Opini

Bisnis, Bola, BUMN, dan Bappenas NU: Tantangan Erick Thohir Menakhodai Lakpesdam PBNU

Sel, 5 Desember 2023 | 11:00 WIB

Bisnis, Bola, BUMN, dan Bappenas NU: Tantangan Erick Thohir Menakhodai Lakpesdam PBNU

Erick Thohir saat momen Religion Twenty (R20) yang digelar PBNU. (Foto: NU Online/Suwitno)

Di tengah derai hujan Jakarta, berlangsung Muktamar Pemikiran NU di Asrama Haji Pondok Gede. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) memberi Orasi Kebudayaan sekaligus meresmikan forum pada Jumat 1 Desember 2023 malam. Dalam perhelatan tersebut mengemuka gelombang diskusi seputar dipilihnya Erick Thohir sebagai Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU.


Keputusan tersebut didasarkan pada hasil rapat gabungan PBNU. Sebuah keputusan yang menggambarkan ambisi dan keberanian menjadikan Lakpesdam sebagai Bappenasnya NU, lembaga yang mengurus perencanaan program, penganggaran, dan konsep-konsep strategis untuk jangka waktu yang panjang.


Lakpesdam PBNU adalah salah satu perangkat PBNU yang berfungsi sebagai lembaga kajian isu-isu strategis dan pemberdayaan manusia untuk transformasi sosial yang berkeadilan dan bermartabat. Berkaca pada Sejarah, 8 April 1985, Ketua Umum PBNU, KH Abdurrahman Wahid membentuk kepengurusan lajnah baru bernama Lajnah (kemudian menjadi Lembaga) Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) masa khidmah 1985-1990.


Abdullah Syarwani didaulat sebagai pimpinan lembaga baru ini. Masuk dalam struktur pengurus, dari masa ke masa sejumlah aktivis gerakan sosial, yaitu Fahmi Saifuddin, MM. Billah, Masdar Farid Mas’udi, Slamet Effendi Yusuf, Mansour Faqih, Helmy Ali, Nasihin Hasan, Lukman H. Saifuddin, Yahya Ma’shum, Lilis Nurul Husna, Rumadi dan lainnya yang tidak bisa disebut semua di sini. Melalui mereka, lembaga ini membawa warna transformasi dalam dinamika pertumbuhan NU. 


Pasca-Muktamar NU 2021 di Lampung, Ulil Abshar Abdalla kembali disahkan sebagai Ketua Lakpesdam. Meski dikenal sebagai pemikir muslim progresif, beberapa tahun setelahnya, Hasanuddin Ali yang tumbuh dalam industri informasi dan data menggantikan Ulil. Baru beberapa bulan Hasanuddin bertugas, Erick Thohir menggantikannya menjadi pemimpin lembaga gerakan sosial keagamaan ini. 


Langkah tersebut mengundang kejutan dan spekulasi publik. Keputusan ini lebih mengejutkan lagi karena Erick Thohir, seorang pengusaha dan Menteri BUMN, peraih gelar doktor kehormatan dalam bidang Manajemen Strategi. Kehadiran Erick Thohir di Lakpesdam, dengan mempertimbangkan bahwa 58 persen Muslim di Indonesia mengidentifikasi diri sebagai NU (Data Kementerian Agama RI, 2022), membawa potensi revolusi dalam organisasi tersebut.


Namun, di balik potensi revolusioner tersebut, terdapat tantangan besar yang dihadapi oleh Erick Thohir dalam mencapai visi Lakpesdam sebagai lembaga yang komprehensif dan strategis. Bagaimana ia akan mengintegrasikan nilai-nilai Islam Aswaja an-Nahdliyyah dalam perencanaan program dan pengembangan sumber daya manusia?


Artikel singkat ini membahas peluang dan tantangan yang dihadapi oleh Erick Thohir dalam menjalankan peran yang akan dimainkannya sebagai Ketua Lakpesdam NU. Dari pengalaman teknokratisnya hingga dinamika internal NU, semua aspek akan dianalisis secara kritis. Perbincangan publik khususnya di lingkungan NU banyak mempertanyakan guna mengeksplorasi apakah kepemimpinan Erick Thohir akan membawa transformasi positif atau justru menimbulkan kontroversi sesaat di lingkungan organisasi dengan jumlah anggota terbesar di dunia. 


