Keteladanan AGH Sanusi Baco Diperoleh dari Ibunya dan Ulama Pesantren
Rabu, 19 Mei 2021 | 08:00 WIB
Ridwan
Kontributor
Makassar, NU Online
Kepergian ulama kharismatik asal Sulawesi Selatan (Sulsel) Anregurutta KH (AGH) Sanusi Baco ke haribaan Allah masih menyisakan duka yang mendalam bagi masyarakat baik Muslim maupun non Muslim.
Semasa hidupnya ada banyak pelajaran dan nilai keteladanan yang patut dicontoh dari sosok AGH Sanusi Baco. Mulai dari cara menyampaikan dakwah hingga tutur katanya yang menyejukkan hati.
Menurut Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel Firdaus Muhammad, masih banyak dari sosok AGH Sanusi Baco yang belum diketahui publik. Dalam wawancara Kompas TV Makassar Selasa (18/5), Firdaus menyampaikan beberapa hal tentang kehidupan AGH Sanusi Baco yang lahir dari keluarga petani yang kurang mampu.
Semasa kecil, kata Firdaus, AGH Sanusi Baco banyak mendapat pelajaran dari ibunya sehingga membentuk karakternya. Pelajaran yang diambil AGH Sanusi Baco dari ibunya salah satunya adalah tentang kesabaran.
"Saya hidup prihatin (dalam keluarga AGH Sanusi Baco), tapi ibuku tidak pernah berkerut keningnya," ujar Firdaus mengutip AGH Sanusi Baco. Artinya, menurut Firdaus, ibu AGH Sanusi Baco tidak pernah memperhatikan kesusahan hidupnya.
"Dari sini saya melihat ada geng, karakter diwarisi (AGH Sanusi Baco) dari ibunya," lanjut Firdaus.
Pelajaran kedua yang diwarisi AGH Sanusi Baco dari ibunya adalah soal kepedulian terhadap orang lain. Firdaus menceritakan bagaimana ibunya menghargai seorang tamu yang datang ke rumahnya.
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar ini bercerita, kala AGH Sanusi Baco berhasil menemukan ikan dari hasil pancingannya, namun tidak sempat dinikmati lantaran ibunya memberikan hasil pancingannya itu kepada tamu.
"Sehingga ketika tamu itu makan, beliau sebagai anak-anak menangis. Di situlah diberikan pelajaran. Ketika (AGH Sanusi Baco) dinasehati, pesan moralnya adalah bagaimana kita memiliki kepedulian kepada orang lain," ungkap Firdaus
.
Pengamat politik ini juga mengungkapkan bahwa cara berpikir dan karakter AGH Sanusi Baco juga mulai terbentuk saat menempuh pendidikan di Darud Dakwah Wal Irsyad (DDI) Mangkoso, Kabupaten Barru, Sulsel selama delapan tahun lamanya.
Di sana, AGH Sanusi Baco mendapat didikan langsung dari AGH Abdurrahman Ambo Dalle dan AGH Amri Sa'id yang saat itu menjadi pembina pondok pesantren.
"Jadi sekolahnya beliau, pertama ibunya, dan kedua DDI. Di DDI lah (AGH Sanusi Baco) terbentuk genelogi keilmuan dan karakter keulamaannya," bebernya.
Semasa menimba ilmu di DDI, AGH Sanusi Baco pernah menjadi seorang Muazin. Dari penuturan Pimpinan Pondok DDI Mangkoso, AGH Farid Wajedi bahwa AGH Sanusi Baco adalah titisan AGH Abdulrahman Ambol Dalle dalam karakter, cara berbicara dan lainnya.
"Gurutta itu lebih masuk pada amar makruf, bagaimana orang shalat, puasa, memperbaiki ibadah. Tidak dominan masuk pada nahi mungkar, misalnya judi itu haram, riba itu haram. Jadi Gurutta itu lebih banyak berdakwah menyejukkan karena memang amar makruf, selalu menyuruh orang melakukan kebaikan," lanjutnya.
Banyak pelajaran dan keteladanan yang didapatkan AGH Sanusi Baco dari AGH Abdurrahman Ambo Dalle dan AGH Amri Sa'id mulai dari kedisiplinan dalam belajar mengajar, meski AGH Sanusi Baco juga belajar di Mesir.
"Sekalipun Gurutta sampai ke Mesir kemudian berkiprah ke umat, tapi yang sangat mewarnai adalah AGH Abdurrahman Ambo Dalle dan AGH Amri Sa'id dan ulama lainnya di pondok pesantren DDI," tandasnya.
Firdaus menambahkan, AGH Sanusi Baco pernah mengatakan bahwa ilmu pengetahuannya 50 persen didapatkan dari buku dan 50 persennya lagi didapatkan dari keteladanan.
"Itulah salah satu aspek kharismatik termasuk dari segi penampilan (selalu berpakaian sopan)," ujarnya lagi.
AGH Sanusi Baco lahir 4 April 1937 di Maros, Sulsel. Dia wafat di usia 84 tahun tepatnya 15 Mei 2021. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana muda di Universitas Muslim Indonesia. Aktivis PMII ini lantas mendapat beasiswa dari Departemen Agama (kini Kementerian Agama) untuk kuliah di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.
Setelah kembali ke Makassar, aktivitasnya antara lain mengajar di UMI, Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Al-Gazali (UIM) dan mendirikan Sekolah Tinggi Al-Gazali Cabang STAI Al Gazali di Makassar. Dia juga menjadi dosen tetap di Fakultas Syariah IAIN Alauddin Makassar.
AGH Sanusi Baco tercatat sebagai Ketua MUI Sulsel, Rais Syuriah PWNU Sulsel, dan juga pengasuh dan tokoh Pesantren Nahdlatul Ulum di Kabupaten Maros. Karena keilmuannya itu dia dijuluki Anregurutta atau AG.
AG merupakan gelar bagi ulama Sulsel. gelar ini tidak diberikan secara umum kepada seseorang yang dianggap sebagai ulama tetapi hanya diperuntukkan bagi ulama/ustadz dalam lingkup pesantren.
Kontributor: Ridwan
Editor: Aryudi A Razaq
Terpopuler
1
Kronologi Penembakan terhadap Guru Madin di Jepara Versi Korban
2
Silampari: Gerbang Harapan dan Gotong Royong di Musi Rawas
3
Sejarah Baru Pagar Nusa di Musi Rawas: Gus Nabil Inisiasi Padepokan, Ketua PCNU Hibahkan Tanah
4
NU Peduli Salurkan Bantuan Sembako kepada Pengungsi Erupsi Lewotobi
5
Hukum Mengonsumsi Makanan Tanpa Label Halal
6
Kekompakan Nahdliyin Inggris Harus Terus Dijaga
Terkini
Lihat Semua