Tokoh

Cita-cita Ahmad Khoirul Anam tentang Literasi dan Dakwah Digital

Sab, 26 Juni 2021 | 15:40 WIB

Cita-cita Ahmad Khoirul Anam tentang Literasi dan Dakwah Digital

Almarhum Ahmad Khoirul Anam. (Foto: dok. Unusia)

Arus deras teknologi informasi dimanfaatkan oleh banyak pihak untuk berupaya menginternalisasi dakwah Islam melalui berbagai macam platform digital, terutama media sosial. Materi dakwahnya pun berlomba-lomba semenarik mungkin untuk menarik konsumen, tak terkecuali anak-anak.


Terkait konten dakwah untuk anak-anak, almarhum Ahmad Khoirul Anam (1981-2021) menyoroti dakwah dalam bentuk video animasi yang belum banyak dilakukan oleh warga NU.


“Yang belum banyak produksi video animasi,” ujar almarhum Ahmad Khoirul Anam ketika menemani kru Redaksi NU Online sowan, Rabu (9 Juni 2021) lalu ke kediaman KH Abdul Mun’im DZ (Pendiri NU Online) di Perumahan Taman Serua, Bojongsari, Depok, Jawa Barat.


Kebutuhan video animasi yang diproduksi oleh warga NU menjadi sesuatu yang penting karena selama ini tidak jarang video-video animasi anak Muslim dijadikan media pembelajaran oleh guru-guru di sekolah.


Beberapa tahun belakangan, selain bergiat sebagai Ketua Program Studi (Kaprodi) Ahwalus Syakhsiyah di Unusia Jakarta, Mas Anam, demikian beliau akrab disapa oleh penulis, juga aktif menggerakkan literasi dalam ekosistem digital, terutama di media sosial. Ia mendirikan wadah Gerak Literasi Indonesia.


Gagasan dan aksi untuk menggerakkan literasi tersebut ia aplikasikan di dalam komunitas, organisasi, dan instansi. Baik di kalangan santri dan pondok pesantren, Nahdlatul Ulama, MUI, Kementerian Agama, dan Islam Nusantara Center.


Mas Anam beberapa tahun belakangan juga aktif memberikan pengajian kitab secara daring di media sosial, dakwah Islam ramah melalui film pendek dokumenter, mengisi ceramah agama di beberapa stasiun televisi, bahkan aktif mengajar ngaji di kompleks perumahannya di Yuda Garuda, Pondok Petir, Bojongsari, Depok.


Pesan mendalam Mas Anam terkait hiruk-pikuk media sosial, masyarakat terutama generasi muda untuk tidak mudah begitu saja terbawa arus isu-isu viral. Prinsip verifikasi dan tabayun perlu dikedepankan agar tidak tidak terjadi polarisasi (perpecahan) antar-anak bangsa.


“Tidak harus semuanya terjebak membicarakan hal yang sama,” ujar Mas Anam menyampaikan pesannya dalam berbagai kesempatan.


Problem-problem masyarakat yang perlu mendapat solusi berserakan di mana-mana. Hal itu akan terabaikan jika seseorang terjerumus oleh isu-isu viral di media sosial padahal isu tersebut tidak ada di sekitar dia hidup. Belum tentu juga isu tersebut diketahui dan dipahaminya sehingga akan menjadi kontraproduktif.


Selain pesan-pesan mendalam tersebut, Mas Anam juga tipe pendakwah modern yang selalu berupaya tampil apa adanya. Beliau meyakini bahwa karakter tidak dibuat-buat yang melekat pada dirinya justru menjadi perbedaan dan ciri khas dakwah di dunia digital.


Namun, aksi-aksi dan gagasan-gagasan besar Mas Anam menjadi cita-cita monumental yang perlu dilanjutkan oleh santri-santri lainnya. Karena Mas Anam harus pergi untuk selama-lamanya dari dunia.


Profil Singkat Ahmad Khoirul Anam


Ahmad Khoirul Anam wafat pada Kamis, 24 Juni 2021 pukul 08.00 WIB di Rumah Sakit Sari Asih Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Jenazahnya dimakamkan di kampung kelahirannya di Desa Kalirejo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, Jawa Timur pada Jumat, 25 Juni 2021 pagi hari. Mas Anam lahir pada 29 Desember 1981 di Kalirejo tersebut.


