Warta

Efektifkan Subsidi BBM, PBNU Usulkan Digitalisasi SPBU

Jum, 29 Juli 2005 | 11:39 WIB

Jakarta, NU Online
Masalah BBM sampai saat ini terus mendera pemerintah. Kenaikan harga minyak dunia saat ini semakin memberatkan subsidi yang harus ditanggung dan hal tersebut sebagian besar malah dinikmati oleh golongan kelas menengah, bukan rakyat miskin yang merupakan proporsi sebagian besar masyarakat Indonesia.

PBNU bekerjasama dengan Yayasan Anak Bangsa yang dipimpin oleh Sofian Tjandra mengusulkan adanya digitalisasi pemberian subsidi BBM dalam bentuk “Fuel Management Electronic System” sehingga hanya rakyat miskin yang menerima jatah tersebut.

<>

Mekanisme dari sistem ini adalah para pemilik motor akan diberi kartu akses seperti kartu ATM dan ketika akan mengisi di SPBU mereka harus melakukan otorisasi sebelum mengisi bensin. Hanya kendaraan umum saja yang menerima subsidi sedangkan kendaraan pribadi harus membeli dengan harga internasional.

“Jika ini berhasil, akan dihemat subsidi sebesar 37 Trilyun dalam setahun,” tandas Andi Jamaro yang menjelaskannya di Gd. PBNU (29/7).

Menurut data yang dikemukakan oleh Sofian Tjandra saat ini terdapat 5 juta mobil pribadi dan 27 motor pribadi yang kurang lebih menerima subsidi sebesar 50 persen. Selain itu kapal berbendera asing juga menikmati subsidi disamping penyelundupan.

Ditambahkan Candra bahwa jika hargai minyak naik sampai 100 USD per barel, negara bisa bangkrut jika tak menaikkan harga BBM sedangkan jika dinaikkan akan menimbulkan demo besar-besaran dari masyarakat. Saat ini saja dengan harga 60$ per barel, pemerintah harus merogok koceknya untuk subsidi sebesar 138 Trilyun per tahun.

Sistem ini merupakan penemuan baru di dunia dan sudah didaftarkan hak patennya. “Saat ini kami telah mempresentasikan konsep ini pada Menko Kesra dan sedang meminta Audiensi dengan menteri energi dan sumberdaya mineral,” tandas Andi Jamaro.

Dijelaskan Andi bahwa keterlibatan PBNU karena keprihatinan terhadap masalah yang dihadapi bangsa ini sehingga sebagian besar masyarakat menderita.(mkf)