Pesantren Riyadlus Sholihin Kembangkan Beragam Unit Usaha
NU Online · Kamis, 25 Juni 2015 | 05:30 WIB
Probolinggo, NU Online
Memiliki ribuan santri dan alumni yang tidak terhitung jumlahnya dimanfaatkan oleh Pondok Pesantren (Ponpes) Riyadlus Sholihin Kelurahan Ketapang Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo untuk mengembangkan sejumlah unit usaha. Mulai dari pertanian, peternakan, koperasi sampai toko waralaba.<>
Sejak memasuki Ramadhan 1436 H, aktivitas Pesantren dan sekolah libur. Kondisi itu dimanfaatkan sebagian besar santri maupun santriwati untuk pulang ke kampung halaman. Diperkirakan hanya sekitar 20 persen saja santri yang tetap tinggal di liburan panjang tahun ini.
Di Pesantren yang didirikan oleh almarhum Habib Muhammad bin Alin Al-Habsy ini, total ada sekitar 3 ribu santri yang menimba ilmu. Terdiri atas 2 ribu santriwati dan seribu santriwan. Ribuan santri itulah yang kemudian menggerakkan roda ekonomi pesantren dengan memanfaatkan koperasi pesantren yang didirikan bersamaan dengan berdirinya ponpes.
Pengembangan bisnis untuk menopang Pesantren mulai dilakukan sejak almarhum Habib Muhammad mendirikan ponpes ini. Diantaranya usaha perkebunan budidaya pohon sengon di Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo. “Kami sewa lahan, bibit dari kami sendiri,” ujar Ustads Hafid Ahmad Salim, Kepala Pesantren Riyadlus Sholihin, Rabu (24/6).
Untuk sengon tersebut, pihak pondok mempercayakan pada petani lokal dibantu warga sekitar. “Dalam setiap bidang usaha yang dijalankan, kami selalu memberdayakan santri, alumni, maupun warga sekitar,” terangnya.
Hal itu bukan hanya untuk bidang perkebunan saja, tetapi juga usaha lainnya. Diantaranya peternakan dan penggemukan sapi di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo. Untuk sapi dewasa saja, dilahan utama ada sekitar 40 ekor. Belum sapi anakan dan juga yang ada di rumah warga.
Selain peternakan, bidang usaha pertanian juga dirambah oleh pihak pondok. Maklum, lokasi pondok berdekatan dengan lahan pertanian. “Tapi karena lahannya milik orang, jadi sistemnya sewa. Saat ini hasil panen dari pertanian hanya dibuat konsumsi di internal pondok,” jelasnya.
Tidak cukup sampai disitu, pihak pondok juga mengembangkan peternakan lele. Dengan memanfaatkan lahan berada di lokasi pondok. Kebetulan untuk mengairi lahan peternakan lele melimpah.
“Kami punya IPAL (instalasi pengelolaan air limbah) sederhana yang bisa membersihkan air sisa mandi santri. Air itu dan sungai yang menjadi sirkulasi air lele,” katanya.
Bisnis lainnya yang sejak awal juga dirambah adalah koperasi pondok pesantren (kopontren). Selain simpan pinjam, di koperasi tersebut juga digerakkan unit usaha lainnya. Seperti toko yang menjual segala kebutuhan santri, percetakan, foto kopi dan ATK (alat tulis kantor), jual beli kitab sampai kantin pondok.
Saat ini pihak pondok juga mulai merambah bidang usaha lain yakni waralaba. Kebetulan ada lahan yang sudah disiapkan di sisi selatan. “Perizinan sudah selesai semua. Jadi tinggal membangun saja,” tegasnya.
Segala unit usaha yang ada di dalam pondok juga memberdayakan santri yang tergabung dalam organisasi santri (itmaris). Sebagian mendapatkan honor, sebagian lagi yang tidak mendapatkan honor akan dibebaskan pembayaran pendidikan selama di pondok.
“Bidang usaha yang dijalani kami memang banyak. Karena prinsip kami agar bisa bermanfaat bagi semuanya, baik santri, alumni maupun warga sekitar. Prinsipnya dari santri kembali ke santri,” tambahnya.
Kemajuan pendidikan Pesantren Riyadlus Sholihin tidak lepas dari kolaborasi unik kakak-beradik Habib Ali Al Habsy dan Habib Hadi Zainal Abidin. Kolaborasi tersebut ditunjukkan dengan pendelegasian wewenang antara keduanya.
Jika Habib Ali menangani ponpes dan melayani umat dari dalam, sedangkan Habib Hadi menangani urusan luar seperti hal-hal yang berkaitan dengan pemerintahan, politik dan bisnis.
Habib Hadi mengatakan, dijalankannya unit usaha di pondok bermakna ganda. Selain mengembangkan roda perekonomian pondok dan warga sekitar, juga menjadi pendidikan kewirausahaan pada mereka,” ujarnya.
Selain itu, keberadaan Pesantren di tengah-tengah masyarakat juga ikut mengerek perekonomian warga. Sebab sebagian warga juga terbantu dengan membuka usaha seperti warung nasi, toko peracangan dan sebagainya. Dan pihak pondok sendiri tidak pernah melarang santrinya membeli kebutuhan di luar toko milik ponpes. (Syamsul Akbar/Fathoni)
Terpopuler
1
Keistimewaan Bulan Dzulhijjah dan Hari Spesial di Dalamnya
2
Amalan Penting di Permulaan Bulan Dzulhijjah, Mulai Perbanyak Dzikir hingga Puasa
3
Kelola NU Laksana Pemerintahan, PBNU Luncurkan Aplikasi Digdaya Kepengurusan
4
Pengumuman Hasil Seleksi Administrasi Beasiswa PBNU ke Maroko 2025, Cek di Sini
5
Tak Bisa Mengelak Lagi, Negara Wajib Biayai Pendidikan Dasar Termasuk di Swasta
6
Mengenal Aplikasi Digdaya Kepengurusan yang Diluncurkan PBNU
Terkini
Lihat Semua