Selain meninggalkan gagasan dan karya besar, Mas Anam meninggalkan seorang istri, Binti Khoiriyah dan tiga orang anak yaitu Satrio, Zahwa, dan Dea. Mas Anam beberapa hari sebelumnya, tepatnya pada 12 Juni 2021 mengantarkan istrinya untuk diwisuda di JCC Senayan sebagai lulusan Magister Pendidikan (M.Pd) Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ).


Beberapa hari sebelum meninggal dunia, Mas Anam dan keluarga juga hendak mengantarkan Satrio (Tyo) untuk mondok di Pesantren Tebuireng Jombang. Tyo berhasil lulus dan diterima di MTs Madrasatul Qur’an Tebuireng. Sedangkan Zahwa dan Dea masih duduk di bangku sekolah dasar.


Mas Anam juga turut andil dalam mendirikan TPA/TPQ di kompleks perumahannya. Ia aktif membina pengajian PAC Fatayat NU Kecamatan Bojongsari, Depok. Di kompleks perumahannya itu, ia juga dipercaya warga untuk menjabat sebagai Ketua Rukun Tetangga (RT).


Ahmad Khoirul Anam menempuh Pendidikan di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Ia juga menempuh Pendidikan tinggi di Institut Agama Islam Tribakti Kediri sebelum akhirnya hijrah ke Jakarta dan mondok di Pesantren Ciganjur asuhan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ia menjadi santri angkatan pertama di Pesantren Ciganjur.


Mas Anam kerap bergelut dengan dunia tulis menulis. Ia aktif menulis di jurnal, majalah, koran hingga akhirnya ia menjadi seorang jurnalis andal di koran Duta Masyarakat dan NU Online. Jabatan terakhir yang ia emban di NU Online sebagai Wakil Pemimpin Redaksi (2015-2021). Sebelumnya, ia menjadi Redaktur Pelaksana NU Online (2010-2015).


Mas Anam tipe orang yang tidak mau berhenti belajar. Ia melihat kelemahan senior-seniornya di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang kerap abai terhadap capaian-capaian akademik sehingga ia bertekad untuk sekolah lebih tinggi.


Di tengah pengabdiannya di NU Online, Mas Anam mendapatkan kesempatan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan magister (S2) di Universitas Islam Malang (Unisma), kampus mentereng yang dimiliki warga NU.


Ia mengambil jurusan Syariah dengan kajian penelitian terkait metodologi istinbatul ahkam terhadap tradisi bahtsul masail yang dilakukan oleh NU dan pesantren. Mas Anam berhasil mempertahankan tesisnya dan lulus dari Unisma dengan gelar Magister Syariah (M.Sy).


Pengembaraan ilmunya di perguruan tinggi tak sampai di level magister, Mas Anam melanjutkan program doktoral (S3) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun, sebelum berhasil menyelesaikan studi doktornya itu, ia dipanggil oleh Allah SWT pada usia 40 tahun.


Karya-karya penelitiannya tersebar di berbagai instansi dan menjadi gagasan penting, baik di Unusia Jakarta, Litbang Kemenag, Ditjen Pendidikan Islam Kemenag, Ditjen Bimas Islam Kemenag, MUI Pusat, Islam Nusantara Center (INC), dan NU Online.


Perhatian luasnya terhadap penguatan literasi juga diimplementasikan Mas Anam dengan pernah mendirikan sebuah penerbitan buku bernama Penerbit Langgar Swadaya yang berbasis di Depok.


Ahmad Khoirul Anam, seseorang yang dikenal optimis, gigih, sederhana, berprinsip kuat, dan ikhlas itu kini meninggalkan pekerjaan rumah yang perlu dilanjutkan, baik untuk di bidang akademik, jurnalistik, dakwah digital, pendidikan, dan literasi.


Sekali lagi, selamat jalan Mas Anam…


Fathoni Ahmad, Redaktur NU Online