Warta HALAQAH ULAMA

Jangan Terlena dengan Kebesaran NU

Jum, 4 April 2008 | 11:22 WIB

Jakarta, NU Online
Gelegar acara peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-82 Nahdlatul Ulama (NU) pada Januari-Februari lalu jangan sampai membuat warga NU (Nahdliyin) terlena. Harakah atau gerakan ke-NU-an harus terus digalang.

"Kita memang besar dan hebat dilihat dunia pada acara harlah kemarin, tapi jangan terlena," kata Ketua Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) KH A Nuril Huda pada acara Halaqah ulama dan tokoh NU di ruang pertemuan gedung PBNU Jakarta, Jum'at (4/4). Sejumlah pengurus dan tokoh NU hadir dalam halaqoh tersebut.<>

Jika tidak diteruskan maka momen peringatan harlah NU di Jakarta dan di berbagai daerah di Indonesia hanya menjadi semacam demostrasi dan pengerahan massa, tidak lebih dari itu. Menurut Kiai Nuril, para ulama, da'i dan pengurus NU perlu menguatkan kembali posisi dan peran di tengah-tengah masyarakat Pasca-harlah.

Rais Syuriah PBNU KH Ma'ruf Amin dalam halaqah bertajuk "Positioning Ulama dan Tokoh Masyarakat NU Pasca-Harlah" tersebut menegaskan, tujuan didirikannya NU adalah untuk melakukan gerakan-gerakan dalam rangka mewujudkan kemaslahatan umat.

"Syeikh KH Hasyim As'ary (tokoh utama pendiri NU, red) dalam pidatonya menanyakan, 'Hai para ulama, kita ini dilihat oleh umat, maka apa yang kita lakukan untuk umat'. Beliau menegaskan bahwa NU adalah harakat ulama fi maslahatil umat (gerakan ulama untuk kemaslahatan umat)," kata ketua MUI itu.

"Kalau ulama tidak bergerak maka disebut mabniyyun 'alas sukun (tidak diperhitungkan, red), bukan nahdlatul ulama (kebangkitan ulama) tapi sukutul ulama (ulama yang diam)," kata kiai ma'ruf Amin di hadapan para pengurus PBNU dan para pengurus NU di wilayah Jabodetabek dan Banten.

Ketua PBNU KH Masdar Farid Mas'udi pada kesempatan itu malah menyatakan bahwa jumlah warga Nahdliyin tidak bisa menjadi kebanggaan.

"Dari sisi kuantitas malah kita sangat berkurang dibanding pada tahun 1920-an. Berarti sebenarnya telah terjadi kemunduran kuantitas, maka kita tidak bisa melihat jumlah sebagai cerminan kebesaran," katanya. (nam)