Oleh: Muhammad Nur Hayid
Gundah gulana, gelisah, sedih, tiba-tiba datang walaupun tidak kita undang. Sebagaimana juga bahagia, senang, merasa nyaman dan tentram jiwa dan hati kita, tiba-tiba kita rasakan meskipun kadang kita tidak merencanakan itu. Inilah suasana kebatinan, suasana kejiwaan, dan suasana hati kita setiap saat dan waktu, setiap hari, dan berjam-jam yang kita lewati.
Kenapa ini bisa terjadi? karena diri kita, badan kita, memiliki ruh. Ruh inilah yang menjadi asal muasal sumber dari datangnya kebahagiaan dan kegelisahan, dari datangnya kesenangan dan gundah gulana. Maka siapa yang bisa memperbaiki ruhnya, memperbaiki jiwanya, sungguh ia akan menjadi orang yang beruntung.
Allah berfirman dalam QS Al-Syams ayat 9 yang menegaskan bahwa sungguh beruntunglah orang-orang yang selalu membersihkan hati dan jiwanya, membersihkan ruhnya dan setelah itu diisi dengan berdzikir kepada Allah mengingat Allah menyebut-nyebut Allah dan menyambungkan dirinya hanya dengan Allah SWT.
Tidak mungkin kita akan mampu membereskan problem kejiwaan kita, problem gundah gulana dan kegelisahan kita hanya dengan datang ke dokter. Dokter tidak akan bisa menyelesaikan semua ini karena dokter hanya mengobati diri kita dari sisi jasmani saja. Mungkin ada yang lebih jauh ke sisi psikologis kita. Psikologis kita tidak akan mampu untuk menembus ruh dan kejiwaan kita.
Maka cara terbaik jika kita sedang gundah gulana dan gelisah, adalah kembali kepada sang pemilik ruh, kepada Allah SWT. Bagaimana cara kita kembali kepada Allah? Allah memiliki firman-firmannya, Allah memiliki Al-Qur'anul Karim. Maka bacalah Al Qur’an, buka kitab suci itu, resapi makna dan tadabburi artinya serta sambungkan saat kita membaca kalam-kalam Ilahi itu dengan jiwa dan ruh. Insya Allah, Allah akan langsung menghapus gundah gulana, gelisah dan kesedihan hati kita.
Sebab dalam Al-Qur'an Allah sendiri menegaskan bahwa dengan mengingat Allah maka akan menjadikan hati kita menjadi tenang. Berdzikir salah satunya adalah dengan membaca Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an adalah basis atau landasan orang-orang yang yakin akan keagungan, kemuliaan dan kekuasaan Allah SWT. Membaca Al-Qur’an tidak hanya akan membuat kita mendapatkan petunjuk lahiriyah dan petunjuk batiniyah saja, tetapi Al-Qur’an juga akan menjadikan obat, menjadikan segala macam kebahagiaan dalam hidup kita.
Allah menegaskan bahwa tidaklah Allah menurunkan Al-Qur’an itu kecuali ia menjadi obat dan menjadi rahmat serta menjadi wujud cintanya Allah kepada kita. Dengan Al-Qur’an, obat akan hadir mengobati segala macam sakit, gelisah, gundah gulana kita dan rahmat Allah akan hadir karena kita membaca Al-Qur’an.
Penyakit fisik sangat mudah disembuhkan. Saat terluka menyayat tangan kita, kulit terkelupas, obatnya sangat banyak dan mungkin perihnya hanya satu kali. Namun jika luka hati yang kita rasakan, bagaimana kita mengobati dan berapa lama kita akan bisa menghilangkan rasa sakit itu?
Maka, mari kita baca Al-Qur’an karena Al-Qur’an adalah obat dari segala macam gundah gulana, gelisah, ketidaknyamanan dan ketidaktenangan hati kita. Masyarakat saat ini yang hidup di era modern yang penuh dengan kegelisahan, penuh dengan gundah gulana bisa jadi karena mereka sedang jauh dengan Al-Qur’an.
Namun pertanyaan seringkali muncul ketika kita sudah membaca Al-Qur’an, namun kenapa masih gundah gulana?. Kita perlu menyadari bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah yang suci yang cara untuk membacanya, cara memahaminya, cara mentadabburinya pun tidak bisa sembarangan.
Jika kita sudah membaca Al-Qur’an tapi tidak pernah merasakan nikmatnya kebahagiaan, nikmatnya ketenangan, nikmatnya efek dari Al-Qur’an, mungkin karena kita tidak beradab dalam membaca Al-Qur’an. Karena untuk melahirkan Al-Qur’an sebagai obat, harus menggunakan tata cara seperti yang difirmankan Allah dan diteladankan Rasulullah SAW. Kita harus berakhlak dan beradab saat membaca Al-Qur’an.
Bagaimana akhlak dan adab kita dalam membaca Al-Qur’an? Kita harus menjaga wudhu, kita harus suci terlebih dahulu. Suci lahir dan suci batin, suci dari hadats, suci dari najis, dan suci dari penyakit hati. Jika kita tidak suci, energi yang luar biasa dahsyat dalam Al-Qur’an tidak akan mampu kita serap. Sehingga bacaan Al-Qur’an kita hanya akan sampai di kerongkongan kita. Tentu ketika bacaan hanya sampai di kerongkongan, tidak akan pernah dan tidak akan mungkin kebahagiaan yang Allah tiupkan melalui firman-firmanNya akan kita rasakan dalam hati dan jiwa kita.
