Warta

Masjid-Mushola NU Harus Jadi Pusat Pendalaman Aswaja

Ahad, 3 Februari 2008 | 22:42 WIB

Jakarta, NU Online
Tempat ibadah masjid dan mushola yang didirikan warga Nahdliyin (sebutan untuk warga Nahdlatul Ulama-NU) harus menjadi pusat pengajian dan pendalaman akidah Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Karena itu, warga Nahdliyin di seluruh Indonesia harus memberdayakannya.

Demikian dikatakan Ketua Umum Pengurus Besar NU KH Hasyim Muzadi di hadapan 300 ribu massa Nahdliyin pada puncak peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-82 NU di Gelora Bung Karno, Jakarta, Ahad (3/2).<>

Hasyim menjelaskan, pusat pengajian dan pendalaman Aswaja yang dimaksud haruslah mennggunakan acuan kitab-kitab klasik atau kitab kuning. Menurutnya, litaratur yang biasa dijadikan rujukan para ulama NU itu harus selalu dilestarikan karena selama ini banyak ditinggalkan.

“Perlu dilestarikan kembali agar warga Nahdliyin tidak mudah ‘masuk angin’ (terpengaruh paham atau ajaran lain selain Aswaja) dan tahan terhadap ‘serangan’ ideologi-ideologi lain,” terang Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur, itu.

Ia menambahkan, saat ini, banyak bermunculan paham, ajaran dan ideologi yang dapat merusak akidah warga Nahdliyin. Seperti halnya paham fundamentalisme dan liberalisme. “Juga marak aliran-aliran sesat belakangan ini,” ujarnya pada acara yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla itu.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan, NU hendak menyebarkan dan mengembangkan paham Islam moderat ala NU ke seluruh dunia. Forum ulama dan cendekiawan muslim se-dunia atau International Conference of Islamic Scholars (ICIS), katanya, merupakan sarana untuk menyebarkan paham tersebut.

“Nahdlatul Ulama sama sekali bukan mengadopsi sistem, filsafat dan gerakan politik luar negeri yang belum tentu sesuai dengan kondisi negara Indonesia berdasarkan wadah republic dengan filsafat dan aturan mainnya,” terang Hasyim yang juga Sekretaris Jenderal ICIS. (rif)