Obituari

KH Agus Sunyoto di Mata Gus Mus: Sosok Pelurus Sejarah

Sel, 27 April 2021 | 07:15 WIB

KH Agus Sunyoto di Mata Gus Mus: Sosok Pelurus Sejarah

Momen Gus Mus dan Sujiwo Tejo bersama almaghfurlah KH Agus Sunyoto. (Foto: Facebook KH Ahmad Mustofa Bisri)

Jakarta, NU Online

Sejarawan yang juga Ketua Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU KH Agus Sunyoto berpulang ke Rahmatullah pada Selasa (27/4) di Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya, Jawa Timur. Sosok ahli sejarah dan ulama inilah yang selama ini menjadi pelurus sejarah budaya dan Islam di Indonesia.


Menurut Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Musthafa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus, sosok Kiai Agus Sunyoto adalah sosok yang tekun memberi pencerahan melalui tulisan maupun ceramah. Ia juga termasuk sejarawan yang meluruskan sejarah di antaranya melalui buku yang ia tulis berjudul Atlas Wali Songo.


Kiai Agus di mata Gus Mus juga merupakan sosok alim yang tawaduk dan penuh keikhlasan. “Innã liLlãhi wainnã ilaiHi rãji'uun... Pagi ini terima pesan WA dari @president_jancukers yang mengkhabarkan saudaraku KH. Agus Sunyoto wafat. Sejarawan penulis buku "Atlas Wali Songo" yang tekun memberi pencerahan melalui tulisan maupun ceramah --termasuk dalam meluruskan sejarah-- itu adalah seorang alim yang tawaduk dan ikhlas,” tulis Gus Mus melalui akun Facebooknya, Selasa (27/4).


“Aku yakin beliau husnul khãtimah. InsyãAlläh. AskanahuLlãhu fasiiha jannatiH. Al- Fãtihah,” sambungnya setelah menerima berita duka ini.


Sepak terjang Kiai Agus Sunyoto yang lahir di Surabaya, 21 Agustus 1959 dalam dunia sejarah Islam di Indonesia memang tidak bisa diragukan lagi. Dengan karya fenomenalnya yakni buku Atlas Wali Songo, ia mampu mengisahkan penyebaran agama Islam di Nusantara dengan bukti autentik. Ia mampu meyakinkan publik bahwa Wali Songo adalah fakta sejarah, bukan sekadar dongeng.


Tidak banyak Sejarawan yang dapat mengakses sumber-sumber primer sebuah subjek dan objek sejarah sehingga fakta sejarah yang diungkapkannya memiliki nilai otoritas yang tinggi. Namun Kiai Agus Sunyoto mampu melakukannya.


Dalam menulis pun ia sangat totalitas. Saat menyusun buku sejarah para sunan penyebar Islam Nusantara berjudul Walisongo: Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan ia ikhlas mengeluarkan biaya sendiri sampai berhutang uang pada orang lain.  


“Ya saya turun ke lapangan, mencari data itu. Keliling sendiri. Membiayai sendiri. Nulisnya cepet. Dua bulan. Itu termasuk saya ambil foto, semua, macam-macam,” ujarnya saat diwawancarai NU Online di gedung PBNU, jalan Kramat Raya 164 Jakarta pada 15 Februari 2012 lalu.
 

Tentu saja menulis penelitian semacam itu membutuhkan banyak biaya. “Ya kalau dikalkulasi saya habis sampai 78 juta. Itu uang sendiri. Uang siapa? Masih punya utang 36 juta. Hahaha… Belum lunas!” tukasnya sambil tertawa lepas. 


Pewarta: Muhammad Faizin

Editor: Fathoni Ahmad