Opini

Strategi Penanggulangan Covid-19 di Indonesia

Rab, 8 April 2020 | 10:00 WIB

Strategi Penanggulangan Covid-19 di Indonesia

Ilustrasi virus corona. (NU Online)

Oleh Syahrizal Syarif

Situasi wabah Coronavirus Desease 2019 (Covid-19) di Indonesia semakin mengkhawatirkan, kasus baru terus meningkat, total kasus konfirmasi sudah melewati angka psikologis hampir 3.000 (2.956 dengan 222 pasien sembuh dan 240 kematian pada 8 April 2020) meliputi 30 provinsi. Hanya soal waktu, kasus Covid-19 akan dilaporkan di provinsi lainnya.

Gugus Percepatan Penanggulangan Covid-19 sudah dibentuk, tim pakar pendamping sudah memberi masukan, strategi utama Social Distancing sudah diterapkan, desentralisasi laboratorium sudah dijalankan, begitu juga obat sudah dibeli, rapid test bahkan sudah diujikan. Rumah sakit khusus Covid-19 di Kemayoran sudah berfungsi, sebentar lagi di Pulau Galang.

Prediksi perkembangan kasus sudah beredar dari pakar perguruan tinggi terkenal. Kapan puncak kasus harian tertinggi disajikan, berapa jumlah kasus yang akan ditemukan juga tersaji bahkan berapa kemungkinan jumlah kematian akibat Covid-19 disampaikan. Tentu sangat menakutkan melihat angka-angkanya, lengkap dengan skenario pesimis dan optimis.

Apa pun skenarionya, pesannya satu, tempat tidur di rumah sakit yang ada tidak akan cukup menampung mereka yang membutuhkan. Angka kasus konfirmasi pada jumlah yang sulit dipercaya, semua tergantung pada asumsi yang digunakan. Lalu apa strategi yang patut dijalankan.

Sementara hiruk-pikuknya adalah laporan pembubaran kerumunan, simulasi penutupan arus kendaraan, rencana penutupan jabodetabek, penyemprotan disinfektan, pelarangan mudik, sampai denda buat pelanggar karantina.

Strategi yang perlu dipertimbangkan adalah strategi yang kemudian diikuti langkah operasional yang mampu memberi dampak bermakna pada pencegahan penularan, mampu mengatasi kekurangan kebutuhan fasilitas kesehatan, mampu mengurangi dampak sosial-ekonomi yang terjadi, dan berdasarkan pada sistem dan sumber daya yang ada.

Usulan strategi disampaikan tanpa uraian panjang, berupa pokok gagasan saja. Sebab itu, saya mengusulkan beberapa strategi penanggulangan Covid-19 sebagai berikut:

Strategi 1

Penanganan penanggulangan berbasis kabupaten/kota. Keberhasilan penanggulangan Covid-19 sangat tergantung pada manajemen kendali di tingkat kabupaten/kota. Sumber daya dan rentang kendali manajemen memungkinkan. Saat ini tampak peran Gubernur, terutama di Jawa sangat kentara.

Strategi 2

Penyediaan tiga jenis fasilitas dengan kebutuhan berbeda. Pertama, pusat karantina untuk merawat ODP dan PDP. Kedua, rumah sakit khusus Covid-19 untuk merawat kasus konfirmasi dengan gejala ringan dan sedang. Ketiga, penyediaan rumah sakit rujukan untuk kasus konfirmasi dengan gejala klinis serius atau berat. Pusat karantina dapat dibangun dari pemanfaatan berbagai fasilitas yang ada.

Strategi 3

Penemuan atau deteksi kasus sedini mungkin dengan rapid test pada orang dengan suhu lebih atau sama dengan 38 derajat celsius, OTG, ODP, dan PDP serta perluasan pemeriksaan diagnostik. Pembiayaan tidak boleh menjadi hambatan.

Strategi 4

Di bawah kendali manajemen kabupaten/kota dibentuk Desa Siaga Covid-19. Untuk wilayah perkotaan dapat di bentuk RT siaga covid-19. Satuan tugas tingkat desa ini membutuhkan tenaga pendukung dapat dengan memanfaatkan para kader atau tenaga relawan.

Fungsi terpenting adalah memantau status demam harian warga, memberi arahan istirahat di rumah, memantau pergerakan warga, membantu proses diagnostik dini, membantu proses rujukan dan memantau status suhu OTG yang berasal dari daerah tertular. Proses pemantauan dapat memanfaatkan kemajuan internet atau menggunakan instrumen sederhana berupa simbol status kesehatan.

Penerapan strategi di atas menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari langkah pembatasan mobilitas umum dan strategi lainnya yang sudah dijalankan termasuk tata kelola sumber daya, logistik, tata kelola relawan medis dan non-medis.

Patut dipertimbangkan apapun langkah strategis yang diambil di hari-hari mendatang, termasuk opsi karantina wilayah, hendaknya mampu meminimalkan dampak sosial ekonomi masyarakat yang sudah menderita akibat kehilangan mata pencaharian.

Bahkan bagi mereka ancaman kematian Covid-19 tidak lebih menakutkan dibanding dengan tidak adanya uang untuk makan bagi anak-anaknya pada hari itu. Penerapan kendali manajemen yang baik di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten, serta didukung organisasi masyarakat dengan segala potensi kerelawanannya diharapkan Indonesia mampu melewati masa sulit ini.
 

Penulis adalah Pakar Epidemiologi FKM UI, Tim Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 PBNU, Wakil Rektor Unusia Jakarta