Keadaan suci menjadi dasar untuk membaca Al-Qur’an yang melahirkan rahmat Allah, obat dari segala macam obat, dari penyakit yang bersemayam serta akan menjadikan kita semakin tenang, tentram dan bahagia.
Setelah kesucian kita jaga, kita juga harus menjaga niat kita dengan membaca Al-Qur’an secara ikhlas. Membaca Al-Qur’an tidak boleh diniatkan untuk gagah-gahan, untuk menunjukkan kita hebat dan pintar, untuk agar kita dipuji oleh orang. Namun membaca Al-Qur’an adalah dalam rangka menyambungkan diri kita kepada Allah SWT.
Maka saat kita membaca Al-Qur’an, pastikan hadir kesadaran dalam diri kita bahwa kita mengulang firman-firman Allah yang tidak ada awal dan tidak ada akhirnya ini. Sadarkan diri kita saat membaca Al-Qur’an bahwa kita sedang dipinjam oleh Allah untuk melantunkan firman-firmanNya.
Ikhlaskan saat kita membaca dan benar-benar karena ingin mengharapkan tersambungnya diri kita dengan Sang Pencipta. Seperti saat kita melakukan klik terhadap sebuah big data (data besar) yang ada di alam raya ini. Kita ini adalah salah satu server kecil yang ingin mengakses server besar. Maka pastikan jangan ada hambatan agar akses kita tidak tersendat. Dan menghilangkan hambatan itu adalah dengan cara mengikhlaskan sepenuhnya bacaan Al-Qur’an kita. Bukan untuk mencari pahala apalagi sampai kita ingin dipuji dan dianggap hebat, serta dianggap pintar oleh orang lain.
Dengan niat yang ikhlas dan tulus saat membaca Al-Qur’an, betul-betul mengharap ridha Allah, menyambungkan diri kita kepada Allah, mengkomunikasikan diri kita kepada Allah, didasarkan dengan keinginan bertadabbur, bertafakkur dan kemudian mengamalkan apa yang kita pahami, maka Al-Qur’an akan menjadi obat dari segala macam penyakit.
Tidak heran jika belakangan ini, kita mendapatkan berbagai informasi yang berasal dari hasil riset medis berupa orang-orang dibacakan Al-Qur’an saat terkena berbagai penyakit seperti kanker, stress, gila dan sebagainya ketika rutin dibacakan Al-Qur’an, bisa sembuh. Dan orang-orang yang mendapatkan penyakit yang tidak ada obatnya tapi dengan terapi Al-Qur’an, mereka ikhlas, percaya, Allah memberikan kesembuhan dengan sebab Al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan anugerah terbesar untuk umat Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an adalah mukjizat yang tidak dicabut oleh Allah SWT sebagaimana mukjizat nabi-nabi terdahulu sebelum Rasulullah yang ditarik kembali dan selalu hilang ditelan waktu seiring dengan pergiliran meninggalnya sang utusan.
Maka rugilah jika ada yang sudah mendapatkan Al-Qur’an namun tidak memperlakukan anugrah terbesar itu selayaknya. Sungguhlah bodoh jika ada di antara kita yang sudah mendapatkan Al-Qur’an, sudah hafal Al-Quran, sudah bisa membaca Al-Qur’an, sudah bisa memahami Al-Qur’an dan bisa mengamalkan Al-Quran, tetapi ia tinggalkan semua ini, hanya untuk mencari jabatan dunia.
Akhirnya Al-Qur’an ditinggalkan, tidak pernah dibaca lagi. Sungguhlah terlaknat orang-orang yang sudah diberikan Al-Qur’an yang merupakan petunjuk bagi orang yang bertakwa, namun sebaliknya Al-Qur’an digunakan tameng untuk kepentingan politiknya, kepentingan ekonominya, dan kepentingan kekuasaan yang sedang ingin diraihnya. Terlaknatlah orang-orang orang yang mendapatkan Al-Qur’an namun mereka menjual ayat-ayat Al-Qur’an dan harga murah karena ingin memperoleh dunia semata.
Terlaknat orang-orang yang mendapatkan Al-Qur’an tapi justru ia tidak mendapatkan haknya mendapatkan pertolongan dan mendapatkan syafaat dari Al-Qur’an karena ia memperlakukan Al-Qur’an tidak sepantasnya. Mari kita jadikan Al-Qur’an sebagai pedoman kita, petunjuk kita dan sebagai Guide line kehidupan kita untuk kebahagiaan abadi di akhirat kelak.
Penulis adalah Wakil Ketua Lembaga Dakwah PBNU
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Bahaya Tamak dan Keutamaan Mensyukuri Nikmat
2
Khutbah Jumat: Inilah Obat bagi Jiwa yang Hampa dan Kering
3
Khutbah Jumat: Belajar dari Pohon Kurma dan Kelapa untuk Jadi Muslim Kuat dan Bermanfaat
4
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
5
Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
6
PBNU Tata Ulang Aset Nahdlatul Ulama Mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, hingga Saham
Terkini
Lihat Semua