Kaderisasi Erick Thohir di Lingkungan NU

Gus Ipul, Gus Yahya, dan para tokoh PBNU, menyatakan bahwa Erick Thohir dianggap sebagai sosok yang tepat untuk memimpin Lakpesdam PBNU karena pengalamannya sebagai seorang teknokrat dan seabreg pengalaman lainnya. Mereka berharap Erick Thohir mampu mengonsolidasikan transformasi Lakpesdam dari fokus hanya pada SDM menjadi lembaga yang lebih strategis, holistik, dan komprehensif.


Dengan latar belakang sebagai pengusaha dan Ketua Umum PSSI, menjabat sebagai Menteri BUMN ke-9 dan memiliki rekam jejak dalam kepemimpinan berbagai organisasi, termasuk pernah menjadi presiden klub sepak bola ternama, Inter Milan. Meski demikian ia bersedia mengikuti tangga kaderisasi Banser NU mulai tingkat rendah. Awal 2023 dipercaya mengetuai penyelenggaraan Hari Lahir 1 Abad NU di Sidoarjo. Beberapa bulan lalu ia menerima gelar doktor kehormatan dalam bidang Manajemen Strategi dari Universitas Brawijaya, Malang. 


Dengan latar belakang profesionalisme dan militansi Erick Thohir tersebut diharapkan dapat membawa transformasi Lakpesdam PBNU menjadi lembaga yang mampu mengatasi berbagai isu strategis, baik dalam konteks keislaman, kebangsaan, maupun kemanusiaan. Tentu saja, memastikan keberhasilan kepemimpinan Erick Thohir di Lakpesdam NU akan bergantung pada kemampuannya untuk beradaptasi dengan konteks organisasi keagamaan seperti NU, memahami nilai-nilai dan aspirasi anggota NU, semangat kolektivisme, serta membawa api perubahan lembaga tersebut lebih efektif, inklusif dan bertenaga.


Peluang dan Tantangan Erick Memimpin Lakpesdam PBNU

Pengangkatan Erick Thohir bisa membawa pengalaman yang luas ke dalam lembaga ini. Namun, di balik peluang yang dimilikinya, Erick juga dihadapkan pada sejumlah tantangan dalam membawa Lakpesdam menuju transformasi yang diinginkan.


Sebagai sebuah peluang, pertama, keputusan Gus Yahya untuk menunjuk Erick Thohir sebagai Ketua Lakpesdam diyakini memiliki landasan yang kuat. Erick diharapkan dapat membawa Lakpesdam menjadi semacam "Bappenas-nya NU," yang fokus pada perencanaan program, penganggaran, dan konsep-konsep strategis. Dalam konteks ini, pengalaman Erick sebagai seorang teknokrat dan pengusaha diharapkan dapat memberikan kontribusi positif.


Kedua, membawa NU pada transformasi struktural. Hal ini akan berdampak cukup serius bagi dinamika transformasi struktural dalam Lakpesdam NU dengan membangun kebijakan-kebijakan yang responsif terhadap dinamika perkembangan masyarakat dan kebutuhan zaman.


Ketiga, partisipasi ragam lapisan sumber daya manusia NU dan jaringan pesantren diarahkan untuk mendukung peningkatan kapasitas. Keterlibatan tersebut terintegrasi dalam perangkat manajemen strategis dan operasional melalui program kerja Nahdlatul Ulama. Inisiatif ini hemat saya bisa mengakomodasi berbagai perspektif sumber daya manusia NU, lingkungan profesional dan kalangan pesantren. Partisipasi ini diharapkan dapat memperkaya diskusi, memberikan kontribusi dalam kerja-kerja organisasi, serta merespons kebutuhan dinamika NU di era mendatang.


Keempat, membuka gagasan melalui terbentuknya jaringan teknokrasi di tubuh NU. Dengan melakukan serangkaian rancangan kerja berbagai narasumber lintas bidang dan latar belakang, bukan hanya dari kalangan akademisi, memperluas pandangan dan menyuarakan keragaman dalam diskusi dan kegiatan Nahdlatul Ulama dalam kerangka programatik.


