Obituari

Kabar Duka, Ulama Betawi KH Rizki Zulqornain Wafat

Kam, 24 September 2020 | 07:25 WIB

Kabar Duka, Ulama Betawi KH Rizki Zulqornain Wafat

Almarhum KH KH Rizki Zulqornain. (Foto: fikroh.com)

Jakarta, NU Online

Ulama Betawi KH KH Rizki Zulqornain telah meninggal dunia, Kamis (24/9). Ulama muda asli Jakarta ini wafat pada usia 38 tahun di salah satu Rumah Sakit di Jakarta. Kepulangan pengelola Yayasan Al-Mu’afah ini disampaikan langsung pihak keluarga dan para kerabat. 


“Innalillahi telah pulang ke Rahmatullah, ulama muda Jakarta KH KH Rizki Zulqornain, menantu Abuya KH Saifuddin Amsir,” tulis seorang kerabat yang juga pengurus Ma’had Aly Zawiyah, Jakarta melalui pesan singkat kepada NU Online.


Kepergian almarhum meninggalkan luka mendalam bagi umat Muslim Jakarta. Kontribusi KH KH Rizki Zulqornain terhadap literasi dakwah Islam di Indonesia amatlah besar.


Kiai muda yang lahir di Jakarta pada 11 Safar 1403 H/ 26 November 1982 M ini merupakan sosok yang ramah dan sederhana. Sehari-harinya beliau mengajar ngaji, berdakwah dan menjadi dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 


Sejak kecil, putra kedua pasangan H Asmat dan HJ Kholilah ini ulet menimba ilmu di berbagai majlis. Di usianya yang masih sangat kecil dia sudah mampu membaca al-Qur’an. Kemahirannya dalam membaca Al-Qur’an tidak terlepas dari pengaruh guru-gurunya di majlis ilmu yang ada di Jakarta. 


Rizki menempuh pendidikan Ibtidaiyah di Madrasah ʻUmdatur Rasikhien pada tahun 1989-1995. Selanjutnya, pada tahun 1995-1998 dia menuntut ilmu di Madrasah Tsanawiyah ʻUmdatur Rasikhien dan tepat pada tahun 2001 almarhum menamatkan pendidikannya di SMUN 36 Jakarta.


Setelah menempuh pendidikan menengah, Kiai Rizki berkeinginan mendalami ilmu tafsir. Untuk mewujudkan keinginannya tepat pada tahun 2001 ia masuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta prodi Tafsir Hadits, lulus tahun 2007. 


Skripsi Kiai Rizki termasuk salah satu karya ilmiah yang populer dan sempat didiskusikan oleh kelompok akademisi. Karya ilmiah yang ia susun mengambil judul “Nusyûz kajian surat al-Nisâ ayat: 128 dalam tafsir al-Sirâj al-Munîr Fî al-ʻIânah ʻAlâ Maʻrifat Baʻd Maʻânî Kalâm Rabbinâ al-Hakîm al-Khabîr karya Syaikh Muhammad al-Syarbînî al-Khaṯîb”.


Prestasi yang cukup membanggakan itu tidak berhenti sampai di situ, pada tahun 2011-2012 dia mendapat beasiswa dari kementerian agama untuk mengikuti short course di Universitas Ibn Thufail, Kinetra, Maroko. Di Maroko ia berhasil merampungkan sebuah karya “Dzakîrat al-Muhtâj Fî Salawât ʻAlâ Sâhib al-Liwâ Wa al-Tâj”.


Kitab tersebut telah dicetak dan diberikan sambutan oleh 23 ulama. Pada awal tahun 2012, ia mengambil baiat thariqah Tijâniyah di kota Fez, Maroko. Selang dua tahun dia lulus dari Ma'had Ali al-Asyirah al-Qur'aniyyah pada prodi Tafsir. 


Tidak puas sampai disana, beliau kuliah lagi untuk menggali lebih dalam ilmu tafsir Al-Qur’an dengan melanjutkan studi magister ke UIN Jakarta. Lulus tahun 2018 dia berhasil menjadi Magister Fakultas Ushuluddin terbaik kala itu. 


Sebelum berkutat dalam dunia akademisi, ia menuntut ilmu kepada para ulama yang menjadi umdah (rujukan) di Jakarta antara lain: Hadarat Syaikh KH Muhammad Syâfiʻî Hadzâmi Mufti Betawi, Abuya KH Saifuddin Amsir, KH Maulana Kamal Yusuf, KH Ahmad Syâfiʻi Abdul Hamid, KH Ahmad Hifzhillah Badruddin, Ustad H Mursalim dan lain-lain.

 

Almarhum meninggalkan seorang istri Hj Raihanatul Quddus Saifuddin Amsir dan seorang putri bernama Munyatun Nufus.


Pewarta: Abdul Rahman Ahdori

Editor: Fathoni Ahmad