Nasional

Wapres Ajak NU Konsisten Jaga Umat dari Bahaya Hoaks dan Covid-19

Sel, 19 Oktober 2021 | 14:45 WIB

Wapres Ajak NU Konsisten Jaga Umat dari Bahaya Hoaks dan Covid-19

Wapres RI KH Ma'ruf Amin menghadiri Peringatan Maulid Akbar Nabi Muhammad (Foto: BPMI Setwapres)

Jakarta, NU Online
Wakil Presiden (Wapres) RI KH Ma’ruf Amin mengajak Nahdlatul Ulama untuk konsisten menjaga umat dari bermacam bahaya, di antaranya hoaks atau berita bohong dan pandemi Covid-19 yang hingga kini belum dinyatakan usai.

 

“Pada malam peringatan Maulid Nabi Muhammad ini, saya hanya ingin mengajak kita konsisten untuk melakukan al-himayah wa taqwiyah. Al-himayah artinya menjaga umat. Ini menjadi penting karena banyak persoalan yang harus kita hadapi pada saat ini,” kata Wapres dalam Peringatan Maulid Akbar Nabi Muhammad yang digelar secara virtual oleh Lembaga Dakwah (LD) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Masjid Istiqlal Jakarta, Selasa (19/10/2021).

 

Ia menjelaskan bahwa umat saat ini tengah menghadapi perkembangan teknologi informasi yang berdampak pada munculnya berbagai berita yang menyesatkan. Antara yang benar dan keliru, menjadi tersamarkan.

 

“Kita harus jaga umat dari berbagai informasi atau berita-berita yang menyesatkan. Karena adanya kemajuan teknologi informasi yang luar biasa, sehingga terjadi berbagai informasi antara yang benar dan yang keliru. Antara haq dan bathil jadi samar. orang menyebutnya era post-truth. Bahasa populernya, berkeliarannya hoaks atau berita bohong,” jelas Wapres.

 

Sementara Kiai Ma’ruf sendiri menamainya sebagai zamanul isytibah atau era ketersamaran dan sangat berbahaya apabila tidak teliti dan selektif dalam menerima informasi. Bahkan di dalam informasi itu tak jarang terdapat provokasi yang memang sengaja diproduksi.

 

“Kita harus menjaga umat dari provokasi. Banjir informasi dan tidak bisa dideteksi secara pasti mana yang fakta dan opini. Semua kabur, samar. Ini sangat berbahaya, bisa memecah belah umat dan bangsa apabila kita tidak bisa menjaga umat dari informasi-informasi menyesatkan,” tegasnya.

 

Selain itu, bahaya pandemi Covid-19 juga masih dihadapi oleh umat di kehidupan ini. Wapres lantas bersyukur karena pemerintah dengan segala upaya, kebijakan, dan berbagai langkah yang ditempuh telah bisa menurunkan angka kasus Covid-19 di Indonesia. Bahkan, Indonesia menjadi negara terbaik di Asia Tenggara dalam upaya pengendalian pandemi Covid-19.

 

Namun demikian, Wapres tetap mengingatkan masyarakat bahwa pandemi Covid-19 belum seluruhnya hilang. Ketidakpastian ke depan pun masih banyak terjadi. Karena itu, NU mesti selalu konsisten dalam menjaga masyarakat dan keluarga dari bahaya Covid-19 ini.

 

“Agama kita mengajarkan supaya menjaga diri atau hifdzunnafs minal maqashidil qubra li syariatil Islamiyah, yaitu salah satu tujuan besar syariat Islam adalah menjaga diri dari bahaya. (Covid-19) ini termasuk dalam kategori dharuriyah (bahaya),” terangnya.

 

Ditegaskan, Covid-19 nyata dan sudah memakan banyak korban. Penanggulangan yang dilakukan pun bukan hanya sebatas pada persoalan kesehatan semata, tetapi juga masalah keagamaan.

 

Di samping menjaga umat dari bahaya hoaks dan Covid-19, Wapres juga berharap agar NU mampu terus konsisten menjaga umat dari bahaya akidah, cara berpikir, dan penafsiran terhadap teks keagamaan yang menyimpang.

 

“Sekarang ini banyak yang berpikir, ekstrem atau tatharruf. Ada yang terlalu tekstualis, hanya berpegang pada teks-teks nash saja, yang oleh Imam Al-Qarafi disebut sebagai al-jumud alal manqulat dhalalun fiddin, wa jahlun bi maqasidhi ulama al-muslimina wa assalifi al-madhin atau sebuah kesesatan dan tidak memahami terhadap apa yang dimaksud para ulama terdahulu,” terang Kiai Ma’ruf.

 

Tetapi ada pula cara berpikir keagamaan atau memiliki paham yang sangat liberal. Disebut Kiai Ma’ruf sebagai at-Tafrith wal Ifrath. Artinya, ada yang kebablasan dan ada juga yang selalu rigid dalam memahami teks keagamaan.

 

Meski begitu, Wapres merasa bangga bahwa para pendiri NU selama ini selalu mengajarkan cara berpikir keagamaan yang moderat sesuai dengan paham Islam Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) An-Nahdliyah.

 

“Sesuai dengan ajaran NU yang kita anut, sebagai paham Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) An-Nahdliyah, kita berpikir secara tawasuthiyan wa tathawwuriyan wa manhajiyan yaitu berpikir moderat, dinamis, dan berpegang pada manhaj yang sudah digariskan para pendiri NU. Ini beberapa hal yang memang harus kita lakukan, dalam rangka himayatul ummah,” terang Mustasyar PBNU itu.

 

Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Aiz Luthfi