Warta GUS DUR WALI (19)

Kiai Said Yakin 100 persen Gus Dur Wali

Sel, 22 Maret 2011 | 05:47 WIB

Jakarta, NU Online
Gus Dur memiliki pergaulan yang sangat luas, tetapi tak banyak yang turut menyaksikan karomah yang dimilikinya. Diantara sedikit orang itu adalah KH Said Aqil Siroj yang sekarang menjabat sebagai ketua umum PBNU.

Dengan melihat secara langsung karomah Gus Dur, tak heran Kiai Said yakin 100 persen Gus Dur merupakan seorang wali atau kekasih Allah. Pengalaman spiritual Kang Said bersama Gus Dur ini akan dimuat secara bersambung di NU Online.
;

Kang Said yang mengambil disertasi soal tasawwuf ini menjelaskan, terdapat dua kategori wali, yaitu waliyullah dan wali hukukillah. Waliyullah merupakan wali yang pencapaian kewaliannya tidak malalui prosedur normatif, tetapi Allah langsung mengangkatnya menjadi seorang wali.

Beberapa wali yang masuk kategori ini diantaranya adalah Rabiah Adawiyah, dari seorang pernyanyi, kemudian taubat dan menjadi wali dengan tingkatan yang sangat tinggi. Kemudian Ibrahim bin Adham, seorang pangeran kerajaan, kemudian taubat dan pindah haluan dengan menekuni kehidupan keagamaan, terus diangkat menjadi wali.

Sementara itu, wali dalam arti normatif atau berproses melalui kehidupan sufi, ia harus melalui berbagai tahapan sebelum akhirnya menjadi wali, dari taubat, wara, menjadi lebih selektif, terus zuhud atau menganggap kecil dunia, sabar, tawakkal, ridho, syukur, tahalli, tajalli, sampai akhirnya mencapai makrifat.

“Gus Dur termasuk yang waliyullah, yang loncat. Terserah Allah, yang dia maui yang dijadikan,” terangnya.

Proses menuju kesufian juga bisa ditinjau dari aspek metafisik dan tasawwuf. Pendekatan tasawwuf menekankan latihan, sementara metafisik menekankan renungan. Wali yang memulai dari kajian filsafat diantaranya Ibnu Sina dan Ibnu Arobi, dari filsafat kemudian masuk ke dunia sufi dan melakukan riyadhoh dan mujahadah.

Para sufi yang melakukan keduanya, adalah Imam Ghozali dan Imam Junaidi al Bagdadi. “Imam Junaidi termasuk juga filosof, tetapi mungkin jarang orang membaca tulisan-tulisannya,” jelasnya.

Gus Dur menurutnya, memiliki banyak kelebihan, diantaranya, memiliki gen yang baik karena berlatar belakang keluarga ulama yang disegani masyarakat, kedua, otaknya cerdas dan ketiga setelah bosan dengan analisis rasional, Gus Dur berusaha mengembangkan instuisinya.

Kiai Said juga menegaskan, sufisme hanya hanya milik Islam, tetapi merupakan nilai universal yang ada pada setiap agama. Agama Nasrani, Hindu, Konghucu, Budha, bahkan para filosof Yunani kuno juga pengikut sufi seperti Pytagoras dan Platinus.

Dijelaskannya, agama yang paling sedikit dalam aspek kesufian adalah Yahudi, yang sangat menonjol aspek materialismenya. Yang menganut sufi adalah sekte Kabbala (kapalistik). (mkf)