Warta Kunjungan MWC NU Se-Pemalang ke PBNU

Diskusikan Masalah Kartanu Sampai Pemasaran Belut

Sel, 22 Agustus 2006 | 12:01 WIB

Jakarta, NU Online
Rombongan MWC NU Se-Kab Pemalang Jateng di PBNU dijadikan forum untuk mengungkapkan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh warga NU di sana. Berbagai masalah yang kurang dipahami atau diminta solusinya ditanyakan kepada Ketua PBNU Ir. Mustofa Zuhad Mughni yang menerima rombongan tersebut, Selasa.

Kartu Tanda Anggota NU (Kartanu) merupakan permasalahan pertama yang langsung diungkapkan dalam pertemuan yang berlangsung di Gd. PBNU Lt 5. Terdapat rencana kerjasama dengan Bank Muamalat dalam pembuatan Kartanu yang nantinya sekaligus bisa digunakan sebagai ATM.

<>

Ir. Mustafa Zuhad Mughni yang biasa dipanggil Cak Mus tersebut menghargai adanya upaya kerjasama tersebut. Namun sebaiknya diperhatikan hal-hal teknis seperti kompensasi yang diberikan kepada NU, sampai kapan kerjasama tersebut berlangsung, format Kartanu dan lainnya.

Kerjasama pembuatan Kartanu dengan perusahaan swasta juga telah dilakukan oleh PWNU Jatim dengan menggandeng perusahaan asuransi PT Bringin Life. Setiap pemegang Kartanu dengan persyaratan tertentu sekaligus bisa menjadi pemegang polis asuransi tersebut.

Keluhan juga disampaikan tentang susahnya mengakses dana guna menunjang pendidikan pesantren dan pemberdayaan warga. “Apakah mungkin PBNU bisa mencarikan akses dana untuk kami,” tandas Ketua PCNU Pemalang Zainuri Mahdi.

Dalam hal ini, Cak Mus meminta agar lebih penggalian dana lebih difokuskan dengan pemberdayaan masyarakat bawah. Ia memberi contoh keberhasilan NU Demak yang membangun rumah sakit dengan urunan dari warga dan bermodalkan seadanya. “Dulu dipan dan pintunya tidak sama karena itulah sumbangan dari warga NU. Tapi sekarang rumah sakitnya malah lebih rame daripada milik pemerintah,” tuturnya.

Zainuri juga mempertanyakan tentang status Masdar F. Mas’udi yang menjadi salah satu penulis dalam buku Fikih Lintas Agama yang isinya dianggap meresahkan dan  tidak sesuai dengan ajaran NU seperti bolehnya mengucapkan salam kepada penganut agama lain atau kawin dengan orang beda agama. “Apakah Pak Masdar itu golongan dari Islam Liberar?’ tanyanya.

Untuk pertanyaan ini, Cak Mus berjanji akan menyampaikannya kepada fihak tanfidziyah dan syuriyah PBNU.

Beberapa masalah lain yang diungkapkan adalah kesulitan pupuk yang dihadapi warga disana, potensi peternakan belut yang dimiliki warga tapi susah dalam pemasaran sampai dengan masalah lulusan madrasah NU yang tidak bisa menjadi PNS, apakah ini kebijakan pemerintah lokal atau nasional dan keberadaan STAINU di Pemalang yang masih bergabung dengan daerah lain.

Rombongan yang berjumlah 55 orang tersebut rencananya akan sholat subuh di Ciganjur, di kediaman Gus Dur, namun karena macet di Indramayu, mereka baru sampai di tempat Gus Dur jam 9 pagi. Setelah dari PBNU rombongan melanjutkan kunjungan ke makam Habib Husein bin Abubakar. (mkf)