Gus Ipul, Sekretaris Jenderal PBNU, menjelaskan bahwa Lakpesdam PBNU akan menjadi lembaga think tank yang meracik perencanaan jangka menengah, jangka pendek, dan jangka panjang. Hal ini melibatkan berbagai bidang, dari pendidikan hingga ekonomi, dan Erick diharapkan dapat mengonsolidasikan proses transformasi Lakpesdam menjadi lembaga yang lebih strategis.


Namun, di samping peluang tersebut, Erick Thohir dihadapkan pada sejumlah tantangan. Pertama, transformasi Lakpesdam menjadi "Bappenas-nya NU" memerlukan pemahaman mendalam tentang manhaj dan harakah, nilai-nilai dan paradigma Islam Aswaja an-Nahdliyyah dan kemampuan untuk mengintegrasikannya dalam perencanaan dan pengembangan sumber daya manusia.


Kedua, tantangan memahami dinamika internal, di mana Erick Thohir akan mendapatkan serangkaian dukungan dan resistensi dalam dinamika internal NU. Mafhum, organisasi Islam terbesar di Indonesia, dan menjalin sinergi dengan berbagai elemen di dalamnya. Erick akan menemukan watak organisasi yang telah melangkah satu abad menuju abad berikutnya. Kemampuan untuk beradaptasi dengan konteks jaringan kerja dan paradigma keislaman dan ke-Nahdliyyah-an menjadi kunci keberhasilan dalam membawa Lakpesdam berperan sebagai lembaga yang strategis dan relevan.


Ketiga, dalam menjalankan tugasnya, Erick juga diharapkan dengan menjaga independensi Lakpesdam, menjalankan fungsi advokasi kebijakan publik, berpihak kepada kelompok rentan marjinal yang tidak diuntungkan oleh pembangunan, dan memastikan tersedianya dukungan informasi, data, analisis, serta alternatif rumusan strategis kepada PBNU.


Keempat, pertumbuhan generasi X, Z dan Milenial di lingkungan NU perlu mendapat respons serius. Membangun organisasi dengan multi-generasi membawa tantangan tersendiri bersamaan dengan arah visi pembangunan Indonesia Emas 2045. Generasi Z dan Milenial akan memainkan peran dominan di sektor publik dan dunia kerja, dengan 83 persen para pemimpin organisasi merekrut Generasi Z. Meskipun beda karakter, Milenial dianggap sebagai digital pioneers, Generasi Z punya keunggulan pragmatisitas dan fokus pada keamanan finansial.


Milenial cenderung kolaboratif, sementara Generasi Z lebih independen dan kompetitif. Milenial job-hopping, fenomena milenial pindah kerja secara sukarela dalam waktu singkat terjadi, sedangkan Generasi Z mengejar karier yang berkelanjutan. Generasi Z terbiasa multitasking dan suka komunikasi tatap muka, berbeda dengan Milenial yang mengandalkan komunikasi digital. Nahdlatul Ulama perlu memahami perbedaan ini guna mendesain potensi multi generasi.


Akhirnya, perlu ditekankan bahwa keberhasilan Erick Thohir sebagai Ketua Lakpesdam PBNU tidak hanya diukur dari segi pengalaman manajerial, teknokratis dan forecasting, tetapi juga dari kemampuan merangkul dan memahami dinamika keberagaman internal NU serta memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat luas.


Hemat saya, dengan segala kesibukannya, potensi dan tantangan yang ada, masa kepemimpinan Erick Thohir di Lakpesdam PBNU akan menjadi perjalanan yang menarik untuk diikuti, dan memberikan gambaran tentang sejauh mana kesinambungan dan gerakan transformasi lembaga dapat dicapai di bawah kepemimpinannya. 


Apakah akan terjadi transformasi mendasar, membawa Lakpesdam menjadi lembaga yang lebih dinamis, progresif, dan berdampak luas? Mungkinkah Erick mampu membawa semangat untuk merancang Lakpesdam PBNU menjadi "Bappenas-nya NU" guna mengisyaratkan kesungguhan dalam menyongsong masa depan NU? Apakah dengan dukungan struktural dan visi yang matang, Lakpesdam di bawah kepemimpinan Erick Thohir berpotensi menjadi mesin perubahan yang membawa manfaat besar bagi NU dan masyarakat luas?


Selamat bertugas, kapten!


Abi S Nugroho, penulis adalah Anggota Pengurus Lakpesdam PBNU