Dicari, Naskah Diskusi Mbah Asnawi-Syeikh Khatib al-Minangkabawi
NU Online Ā· Senin, 30 Juni 2008 | 10:30 WIB
Salah satu pemikiran ke-Islam-an paling monumental karya KH Raden Asnawi, terdapat dalam naskah hasil diskusinya dengan Syeikh Khatib Al-Minangkabawiāulama besar kelahiran Kota Gedang, Bukittinggi, Sumatera Barat. Namun, naskah diskusi yang dilakukan saat keduanya tinggal di Mekah, Arab Saudi, itu hilang.
Pihak keluarga ulama salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) itu pun mengumumkan upaya pencarian naskah yang hilang tersebut. Selain dalam rangka pengumpulan karya-karya Mbah Asnawiāpanggilan akrab KH Raden Asnawi, naskah diskusi tersebut dianggap sangat penting.<>
"Saya mohon, bila ada yang mempunyai atau menemukan karya-karya Mbah Asnawi, mohon bersedia menyerahkannya," ujar salah satu perwakilan keluarga pada acara peringatan Haul ke-50 KH Raden Asnawi di Komplek Pemakaman Menara Kudus, Ahad (29/6) malam. Demikian dilaporkan Kontributor NU Online, Zakki Amali.
Rais Aam Jamāiyyah Ahlut Thariqah Al-Muātabarah An-Nahdliyyah, Habib Lutfi bin Ali bin Yahya, yang juga hadir pada peringatan haul itu, mengatakan, naskah tersebut sangat berharga. Karena, mengandung ilmu yang mendalam. Naskah tersebut juga dapat dijadikan disertasi untuk memperoleh gelar doktor.
Mbah Asnawi adalah putra pertama H Abdullah Husnin, seorang pedagang konveksi ternama di Kudus pada zamannya. Ia lahir di kampung Damaran, Kudus, pada 1281 H (+1861 M).
Ia juga termasuk keturunan ke-14 Sunan Kudus (Raden Jaāfar Shodiq) dan keturunan ke-5 dari KH Mutamakin, seorang wali di Desa Kajen, Margoyoso Pati, Jateng, yang hidup pada zaman Sultan Agung Mataram.
Setelah menikahi Nyai Hajjah Hamdanah (janda Almaghfurlah Syeikh Nawawi Banten), Mbah Asnawi tinggal di kampung Syamiah, Mekah. Selama di Tanah Suci, ia memperdalam ilmu agama dari para lama besar, baik dari Indonesia (Jawa) maupun Arab.
Ia juga pernah mengajar di Masjidil Haram. Di antara para muridnya adalah KH Abdul Wahab Hasbullah (Jombang), KH Bisyri Samsuri (Jombang), KH Dahlan (Pekalongan), KH Chambali (Kudus), KH Mufid (Kudus) dan KH A. Mukhit (Sidoarjo).
Ia pernah aktif di organisasi sebagai Komisaris Sarikat Islam (SI) di Mekah. Saat bermukim di Mekah itulah, ia pernah bertukar pikiran tentang beberapa masalah keagamaan dengan Syeikh Khatib Minangkabawi. Pembahasan itu dilakukan secara tertulis dari awal hingga akhir, meskipun tidak memperoleh kesepakatan pendapat antara keduanya.
Diskusi itu ditulis karena Mbah Asnawi bermaksud ingin memperoleh fatwa dari seorang mufti di Mesir, Sayid Husain Bek. Semua catatan dikirim ke alamat Sayid Husain Bek tetapi yang bersangkutan tidak sanggup memberi fatwa.
Mbah Asnawi meninggal pada Sabtu Kliwon, 25 Jumadil Akhir 1378 Hijriyah, bertepatan dengan 26 Desember 1959 Masehi. Ia berpulang ke Rahmatullah pada usia 98 tahun. (rif)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Meyongsong HUT RI dengan Syukur dan Karya Nyata
2
Khutbah Jumat: Menjadikan Aktivitas Bekerja sebagai Ibadah kepada Allah
3
Khutbah Jumat: Menjaga Kerukunan dan Kerja Sama Demi Kemajuan Bangsa
4
Khutbah Jumat: Dalam Sunyi dan Sepi, Allah Tetap Bersama Kita
5
Redaktur NU Online Sampaikan Peran Strategis Media Bangun Citra Positif Lembaga Filantropi
6
Aliansi Masyarakat Pati Bersatu Tetap Gelar Aksi, Tuntut Mundur Bupati Sudewo
Terkini
Lihat Semua