Warta

Hasyim Muzadi Kritik NU

NU Online  ·  Kamis, 30 Agustus 2007 | 06:31 WIB

Salatiga, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi mengakui jika akar NU sangat rapuh sehingga ketika didobrak langsung sempoyongan. Untuk itu perlu dilakukan pembenahaan manajemen, yang merupakan tantangan berat bagi warga NU untuk melakukan perbaikan.

Hal itu disampaikan Hasyim saat melakukan pertemuan konsolidasi dengan warga NU di Hotel Quality, Salatiga, Jawa Tengah, Rabu (29/8) siang. ''Organisasi NU sebenarnya kuat di jamaahnya tetapi akarnya rapuh sehingga mudah digoyang,'' kata Hasyim.<>

Permasalahan lainnya, karena sering terjadi keributan di internal warga NU soal partai yang berdampak pada perpecahan. Kondisi tersebut tidak lain karena faktor kepentingan internal, berkaitan dengan keinganan menduduki jabatan di partai atau DPRD.

Hasyim juga mengkritisi, jika seringkali warga NU membuat masjid tetapi tidak membuat jamaah sehingga fungsi masjid tidak ada artinya. Dakwah yang disampaikan di masjid pun hanya sekadar pidato tetapi tidak membuka kitab, akibatnya pikiran-pikiran NU tidak disampaikan kepada umat.

Dengan kondisi tersebut, maka di masjid harus disampaikan dakwah yang menggunakan kajian ilmiah dengan dasar ilmu dari kitab. ''Agar menarik dakwah itu dikemas dengan konsep pidato,'' paparnya.

Hasyim kerap mendengar dakwah-dakwah yang isinya hanya melucu saja, tetapi maknanya tidak masuk kepada pendengar. ''Ketika orang pulang ikut pengajian, kemudian ditanya apa yang disampaikan penceramah. Jawabnya yang lucu-lucu saja. Ini ceramah kiai atau Tukul?'' ujarnya disambut tawa.

Dia juga meminta agar penceramah itu memahami apa kondisi pendengar bukan memberikan ceramah berdasarkan konsep yang diinginkannya.

Tak Ubah NKRI


Di bagian lain, Hasyim mengungkapkan aliran-aliran dari Timur Tengah yang bebas masuk ke Indonesia. Menurutnya yang menjadi masalah, bukan alirannya tetapi jaringan politiknya yang akan mengambil kekuasaan dan mengganti konsep NKRI. Kondisi tersebut harus diwaspadai dan menjadi tugas NU untuk mempertanahkan NKRI.

Diterangkannya NU datang tidak mengganti konsep NKRI tetapi menuangkan syariat ke dalam NKRI. Hal itu dilakukan karena NU sadar di Indonesia terdapat banyak agama, yang dianggap bukan sebagai musuh tetapi sebagai saudara. ''Konsep itu yang dilakukan oleh Wali Songo.''

Setelah bertemu dengan warga NU, Hasyim menjadi pembicara dalam Seminar Kebangsaan di Gedung Sinode Gereja Kristen Jawa (GKJ). Seminar bertema Meningkatkan Kerukunan Antarumat Beragama itu, digelar oleh Pengurus Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga Injili Indonesia. (sm/man)