Puisi

Puisi-Puisi D Zawawi Imron

Kam, 5 April 2012 | 15:11 WIB


Zikir

Alif, alif, alif!

Alifmu pedang di tanganku

Susuk di dagingku, kompas di hatiku

Alifmu tegak jadi cagak, meliut jadi belut

Hilang jadi angan, tinggal bekas menetaskan

 

Terang

Hingga aku

Berkesiur

Pada

Angin kecil

Takdir-

Mu

 

Hompimpah hidupku, hompimpah matiku

Hompimpah nasibku, hompimpah, hompimpah

Hompimpah!

Kugali hatiku dengan linggis alifmu

Hingga lahir mataair, jadi sumur, jadi sungai,

Jadi laut, jadi samudra dengan sejuta gelombang

Mengerang menyebut alifmu

 

Alif, alif, alif!

Alifmu yg Satu

Tegak dimana-mana

 

1980

 

Ibu

kalau aku merantau lalu datang musim kemarau

sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting

hanya mataair airmatamu ibu, yang tetap lancar mengalir

bila aku merantau

sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku

di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan

lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar

ibu adalah gua pertapaanku

dan ibulah yang meletakkan aku di sini

saat bunga kembang menyemerbak bau sayang

ibu menunjuk ke langit, kemundian ke bumi

aku mengangguk meskipun kurang mengerti

bila kasihmu ibarat samudera

sempit lautan teduhtempatku mandi, mencuci lumut pada diri

tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh

lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku

kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan

namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu

lantaran aku tahuengkau ibu dan aku anakmu

bila aku berlayar lalu datang angin sakal

Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal

ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala

sesekali datang padaku

menyuruhku menulis langit biru

dengan sajakku

 

1966

SUNGAI KECIL

sungai kecil, sungai kecil! di manakah engkau telah kulihat?

antara cirebon dan purwakerto atau hanya dalam mimpi?

di atasmu batu-batu kecil sekeras rinduku dan di tepimu daun-daun

bergoyang menaburkan sesuatu yang kuminta dalam doaku

sungai kecil, sungai kecil

terangkanlah kepadaku, di manakah negeri

asalmu?

di atasmu akan kupasang jembatan bambu agar para petani mudah

melintasimu dan akan kubersihkan lubukmu agar para perampok

yang mandi merasakan juga sejuk airmu

sungai kecil, sungai kecil! mengalirlah terus ke rongga jantungku

dan kalau kau payah, istirahatlah ke dalam tidurku! Kau yang jelita

kutembangkan buat kekasihku.

 

1980

 

D. ZAWAWI IMRON adalah penyair asal Batang-Batang, Madura, kelahiran 1945. Ia seorang kiai, mubaligh, dan pengasuh pesantren. Menulis puisi sejak usia 13 tahun, ketika ia di pesantren. Pada mulanya hanya sebagai kegemaran dan panggilan jiwa saja. Tapi kemudian salah seorang temanya mengetik puisinya berjudul Sembari Diri Berangkat Tua. Kemudian dimuat di media lokal Minggu Bhirawa. 

Tahun 1979, sajaknya memperoleh juara I dalam lomba yang ditaja Perhimpunan Sahabat Pena Indonesia. Tahun 1983, 1984, 1985 ia memenangkan lomba yang digelar Perhimpunan Indonesia Amerika. Tahun 1985, syairnya Nenek-moyangku Airmata memperoleh hadiah Yayasan Buku Utama.

Tahun 2010, penyair berjuluk Celurit Emas itu, mendapat penghargaan dari Majelis Sastra Asia Tenggara. Dan tahun 2011 menggondol South East Asia Write Award. Hadiah tersebut dianugerahkan di Bangkok, 16 Februari 2012.

Tiga judul puisi di atas adalah lima puisi yang dibacakan saat Pidato Kebudayaan di Gedung PBNU  tanggal 28 Maret 2012. Pidato yang dilaksanakan tepat di hari lahir Lesbumi ke-50 tahun berjudul Menimba Ilham Vitalitas Nilai-nilai Pesantren.

Terkait

Puisi Lainnya

Lihat Semua