Warta MENGENANG KH IDHAM CHALID

Darul Qur’an, Pesantren Pencetak Generasi Qur’ani

NU Online  ·  Sabtu, 24 Juli 2010 | 06:56 WIB

Bogor, NU Online
Pondok Pesantren Darul Qur'an Kabupaten Bogor, Jawa Barat merupakan wahana bagi pembentukan generasi qur'ani dengan mengembangkan kajian pemahaman Al-Qur’an. Demikian diutarakan Pengasuh Pesantren Darul Qur’an KH Kholilullah dalam perbincangan dengan NU Online di Bogor, Sabtu (24/7).

Dalam dua pekan terakhir, nama Pesantren Darul Qur'an Cisarua Bogor sering mendapatkan perhatian dan liputan luas media massa. Hal tersebut terkait erat dengan pemakaman mantan Ketua DPR/MPR RI KH Idham Chalid.<>

KH Idham Chalid (88) wafat pada Minggu (11/7) di Cipete Jakarta. Jenazah ulama besar Nahdlatul Ulama (NU) tersebut dimakamkan di komplek Pesantren Darul Qur'an Cisarua.

Idham Chalid merupakan ketua umum PBNU 1956-1984 dan pernah menduduki sejumlah posisi penting kenegaraan pada zaman Orde Lama dan Orde Baru. Ia juga merupakan deklarator dan mantan ketua PPP.

Menurut Kholilullah, pemakaman Kiai Idham di Cisaru, sudah diwasiatkan almarhum sejak tahun 1980-an. Sepanjang pertengahan 1980-an hingga akhir 1990-an, Kiai Idham sudah tiga kali menyampaika harapannya pada Kholilullah, bila ia wafat agar jenazahnya dimakamkan di Pesantren Darul Qur'an.

Pesantren Darul Qur'an berdiri di atas tanah seluas 2.630 meter. Tanah tersebut sepenuhnya merupakan wakaf KH Idham. Dari 2.630 luas tanah tersebut, sekitar 100 meter dijadikan taman untuk makam.

"Sekitar 100 m areal pesantren sejak awal telah disiapkan sebagai lokasi makam keluarga Kiai Idham. Sebelum jenazah Kiai Idham dimakamkan, telah ada dua jenazah yang dikuburkan yaitu Bunyamin yang wafat tahun 1985 dan Alimin Azhari yang meninggal dunia tahun 2002," paparnya.

Menurut dia, perintisan pesantren tersebut juga diharapkan menjadi lembaga yang murni sosial, yakni untuk membantu mereka yang secara ekonomi kurang mampu. Pengembangan lembaga tersebut tidak untuk tujuan komersial.

"Darul Qur'an didirikan dengan misi utama sebagai wahana pendalaman pemahaman Al-Quran serta sebagai lembaga yang pelayanan sosial," papar Kholilullah.

Pesantren Darul Qur'an terletak di Jalan Raya Puncak, Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Menag Salah Satu Alumni

Kholilullah mengemukakan, Pesantren Darul Qur'an dirintis sejak tahun 1968. Semua perguruan ini mengembangkan PGAP 4 tahun dan pesantren Al-Quran.

Kemudian pada tahun 1977, saat ada perubahan peraturan pemerintah tentang PGAP, Darul Qur'an mengubah PGAP menjadi Madrasah Tnasawiyyah (MTs) yang dikelolanya hingga saat ini.

Pada tahun 1980, Darul Qur'an merintis sekolah menengah atas (SMA). SMA tersebut hingga kini masih berjalan dengan baik.

"Saat ini ada sekitar 1.000 siswa MTs dan SMA yang menimba ilmu di Darul Qur'an. Sebagian besar berasal dari sekitar Bogor," papar dia.

Selain itu, sejak tahun 1980-an, Darul Quran mengembangkan panti asuhan yatim piatu. Panti asuhan tersebut hingga kini masih berjalan, dengan jumlah anak asuh sebanyak 35 orang.

Menurut Kholilullah, sejak akhir 1960-an hingga awal 1980-an, keunggulan Darul Qur'an terletak pada pemahaman al-Qur'an. Pada saat itu bahkan banyak santri yang mukim khusus untuk menghapal maupun mempelajari qiroat al-Quran.

Salah satu santri yang pernah belajar di Darul Qur'an yang kini menjadi tokoh nasional yaitu Menteri Agama Suryadarma Ali. Suryadarma pernah belajar di Darul Qur'an sekitar tiga tahun.

"Pak Suryadarma merupakan alumni Darul Qur'an. Beliau salah satu alumni yang berhasil," kata Kholilullah.

Kini pengembangan pendidikan pesantren di Darul Qur'an lebih diarahkan pada kajian kitab-kitab salafiyyah. Santri yang bermukim di asrama umumnya yatim piatu dan kaum dhuafa. Sedangkan sebagian besar siswa MTs maupun SMA memilih pulang pergi (PP) dalam mengikuti pendidikan di Darul Qur'an. (hir)