Warta HARLAH KE-58 FATAYAT NU

Menakertrans: Fatayat, jadi Agen Perubahan

Ahad, 4 Mei 2008 | 12:03 WIB

Slawi, NU Online
Permasalah bangsa seperti kemiskinan dan pengangguran masih menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia. Penyelesaiannya, merupakan tanggungjawab bersama.

Demikian diungkapkan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Erman Suparno dalam sambutannya pada puncak Harlah ke-58 Fatayat NU tingkat Nasional di Gedung Olah Raga (GOR) Tri Sanja Jl. Ir. Juanda Slawi, Kab. Tegal Jateng Ahad (4/5) siang.

“Termasuk Fatayat NU mempunyai fungsi sebagai agen untuk melakukan perubahan keadaan tersebut, sekaligus mendudukan peran Fata<>yat NU sendiri sebagai agen perubahan,” ungkapnya.

Fatayat NU dilahirkan pada tanggal 24 April 1950. Peringatan harlah ini sendiri berlangsung di seluruh Indonesia yang rangkaian acara dan waktunya disesuaikan dengan kondisi wilayah atau cabangnya masing-masing.

Melambungnya harga minyak dunia yang berimbas pada naiknya harga pangan, tentu yang jadi korban adalah perempuan. “Namun hal itu tidak cukup hanya ditangisi, dicaci maki kebijakannya, atau dijadikan wacana politik tapi harus ada upaya kongkrit,” kilah menteri.

Fatayat NU, lanjut Eman adalah stake holder dengan jutaan anggota wanita muda dituntut lebih berperan dan dapat bekerja sama dengan pemerintah. Upaya konkrit itu, dapat diwujudkan dengan MoU life skill guna menciptakan lapangan tenaga kerja baru.

Pada kesempatan tersebut, Menteri memberikan bantuan stimulan bagi 250 pengrajin tahu dan kegiatan home industri lainnya untuk disalurkan pada beberapa daerah melalui PP Fatayat NU sebesar Rp. 200 juta. Selain itu, Menteri juga menyalurkan dana sebesar Satu Milyar rupiah pada Bupati Tegal untuk membangun Balai Latihan Kerja (BLK) beserta Asrama. “BLK ini, kami utamakan untuk pelatihan para kader Fatayat di Jawa Tengah,” ucapnya.

Sementara Bupati Tegal H. Agus Riyanto, S.Sos MM menceritakan kalau Kab. Tegal yang kondang dengan sebutan Jepangnya Indonesia, tapi tetap saja masih ada pengangguran sebesar 11.998 orang dan 3.918 adalah perempuan atau sekitar 30%. Makanya, dia berkeinginan memiliki BLK dilingkungan Pesantren. (was)