Warta

Gus Mus Sepakat Pemberhentian Ali Maschan

Sen, 24 Maret 2008 | 09:13 WIB

Jakarta, NU Online
Mustasyar (penasehat) PBNU KH Mustofa Bisri atau lebih dikenal dengan panggilan Gus Mus menyatakan sepakat dengan pemberhantian Ketua PWNU Jawa Timur Ali Maschan Moesa oleh jajaran syuriyah PWNU Jatim karena menjadi calon wakil gubernur.

“Sekarang terserah dari syuriyah secara kolektif. Kalau mereka menentukan sesuatu tanfidziyah harus ikut, kalau tidak mau gimana, wong mereka pengendali organisasi. Ini harus didengarkan,” katanya.

<>

Sebenarnya, dalam AD/ART NU dan Peraturan Organisasi (PO) terdapat ketentuan bahwa jika pengurus harian NU mencalonkan diri dalam Pilkada atau menjadi tim sukses, mereka harus non aktif untuk sementara waktu.

Namun, pada Konferensi Wilayah NU Jawa Timur yang berlangsung akhir 2007 lalu, Ali Maschan telah menandatangani kontrak jamiyyah untuk tidak memasuki politik praktis. Jajaran syuriyah NU menganggap tindakan Ali Maschan untuk terlibat dalam Pilgub telah melanggar kontrak jamiyyah yang menjadi kesepakatan moral bersama.

Menurut Pengasuh Ponpes Raudhatut Thalibien Rembang ini siapapun yang ada di NU, harus mengikuti tata aturan yang ada di NU, jika terjadi pelanggaran, hal ini akan menimbulkan masalah.
 
“Di dalam AD/ART disebutkan syuriyah adalah pemimpin tertinggi, pengarah, pengendali daripada organisasi sedangkan tanfidziyah pelaksana sehingga kebijakan harus dari syuriyah,” tandasnya.

Pemberhentian Ali Maschan ini menurut Gus Mus bisa digunakan untuk mengerem kecenderungan menggunakan posisi sebagai ketua tanfidziyah sebagai batu loncatan untuk memperoleh jabatan politik yang lebih tinggi seperti menjadi bupati atau gubernur. Sebelumnya Ketua PWNU DKI Fauzi Bowo telah terpilih menjadi gubernur DKI sedangkan saat ini yang masih dalam proses pencalonan adalah Ali Maschan dari Jatim dan Ketua PWNU Jateng M. Adnan

“Kalau jadi juga, nanti yang dikhawatirkan orang ke NU tidak untuk ngrumati ummat,  tetapi sebagai batu loncatan untuk menuju jabatan-jabatan itu. Misalnya kalau jadi orang jadi ketua wilayah, cabang, nanti kepingin jadi gubernur, bupati, yang dikhawatirkan orang kan begitu,” ungkapnya.

Kejadian paling memprihatinkan terjadi di PCNU Nganjuk Jawa Timur. Rais Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah sama-sama mencalonkan diri menjadi wakil bupati dari pasangan yang berbeda. Gus Mus mengkhawatirkan hal ini menjadi kecenderungan dimasa yang akan datang.

“Nanti akan berkembang seperti itu. Pas konferensi NU, akan berkembang menjadi pemilihan Pilkada itu, mereka akan memburu ke sana dan itu akan jauh dari etika NU sejak awal dimana yang dikedepankan keikhlasan dan kepedulian masyarakat, khidmat dan lainnya,” tuturnya.(mkf)