Warta

Muslimat NU Minta Pemerintah Proaktif Soal Susu Berbakteri

Kam, 17 Februari 2011 | 10:30 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa meminta agar pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan proaktif dalam mensikapi keresahan masyarakat menyangkut isu beredarnya susu yang mengandung bakteri enterobacter sakazakii yang membahayakan kesehatan balita.

“Yang mempublikasikan pertama kali adalah IPB, maka kalau tidak ada kesukarelaan IPB untuk mempublish kembali, Kementerian Kesehatan, Badan POM tolong proaktif berkomunikasi. Fungsi negara untuk melindungi warga, jangan sampai masyarakat resah, apalagi dikaitkan dengan nasib anak bangsa ke depan,” katanya, Kamis (17/2).<>

Khofifah menduga ada negosiasi dengan beberapa perusahaan yang memproduksi yang kemungkinan besar mengandung bakeri tersebut sehingga kalau data tersebut diumumkan, maka citranya produk dan perusahaannya akan hancur.

“Kemungkinan terjadinya negosiasi luar biasa dari produsen susu bayi, tapi rasa aman dan keselamatan bagi masa depan anak bangsa harus diutamakan. Jangan sampai timbul ketidakpastian,” terangnya.

Jika ini tidak diumumkan, produsen susu sendiri juga akan dirugikan karena isu susu bayi merek tertentu mengandung bakteri sakazakii telah beredar luas di masyarakat, padahal pindah ke produk yang lainnya belum tentu aman.

Isu susu bahwa penelitian tersebut telah dilakukan beberapa tahun lalu, dan sekarang sudah tidak ada susu yang mengandung bakteri tersebut juga tidak dipercaya oleh masyarakat dan menganggap masih ada susu yang belum aman.

“Jangan mengentengkan, informasi di masyarakat muter-muter tidak jelas,” tandasnya.

Saran agar air susu dipanaskan terlebih dulu sebelum diberikan kepada bayi juga tidak selalu efektif karena tidak setiap situasi memungkinkan pemberian prosedur seperti itu, seperti ketika bepergian, sibuk, atau tengah malam ketika susu hanya dipanaskan dari air dispenser yang tak cukup membunuh bakteri.

Laporan yang diterimanya dari ibu-ibu Muslimat menyebutkan, ada yang sudah tidak membeli susu kaleng lagi dan beralih ke susu dus yang habis dalam waktu empat hari. Mereka berkeyakinan bakteri hanya bisa berkembang setelah kemasan susu dibuka setelah enam hari.

“Informasi yang tidak jelas seperti ini harus segera diluruskan oleh masyarakat agar keresahan tidak terus berlanjut,”tambahnya. (mkf)