Warta

Masyarakat Cirebon Usulkan KH Abbas Sebagai Pahlawan Nasional

Rab, 11 November 2009 | 04:23 WIB

Setelah, NU Online
Setelah sempat diusulkan sejumlah ulama pada era kepemimpinan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), termasuk di dalamnya Gus Dur, usulan agar ulama kharismatik asal Buntet Pesantren, Kabupaten Cirebon, almarhum KH Abbas Abdul Jamil dinobatkan sebagai pahlawan nasional kembali mengemuka. Masyarakat meminta Kiai Abbas dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional atas peran strategisnya dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Di Cirebon, sebanyak 18 perwakilan stasiun radio komunitas sewilayah III Cirebon, menyampaikan dukungan agar KH Abbas Abdul Jamil menjadi salah satu pahlawan nasional. Acara penandatanganan dukungan digelar kemarin (10/11) mulai di Desa Klayan, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon.<>

Selain ratusan anggota Jaringan Radio Komunitas (Jarik), hadir pula perwakilan dari PMII Cirebon, kuwu Desa Klayan, Fahmina Institute, Asjap Institute, GP Ansor, dan elemen lainnya.

Dari sejumlah elemen yang hadir bersepakat untuk mendukung KH Abbas Abdul Jamil sebagai pahlawan nasional. Kiai Abbas adalah putra sulung KH Abdul Jamil yang dilahirkan pada hari Jumat 24 Dzulhijah 1300 H atau 1879 M di Desa Pekalangan, Kabupaten Cirebon.

"Kami tidak berniat untuk mengungkit-ungkit perjuangan beliau, tetapi ini merupakan wujud penghormatan kita kepada pahlawan dari Cirebon, yang dilahirkan di Buntet. Karena selama ini banyak pahlawan yang belum tercatat di sejarah nasional kita," tutur Ketua Jarik A Rovahan.

Menurutnya, wacana tentang peran KH Abbas sebenarnya sudah beredar di berbagai media, namun masih banyak masyarakat yang belum tahu kiprahnya saat peristiwa 10 November di Surabaya. Bahkan sampai sekarang masih belum ada yang berani untuk mengusung Kiai Abbas sebagai salahsatu pahlawan nasional.

Ketua DPC PKB Kab Cirebon, Zainal Arifin SAg juga menyatakan dukungannya. Wakil ketua DPRD Kabupaten Cirebon itu mengatakan, di kalangan santri pondok pesantren kiprah dan perjuangan KH Abbas dalam menghalau penjajah sudah menjadi pengetahuan umum. Namun masyarakat secara luas belum banyak yang tahu, terutama peran beliau dalam momentum-momentum perjuangan yang tercatat dalam sejarah seperti perlawanan 10 November 1945 di Surabaya dan lainnya.

"Bahkan menurut teman saya yang nyantri di pesantren Desa Kajen, Margoyoso, Pati, masyarakat setempat terutama para sesepuhnya juga banyak yang bercerita bahwa KH Abbas dari Buntet Cirebon juga pernah memimpin perlawanan terhadap Belanda di daerah Margoyoso Kabupaten Pati, Jawa Tengah dan sekitarnya,” ujar dia.

Sementara itu, salahsatu cicit KH Abbas Abdul Jamil, KH Cecep Ahmad Nidzomuddin mengutarakan riwayat KH Abbas dengan mengilustrasikan bahwa sang kakek buyut bukan hanya sosok ulama biasa, tapi seorang ulama yang berwawasan kebangsaan.

"Beliau sangat berjasa bagi bangsa ini. Berbicara bangsa berati berbicara KH Abbas, karena berdirinya Buntet itu lebih tua daripada bangsa ini dan dari awalnya kiai berjuang demi kemerdekaan bangsa ini," tuturnya.

KH Abbas Abdul Jamil memiliki peranan penting dalam serangan 10 November 1045 di Surabaya. "Sebelum melakukan perlawanan KH Hasyim Asy’ari mengatakan, kita tunggu “macan” dari Cirebon dan “macan” tersebut adalah KH Abbas Abdul Jamil dan yang menentukan hari perlawanan dan jamnya juga adalah KH Abbas kemudian disetujui oleh Bung Tomo," kisahnya sambil mencoba mengingat-ingat.

Dia juga menceritakan sosok KH Abbas, sebagai seorang yang merangkul semua kalangan. "Beliau adalah sosok ulama yang dapat bergaul dengan semua kalangan, dengan Belanda juga kenal bahkan Jepang pun dia kenal dan punya hubungan yang baik, tapi bukan untuk bekerjasama," ungkapnya. (lil)