Warta

Gus Dur-Muhaimin Masih Diperlukan di PKB

NU Online  Ā·  Sabtu, 3 Mei 2008 | 07:48 WIB

Jakarta, NU Online
Duet kepemimpinan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Muhaimin Iskandar diperlukan di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) hingga 2010. Gus Dur tetap dalam posisinya sebagai Ketua Umum Dewan Syura dan Muhaimin sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz.

Demikian pendapat para peserta Muktamar Luar Biasa (MLB) PKB Kubu Muhaimin seperti disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Pacul Goang, Jombang, Jawa Timur, KH KH Azis Mansyur, di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Sabtu (3/5).<>

Namun demikian, kata Kiai Azis, pihaknya tak akan memaksa jika Gus Dur tak menghendaki keinginan sebagian besar para perserta MLB itu. "Tapi, kalau beliau (Gus Dur) tidak mau, jangan dipaksa," katanya.

Kiai yang disebut-sebut calon kuat Ketua Umum Dewan Syura DPP PKB kubu Muhaimin menjelaskan, PKB adalah partai besar. Karena itulah harus dilakukan upaya penyelamatan terhadapnya menyusul konflik internal yang belum menemukan titik terang itu. Caranya dengan mengkomunikasikan perbedaan-perbedaan yang terjadi.

Sebelumnya, Pengasuh Pesantren Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah, KH Dimyati Rois, mengatakan, etika politik patut dikedepankan dalam menata dan mengelola partai. Sebab, etika adalah pijakan agar politisi tidak berpikiran sempit.

"Berpolitik itu tidak boleh mambabi buta. Apalagi sampai menghalalkan segala cara. Itu tidak akan lama. Harus tetap beretika seperti dalam kitab Ahkam Al-Sulthaniyah," terang Mbah Dim—begitu panggilan akrabnya.

Mbah Dim menjelaskan, banyak hal tentang etika politik. Hal ini sangat penting agar perilaku politik kader PKB tidak semata-mata berisi intrik dan fitnah. "Politik yang berdasarkan etika dan keteladanan seperti yang diajarkan dalam kitab Ahkam Al-Sulthaniyah akan membawa kemenangan bagi PKB," terangnya.

Mbah Dim menceritakan sejarah perpolitikan pada zaman Khalifah Islam awal antara Sayidina Ali, Muawiyah, dan Abdullah bin Abbas. Muawiyah saat itu menggunakan berbagai cara untuk meraih dan mempertahankan kekuasaannya. Kekuasaan Muawiyah yang cenderung abai terhadap etika politik itu akhirnya hancur oleh lawan politik.

Hadir dalam acara itu, Bendahara DPP PKB kubu Muhaimin, Erman Suparno dan seluruh pengurus DPP PKB. (rif)