“Trend selalu berawal dari adat.” Demikian seorang ustadz di sebuah forum kajian memberikan keterangan tentang pengejawantahan makna kaidah ‘Al-‘âdatu muhakkamah” yang makna asli sebenarnya adalah “Adat kebiasaan bisa dijadikan sebagai sebuah hukum.”
Korelasi antara adat dan nilai budaya menyatu membentuk sebuah nilai tradisi sebagai risiko. Risiko tersebut adalah makhluk yang bernama trend.
Demikianlah trend variasi hijab terbentuk akibat budaya berhijab masyarakat mulai terbangun. Berkumpulnya para penyuka variasi hijab dalam suatu wahana tertentu, membentuk sebuah komunitas yang disebut hijabers. Berangkat dari komunitas ini, dihasilkan banyak informasi seputar permasalahan hijabers dan berikut informasi perkembangan budaya hijab.
Komunitas hijabers sebenarnya sudah lama eksis, khususnya di media-media sosial seperti, facebook dan instagram. Realitanya memang komunitas ini menjamur di era media sosial.
Apakah tidak ada manfaat? Tentu ada banyak manfaat dari keberadaan komunitas ini, meskipun sebagian pihak masih mengelompokkannya sebagai wahana ngerumpi saja. Poin pentingnya, komunitas hadir guna mempopulerkan budaya hijab.
Sebuah hasil riset yang dimuat di sebuah jurnal ilmiah Universitas Hamka dan ditulis oleh Khusni Lathifah dengan judul Hijabers di Era Informasi, memberitahukan bahwa popularitas hijab dan hijabers adalah bisa dipengaruhi oleh banyak faktor.
Dari kesekian faktor itu, tiga faktor yang dirasa penting untuk disampaikan di era informasi ini, adalah:
1. Faktor Tekanan Informasi
Disadari atau tidak, tekanan informasi telah berdampak besar ke semakin merebaknya komunitas hijabers dan tentu trend hijab. Tekanan informasi umumnya datang dari media sosial dan media informasi publik, seperti televisi, majalah dan internet.
Dari sini, para desaigner busana jeli membaca peluang. Lalu didesainlah sejumlah variasi hijab guna memenuhi hajat kaum perempuan untuk tetap bisa tampil modis di hadapan publik, namun tidak keluar dari batas-batas norma syariat.
2. Model Teladan Endorser
Kedudukan ini dipegang oleh para artis, sehingga seolah mereka menjadi figur bahwa ternyata setelah berjilbab, dunia keartisannya tetap tidak ditinggalkan dan ia tetap bisa tampil memikat. Jadilah mereka endorser bagi para perancang busana muslimah sehingga secara material mendapat keuntungan.
Peran lain, ia menjadi bak juru dakwah yang mengkampanyekan hijab. Mereka seolah-olah berkata, “Hai kaumku, hijab tidak menghilangkan kecantikamu! Lihatlah diriku, tetap bisa tampil memikat dan tidak kalah eksis dibanding artis yang lain yang tidak berhijab. Ayo kita budayakan hijab!”
3. Merebaknya Tutorial Hijab dan Youtubers
Seringnya para artis hijabers tampil di hadapan publik dengan ragam hijab yang dipergunakannya membikin para penggemarnya berusaha untuk mencari-cari tahu informasi tutorial berhijab. Dengan ditopang oleh kemajuan teknologi berupa saluran informasi whatsapp grup, terjadi akumulasi para hijabers berbagai penjuru belahan dunia, berkumpul dan nimbrung di satu grup, yaitu hijabers.
Akhirnya terjadilah saling tukar informasi. Dari sini lahir tutorial hijab yang asalnya hanya dikhususkan untuk sesama anggota grup, lalu lama-lama merambah ke terbentuknya kreatifitas guna mendesaign hijab sendiri.
Sebagaimana telah disampaikan, bahwa tidak hanya berhenti di whatsapp grup, di Instagram, facebook, dan komunitas youtubers, ada sebuah komunitas tersendiri dari hijabers.
