Opini

Strategi Pengendalian Wabah Covid-19

Sen, 13 April 2020 | 14:25 WIB

Strategi Pengendalian Wabah Covid-19

Ilustrasi virus corona. (NU Online)

Oleh Syahrizal Syarif

Apakah dunia saat ini sudah mampu mengendalikan wabah Corona Virus Desease 2019 (Covid-19)? Untuk menjawab pertanyaan ini, jawabannya ada pada pengamatan atas gambaran grafik batang yang menyajikan jumlah kasus per hari yang dilaporkan.
 
Jika paling tidak, dalam tiga hari terakhir jumlah yang dilaporkan angkanya lebih rendah dari hari-hari sebelumnya, maka dapat dinyatakan sebagai berita baik, tanda-tanda wabah mulai terkendali di negara atau wilayah tersebut.

Tentu kadang kadang terjadi sesuatu hal yang tidak terduga, misalnya munculnya 287 kasus Covid-19 di Singapura dari klaster asrama pekerja asing yang bekerja di bidang konstruksi. Namun, hal ini tidak membuat Singapura menjadi negara dengan wabah tidak terkendali.

Saat ini di dunia, terdapat tujuh negara di mana wabah Covid-19 masih akan meningkat tajam, artinya belum menunjukkan tanda-tanda terkendali.

Walau negara-negara di Eropa dengan jumlah kasus diatas 125.000 cukup banyak seperti Spanyol, Italia, Prancis dan Jerman, namun laporan kasus baru menunjukkan langkah langkah pencegahan dan pengendalian menunjukkan tanda-tanda keberhasilan.

Semua negara di Asia Tenggara seperti Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, dan Vietnam berada dalam wabah yang terkendali.

Adapun 7 negara yang saat ini berada dalam situasi peningkatan wabah adalah (kasus per 13 April 2020):

1. USA - dengan 533.000 kasus
2. Turkey - dengan 52.000 kasus
3. India - dengan 8.500 kasus
4. Jepang - dengan 6.700 kasus
5. Indonesia - dengan 4.200 kasus
6. Saudi Arabia - dengan 4.000 kasus
7. UEA - dengan 3.700 kasus

Keberhasilan negara-negara dan wilayah yang menunjukkan gambaran keberhasilan pengendalian wabah hendaknya memberi kesadaran dan kepercayaan kepada kita, bahwa kita juga akan mampu mengendalikan wabah.

Kunci keberhasilan semua negara yang mampu mengendalikan wabah terletak pada kepemimpinan yang kuat, upaya pencegahan dan pengendalian yang terukur. Indonesia harus bertumpu pada kemampuan dan kondisi yang ada.

Pada sisi hulu, dimana orang-orang yang sehat berdiam di rumah, harus diupayakan tidak tertular orang sakit dengan pemantauan dan pendampingan warga dalam RT, RW, Desa, dan Kampung Siaga Covid-19 berbasis masyarakat, khususnya pemantauan pemudik, orang tanpa gejala (OTG). Di sinilah organisasi keagamaan dan sosial-kemasyarakatan seperti Nahdlatul Ulama bisa sangat berperan.

Di tengah kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ketat disertai bantuan pengurangan dampak ekonomi, baik bantuan pemerintah, swasta dan masyarakat. Sementara di hilir, orang-orang yang berpotensi menularkan penyakit harus dipisahkan dari orang yang sehat dengan cara membuat tiga fasilitas.

Pertama, Pusat Karantina untuk orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) yang dapat mengurus dirinya sendiri. Kedua, rumah sakit khusus Covid-19 bagi PDP lansia dan dengan penyakit penyerta serta kasus konfirmasi ringan dan sedang. Ketiga, Rumah Sakit Rujukan untuk kasus konfirmasi Lansia, penyakit penyerta, serta untuk kasus konfirmasi yang serius dan berat.

Dengan strategi pencegahan dan penanggulangan di atas, diharapkan dalam 28 hari ke depan setelah PSBB diterapkan kita dapat melihat tanda-tanda wabah akan terkendali. Syukur jika bisa terlihat lebih awal. Patut dipertimbangkan agar wilayah yang berstatus zona merah ditetapkan sebagai wilayah penetapan PSBB.

Perlu sikap cepat tanggap dan terukur dalam suasana darurat seperti ini. Jangan sampai formalitas dan birokrasi menjadi musuh utama wabah. Semoga.
 

Penulis adalah, Ketua PBNU Bidang Kesehatan, Pakar Epidemiologi FKM UI, Wakil Rektor Unusia Jakarta