KH Abdurrahman Chudlori (Mbah Dur) mengatakan, dua metode penentuan 1 Syawal, yakni rukyat (melihat bulan) dan hisab (perhitungan astronomi), tak bisa disatukan. Namun, menurutnya, kedua metode itu memiliki dasar yang benar. Sehingga semua benar.
Mbah Dur yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah, berharap, jika memang terjadi perbedaan, hendaknya jangan menjadikan perpecahan di kalangan umat Islam.<>
Tetapi, justru dijadikan sebagai modal untuk saling menghormati antara sesama Muslim," kata Mbah Dur di Magelang, Jawa Tengah, Jumat (28/9) kemarin.
Ia minta perbedaan penentuan tanggal 1 Syawal jangan menjadikan bingung umat Islam. Masyarakat perlu diberi pemahaman hal ini. Yang sudah bisa membuat kalender, tak harus mendasarkan rukyat. "Tetapi hendaknya jangan mengajak orang lain. Tetapi jika orang lain menyatakan ikut, biar orang satu desa, tidak apa-apa," katanya.
Seperti diketahui, Muhammadiyah mengumumkan 1 Syawal 1428 H pada 12 Oktober 2007. Sedangkan pemerintah belum menentukan hal itu, karena masih akan melakukan sidang isbat (penentuan) terlebih dahulu pada 11 Oktober mendatang.
Kiai berpengaruh di Jateng itu mengemukakan, warga NU tidak akan berani melaksanakan salat Idul Fitri sebelum melihat bulan sebagai patokan penetapan 1 Syawal. "Kalau mendung dianggap belum keluar, sehingga puasanya disempurnakan 30 hari. Syukur saat hisab, hasilnya sama dengan rukyat," ujarnya. (sm/man)
Terpopuler
1
Idul Adha Berpotensi Tak Sama, Ketinggian Hilal Dzulhijjah 1446 H di Indonesia dan Arab Berbeda
2
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025 M
3
Gus Baha Ungkap Baca Lafadz Allah saat Takbiratul Ihram yang Bisa Jadikan Shalat Tak Sah
4
Hilal Terlihat, PBNU Ikhbarkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025
5
Pengrajin Asal Cianjur Sulap Tenda Mina Jadi Pondok Teduh dan Hijau
6
Jamaah Diimbau Hindari Sebar Video Menyesatkan, Bisa Merusak Ibadah Haji
Terkini
Lihat Semua