Beberapa di antaranya ada yang mencoba menawarkan hijab yang dilabelinya sebagai istilah hijab syar’i dengan ditopang sejumlah dalil yang dibikin untuk menguatkan brand yang dibawanya. Pakaian yang ditawarkannya juga dilabelinya sebagai pakaian syar’i. Sementara di lain pihak, ada komunitas hijabers dengan pakaian yang modis namun tidak meninggalkan sisi kesopanan.
Kaum perempuan senantiasa identik dengan dunia fashion dan kosmetik bahkan seolah tidak mungkin lepas dari keduanya. Bagaimana mau lepas, sementara ada sebuah hadits yang berbunyi, “Sebaik-baik istri adalah mereka yang apabila engkau melihatnya, maka ia membahagiakanmu.”
Kelihatannya hadits ini tidak menyinggung soal kecantikan secara jelas, namun makna di balik itu merupakan anjuran bagi kaum perempuan memperhatikan penampilannya, khususnya di hadapan keluarga dan suaminya. Peran untuk tampil cantik dan membahagiakan inilah yang hendak dijawab oleh hijabers.
Dengan munculnya komunitas hijabers, pertukaran informasi menjadi tidak hanya terbatas pada persoalan-persoalan khusus fashion saja. Ada persoalan berkaitan dengan masalah perawatan rambut perempuan berhijab. Dari masalah rambut ini, diciptakan produk khusus shampoo atau conditioner bagi perempuan hijabers.
Beragam produk diciptakan memang dengan tujuan memenuhi kebutuhan konsumennya. Kebutuhan ini tentu karena berawal dari keinginan mengatasi masalah hijabers. Tentu masalah juga selalu dikaitkan dengan budaya keseharian hijabers.
Misalnya, kebutuhan kaum hijabers mengatasi bau apak rambut, rambut sering ketombean karena seringnya memakai hijab dalam kondisi rambut basah. Bagaimana tidak dipakai dalam kondisi basah, sementara kaum hawa harus mengenakan hijabnya selepas wudhu, yang minimal sehari semalam adalah lima kali? Ini menjadi satu titik persoalan yang bisa dengan mudah diadopsi dari grup hijabers ini.
Ada masalah lain berupa rambut kadang kala berubah warna menjadi merah disebabkan ia terbalut terus menerus oleh jilbab tanpa ada kesempatan menghirup udara bebas. Belum lagi produk guna mengatasi masalah efek rambut rontok atau rambut bercabang karena faktor hijab ini. Semua ini juga dapat dengan mudah disurvai dan diadopsi oleh kalangan produsen produk guna mengembangkan produk perusahaan yang dihasilkannya.
Beragam masalah ini kini telah banyak terjawab. Jika anda pergi ke sebuah swalayan, lalu anda mencari produk yang khusus diperuntukkan bagi perempuan hijabers, wah...Anda akan menemukan seabrek produk itu. Makanya, tidak heran bila kemudian banyak wanita muslimah yang kini condong dan lebih memilih berhijab, karena berhijab selain menambah kecantikan, sudah tersedia produk yang bisa mengatasi masalah rambut yang menjadi mahkota kaum perempuan.
So....Mau tunggu kapan lagi untuk berhijab? Mari berhijab! Berhijab tidaklah menghilangkan kecantikanmu dan menghilangkan pesona rambutmu, namun ia mengatur kapan saatnya keindahan mahkota rambutmu itu layak dipertontonkan. Tentu saja, ke suami atau keluarga yang Anda cintai. Jika Anda adalah termasuk salah satu dari hijabers sejati, pasti Anda akan ingat dengan lagu ini:
Berkibar jilbabmu.. Di setiap waktu
Di sepanjang jalan kulihat kamu
Dengan jilbabmu meredam nafsu
Busanamu menyejukkan kalbu
Pesona jilbabmu anggun di wajahmu
Sekilas senyummu menambah ayu..
Karena jilbabmu aku terpaku
Cermin takwa iman di dadamu
Oleh Tim Penulis–Forum Kajian Fikih Kewanitaan dan Gender PP Hasan Jufri Putri–Pulau Bawean, Jawa Timur. forum ini dipimpin oleh Ustadz Muhammad Syamsudin.