Nabi Tak Pernah Berperang karena Beda Agama
NU Online Ā· Selasa, 9 September 2008 | 00:25 WIB
Nabi Muhammad SAW, pemimpin besar umat Islam, tidak pernah berperang karena masalah beda agama. Peperangan dengan orang-orang kafir pada masa Nabi tidak terjadi atas dasar agama, namun karena mereka telah menebar 'fitnah' sehingga menimbulkan chaos di kalangan masyarakat.
Demikian dikatakan KH Lukman Hakim, pemimpin (mursyid) Tarekat Sadziliyah Jakarta, saat memberikan Pengajian Ramadhan pada peringatan hari ulang tahun keempat Wahid Institut (WI), di kantor WI, Jl Taman Amir Hamzah, Jakarta, Senin (8/9). Pengajian juga dihadiri oleh penggagas WI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).<>
āIllat atau penyebab peperangannya adalah karena mereka telah menebar āfitnah' yang menimbulkan chaos di kalangan masyarakat, bukan karena masalah beda agama,ā katanya.
Pimpinan umum majalah Sufi itu menyitir ayat 193 surat Al-Baqarah, āDan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagiā. Menurutnya, ayat ini sering disalahfahami oleh sekelompok umat Islam garis keras.
Fitnah yang dimaksudkan sebenarnya adalah perbuatan-perbutan yang menimbulkan kekacauan, seperti mengusir sahabat dari kampung halamannya, merampas harta mereka dan menyakiti atau mengganggu kebebasan mereka beragama.
Ditambahkan, pada masa pemerintahan Sahabat Abu Bakar, tentara Islam juga memerangi kelompok orang-orang yang murtad atau keluar dari Islam. Namun peperangan itu sebenarnya bukan karena mereka keluar dari Islam tetapi karena mereka tidak membacayar zakat.
āWaktu itu seorang sahabat yang vokal yakni Umar bin Khattab memprotes Abu Bakar, ākenapa engkau melakukan apa yang tidak Nabi lakukan?ā Abu Bakar menjawab, āaku perangi mereka karena tidak mau mematuhi tatanan yang telah ditetapkan pada masa Nabi masih hidup (membayar zakat) dan pasti akan menimbulkan fitnah sosial,ā katanya.
Dalam pengajian bertajuk āSufisme Islam untuk Perdamaian Duniaā pakar tasawuf itu berpesan bahwa upaya menempuh perdamaian itu pada saatnya akan berhadapan dengan kekerasan.
Gus Dur yang memberikan taushiah setelah pengajian itu hanya memberikan tanggapan singkat, "penolakan itu adalah pemberian itu sendiri," katanya. āAl-manāu āainul atho`,ā kata Gus Dur mengutip salah satu kata mutiara dari Al-Hikam, kitab sufi karya ulama sufi terkemuka Syeikh Athoillah as-Sakandari. (nam)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Meyongsong HUT RI dengan Syukur dan Karya Nyata
2
Khutbah Jumat: Menjadikan Aktivitas Bekerja sebagai Ibadah kepada Allah
3
Khutbah Jumat: Menjaga Kerukunan dan Kerja Sama Demi Kemajuan Bangsa
4
Khutbah Jumat: Dalam Sunyi dan Sepi, Allah Tetap Bersama Kita
5
Redaktur NU Online Sampaikan Peran Strategis Media Bangun Citra Positif Lembaga Filantropi
6
Aliansi Masyarakat Pati Bersatu Tetap Gelar Aksi, Tuntut Mundur Bupati Sudewo
Terkini
Lihat Semua