Kekerasan Mengatasnamakan Agama, Jelas Bukan dari Pesantren
NU Online · Sabtu, 12 April 2008 | 10:46 WIB
Sejak awal, kalangan pesantren tidak asing dengan keberagaman budaya, etnis, agama. Bahkan, pesantren lebih bisa menerima perbedaan. Karenanya, tindak kekerasan, apalagi yang mengatasnamakan agama, jelas-jelas bukan berbasis tradisi pesantren. Salah satu pesantren yang terbuka itu adalah Buntet Pesantren yang didirikan pada 1758.
Hal tersebut Ketua Yayasan Pendidikan Islam Buntet Pesantren (YPIBP) KH Wawan Arwani, dalam sambutannya pada halaqah bertajuk Pesantren dan Radikalisme Agama, hasil kerja sama The Wahid Institute dan Pondok Buntet Pesantren, di Buntet, Cirebon Jawa Barat, beberapa waktu lalu.<>
"Dari dulu, pendiri pesantren ini sangat terbuka pada siapa pun. Di zaman penjajah Belanda, para kiai Buntet Pesantren terbiasa berkomunikasi dengan mereka," jelas Kiai Wawan.
Kiai Wawan menjelaskan, generasi keempat pendiri Buntet Pesantren, KH Abbas (ayah KH Abdullah Abbas), kerap diiundang berceramah di gereja-gereja, tanpa ada beban teologis apa pun. Sikap menghargai perbedaan itulah yang dicontohkan para kiai sepuh pesantren.
Hal senada diungkapkan Koordinator Kajian pada Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Nahdlatul Ulama (NU), Khamami Zada. Menurutnya, benih-benih dan kecenderungan radikalisme tidak pernah muncul dari pesantren yang berbasis NU.
"Saya tidak menemukan yang basisnya NU," ujar Khamami yang pernah nyantri di pesantren asuhan Ja'far Umar Thalib di Kaliurang, Yogyakarta, pada 1995 ini.
Dalam amatan Khamami, karakter dasar Islam Indonesia itu toleran, gotong royong, ramah dan bersaudara. Ini tak lain karena Islam datang bukan melalui militer atau penaklukan, melainkan melalui misi dakwah dan perdagangan. "Ini memengaruhi karakter Islam Indonesia," ujarnya.
Namun demikian, 10 tahun belakangan, terutama sejak tragedi Bom Bali tahun 2002, karakter ini berubah total. Wajah Islam yang dulu santun kini berubah menjadi keras dan bahkan garang. Apalagi setelah era reformasi, yang ditandai bermunculannya Islam impor dari Timur Tengah. (rif/nhm)
Terpopuler
1
Menyelesaikan Polemik Nasab Ba'alawi di Indonesia
2
Mahasiswa Gelar Aksi Indonesia Cemas, Menyoal Politisasi Sejarah hingga RUU Perampasan Aset
3
Rekening Bank Tak Aktif 3 Bulan Terancam Diblokir, PPATK Klaim untuk Lindungi Masyarakat
4
Hadapi Tantangan Global, KH Said Aqil Siroj Tegaskan Khazanah Pesantren Perlu Diaktualisasikan dengan Baik
5
Advokat: PT Garuda dan Pertamina adalah Contoh Buruk Jika Wamen Boleh Rangkap Jabatan
6
Israel Tarik Kapal Bantuan Handala Menuju Gaza ke Pelabuhan Ashdod
Terkini
Lihat Semua