Warta

Larangan Takbir Keliling Tak Dipermasalahkan

NU Online  ·  Jumat, 3 September 2010 | 10:40 WIB

Jombang, NU Online
Takbir keliling pada malam Lebaran mendatang bakal dilarang. Polres Jombang menghimbau pada masyarakat untuk tidak melakukan takbir keliling menggunakan kendaraan. Alasannya, takbir keliling dianggap menggangu keamanan. Imbauan teresebut menurutnya, senada dengan imbauan yang dikeluarkan Pemkab Jombang.

''Kalau takbir dengan jalan kaki atau gak pakai kendaraan boleh," kata Kabagops Polres Jombang, Kompol Masduki, ditemui di kantornya, kemarin (2/9).  Pelarangan takbir keliling di Kota Santri Jombang ini langsung direaksi beragam oleh sejumlah kalangan. Sebagian diantaranya berharap takbir keliling diperbolehkan sebagai bagian tradisi Lebaran. Apalagi sejak jauh hari banyak elemen masyarakat di desa-desa yang telah menyiapkan takbir keliling tersebut.<>

''Kalau tidak ada takbir keliling, bagaimana kita mengarahkan para pemuda agar tidak pawai takbiran menggunakan motor dan kendaraan roda empat. Apalagi, selama ini takbir keliling yang kita adakan tidak pernah ada masalah. Malah bagus untuk melatih anak-anak mensyiarkan agamanya sejak dini,'' terang Budiono, panitia takbir keliling Desa Pulorejo, Kecamatan Ngoro.

Sehingga bisa mencegah mereka terjerumus aktivitas negatif. Sebab Kamis (26/8) lalu, aparat kepolisian baru saja mengamankan seorang pengedar narkoba di desa tersebut.

Para ulama sendiri menyatakan tidak ada alasan melarang takbir keliling. ''Kalau alasannya karena ada mudarat seperti tawuran. Faktanya selama ini hampir tidak ada tawuran dalam takbir keliling. Tawuran malah lebih banyak di acara dangdutan yang sampai sekarang tidak pernah dilarang,'' lontar Ketua PC NU Jombang KH Isrofil Amar.

Apalagi, selama ini takbir keliling penuh dengan nilai syiar agama. Bahkan menjadi momentum umat Islam untuk mengagungkan kebesaran Allah diseluruh penjuru daerah sepanjang malam. ''Masak takbir keliling yang hanya setahun dua kali dilarang dengan macam-macam alasan sementara dangdutan yang nyata-nyata sering tawuran dan bisa dilaksanakan kapan saja malah dibiarkan,'' ungkapnya.

Efek pelarangan takbir keliling sendiri menurutnya bisa memicu resistensi dari masyarakat. Sebab mengebiri hak masyarakat untuk beribadah. ''Menyuarakan pendapat di jalanan saja boleh. Masak syiar agama keliling kampung malah tidak boleh?''

Makanya daripada melarang, pihaknya lebih setuju jika takbir keliling dikelola secara baik. Dengan melibatkan semua unsur yang ada. ''Kalau di desa ya melibatkan aparat desa termasuk hansipnya. Kalau di kecamatan ya melibatkan Muspika termasuk Polsek,'' katanya seperti dilansir Radar Mojokerto.

Hal yang sama juga disampaikan Ketua MUI Jombang KH Cholil Dahlan. ''Tidak baik melarang takbir keliling karena memang bagian dari syiar agama. Sebaiknya takbir keliling itu dikelola sebaik mungkin agar tidak sampai mengganggu kelancaran lalu lintas dan ketertiban umum,'' urainya.

Ketua Dewan Pendidikan KH Junaidi Hidayat juga punya pendapat sama. ''Lebih bijak mengelola takbir keliling secara baik daripada melarangnya. Sebab para pelajar yang mayoritas mengikuti takbir keliling banyak mendapat pelajaran positif dari situ. Terkait kemudlaratan yang kemungkinan ada dalam takbir keliling, itu menjadi tanggung jawab kita semua untuk mencegahnya.'' (ful)