Warta KONFLIK POSO

Maluku Bisa Jadi Contoh Penyelesaian Konflik

NU Online  ·  Ahad, 5 November 2006 | 06:41 WIB

Ambon, NU Online
Dirjen Bimas Islam Departemen Agama RI KH. Nazaruddin Umar menilai proses perdamaian di Maluku yang semakin kuat tercipta di tengah-tengah masyarakat dapat dijadikan sebagai contoh untuk penyelesaian kasus konflik di Poso, Sulawesi Tengah.

"Kita semua harus membuka diri untuk mengadopsi proses penyelesaian konflik di Maluku ini sebagai salah satu model untuk penyelesaian konflik yang masih berlarut-larut di Poso," katanya, seperti dikutip kantor berita ANTARA, di Ambon, Sabtu (4/11).

<>

Katib Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu berkunjung ke Ambon bersama sejumlah pimpinan agama dalam rangka menghadiri perayaan Halal Bi Halal Pemprov, TNI/Polri dan masyarakat Maluku yang dipusatkan di Lapangan Merdeka Ambon, Jumat malam, mengakui, pemerintah harus membuka diri untuk melihat proses perdamaian di Maluku yang tercipta karena kesadaran tinggi yang muncul masyarakat.

Pemerintah pusat, katanya, tidak perlu malu untuk mengakui kelemahan dan lambannya proses pengelesaian konflik di Poso dan harus membuka diri untuk belajar dari Maluku yang ternyata mampu menyelesaikan konflik bernuansa SARA lebih cepat dari yang diprediksi berbagai kalangan.

"Kita harus berani mengakui bahwa ternyata konflik SARA di Ambon dan Maluku selesai lebih cepat dari prediksi banyak kalangan termasuk dunia luar. Ini prestasi besar yang diperlihatkan pemerintah dan masyarakat di Maluku yang harus dipelajari daerah lain," katanya.

Menurutnya, sekarang pemerintah harus bekerja seoptimal mungkin untuk menciptakan kondisi keamanan di Poso sama seperti yang terjadi di Ambon dan Maluku pada umumnya. "Semua masyarakat di Ambon malah bisa berkumpul bersama untuk merayakan perbedaan tanpa memandang status sosial maupun agama. Kalau Ambon bisa kenapa Poso tidak bisa," tegasnya.

Ia menyatakan optimismenya dalam waktu dekat kondisi di Poso akan pulih kembali sama halnya seperti yang terjadi di Ambon, di mana penyelesaiannya harus mengedepankan cinta kasih dan perdamaian yang hakiki.

Nazaruddin juga mengakui, penyelesaian konflik Maluku jauh lebih cepat selesai dikarenakan kerja keras pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama, bahkan kesadaran masyarakat untuk saling menghargai sesama umat beragama sebagai sesama "orang basudara" (orang bersaudara-red), merupakan landasan pijak utama penyelesaian konflik berkepanjangan itu.

Selain itu, pranata sosial dan kearifan budaya lokal seperti "Pela" (hubungan kekerabatan dan persaudaraan antar dua desa atau lebih yang berlainan agama) dan "Gandong" (sekandung) masih dianut dan mengakar dengan kuat dalam tradisi masyarakat di provinsi seribu pulau ini, sehingga konflik dapat diselesaikan dengan depat.

"Cara-cara penyelesaian seperti ini yang perlu dijadikan model bagi penyelesaian konflik di Poso. Semua umat beraga juga perlu mendalami agamanya dengan baik karena dengan begitu perdamaian akan tercipta karena setiap agama mengajarkan cinta kasih dan bukan permusuhan atau perang," tandasnya.

Nazaruddin yang hadir didamping Sekum MUI Pusat, Dr. Amirullah Achmad, Ketua PB NU Dr. H. Andi Jamaro, Sekretaris Walubi Pusat Prof. Philip K. Wijaya serta salah satu pimpinan PGI Pusat itu, mengakui sangat terharu dengan suasana harmonis yang terjalin antara umat Muslim-Kristen di Maluku, di mana dapat berkumpul bersama untuk merayakan perbedaan. (ant/han)