya, “Lalu kenapa harus sibuk dengan yang mengirim pupuk (hoaks) itu kalau toh ternyata pupuk itu dikirim Allah untuk ujian kita?”
Sejak 1997, ia adalah orang yang kerap mendapat fitnah dan caci-maki dari banyak pihak. Namun, perbuatan orang yang seperti itu dapat menjadikannya belajar yang lantas memahami bahwa segala sesuatu berasal dari Allah.
“Termasuk perbuatan orang-orang yang secara kasat mata merugikan saya. Yakinlah bahwa tidak ada yang bisa membuat kita jatuh, bau, dan jelek kecuali Allah,” jelas ulama muda Betawi yang kini menjabat sebagai Wakil Rais Syuriyah PWNU DKI Jakarta ini.
Ia mengutip Al-Quran, surat Qaf ayat 39 bahwa Allah menyuruh manusia untuk bersabar terhadap segala sesuatu yang dikatakan orang lain. Selain itu, dinyatakan pula dalam ayat itu untuk senantiasa bertasbih seraya memuji nama Tuhan, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya.
“Jadi nggak usah pusing. Terus apa yang harus kita lakukan? Menangkis? Tidak ada tuh kalimat seperti itu. Kita hanya disuruh untuk bertasbih memuji Allah. Artinya, kita sucikan bahwa tidak ada kejelekan kecuali memang Allah yang menghendaki kejelekan itu,” tegas cicit Tokoh Ulama Betawi Guru Muhammad Mansur ini.
“Kemudian (kalau difitnah) banyak mengadu kepada Allah. Dari sebagian malam bertasbih lagi. Bangun malam, temuin Allah. Kita mengadu kepada Allah bahwa ada nih tetangga yang rese (jahat),” katanya.
Ia juga menuturkan, pernah punya pengalaman pada 2014 menghadapi orang yang selalu melaporkan dirinya ke polisi. Namun, Yusuf Mansur benar-benar mengamalkan Surat Qaf ayat 39 itu. Katanya, Allah menyuruh manusia untuk bersabar bukan melaporkan balik.
“Ini asik banget. Orang-orang seperti itu hanya menguji ketahanan saja. Dipanggil polisi, kita datang. Apa yang harus kita lakukan? Fokus dengan apa yang kita cita-citakan. Memang waktu akan menjawab, pahit memang. Tapi sepanjang kita menerima dihina bego ya nggak apa-apa. Jangan melawan,” tuturnya.
Menurutnya, Allah tidak melihat perilaku jahat orang lain. Melainkan Allah akan menilai bagaimana reaksi yang ditimbulkan dari diri pribadi yang dijahati orang lain. Reaksi itu harus dikeluarkan dengan baik.
“Jadi ketika ada orang yang membentak, ‘bego lu!’ atau ‘di mana otak lu!’ yang harus kita lakukan bukan justru membalas dengan menyebut ‘lu yang bego dan tolol’. Tapi yang harus kita lakukan ya ambil kuliah S2 aja, kuliah aja S3. Kalau perlu di luar negeri,” jelasnya dengan logat Betawi yang khas.
“Nanti pas wisuda kita undang dia lah. Terima kasih karena washilah saya dibilang bego, akhirnya saya lulus S3. Asik kan? Asik lah,” pungkas Yusuf Mansur.
Di acara Peringatan Hari Santri yang digelar PWNU DKI Jakarta itu, hadir pula Sekretaris Jenderal PBNU H Ahmad Helmy Faishal Zaini, Ketua PWNU DKI Jakarta KH Syamsul Maarif, Wakil Katib Syuriyah PWNU DKI Jakarta KH Taufik Damas.
Selain itu, acara ini juga dihadiri oleh Jubir Kepresidenan RI Fadjroel Rachman, Staf Khsusus Menteri Agama H Kevin Haikal, Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI H Ali Ramdhani, dan Founder Alvara Research Hasanuddin Ali.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Khutbah Jumat: Menyambut Idul Adha dengan Iman dan Syukur
4
Khutbah Jumat: Jangan Bawa Tujuan Duniawi ke Tanah Suci
5
Khutbah Jumat: Merajut Kebersamaan dengan Semangat Gotong Royong
6
Buka Workshop Jurnalistik Filantropi, Savic Ali Ajak Jurnalis Muda Teladani KH Mahfudz Siddiq
Terkini
Lihat Semua