Warta

NU Dukung Unity in Diversity

NU Online  ·  Senin, 24 Juli 2006 | 16:32 WIB

Bogor, NU Online
Keanekaragaman suku, bangsa bahasa maupun tradisi merupakan bagian dari kekayaan dan sunnatullah yang harus dihargai. NU sebagai organisasi sosial keagamaan di Indonesia sangat mendukung hal tersebut dan berusaha untuk mempertahankannya.

“Tugas kita adalah mengintegrasikan berbagai perbedaan tersebut dalam sebuah kerangka nilai-nilai kemanusiaan. Yang terbaik diantara kita adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada yang lainnya,” tandas ketua PBNU HM Rozy Munir dalam pembukaan 12th Asia Pcific Youth Conference yang berlangsung di Puncak Bogor Minggu malam (23/7).

<>

Konferensi yang diikuti oleh 250 pemuda dari 30 negara tersebut bertujuan membawa para pemuda dari seluruh wilayah Asia Pasifik agar belajar dan memberi semangat kepada mereka yang ingin berperan sebagai “agent of change” dalam masalah-masalah sosial di negara dan wilayahnya masing-masing.

Rozy menceritakan tentang pengalaman bangsa Indonesia yang dapat digunakan sebagai pelajaran tentang pluralisme. Indonesia berdiri dari berbagai suku, bangsa, tradisi dan agama tetapi mau bersatu padu untuk melawan penjajah dalam sebuah sumpah pemuda yang terdiri dari satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.

“Demi semangat persatuan, bangsa Indonesia memutuskan bahasa Indonesia yang berakar dari bahasa Melayu sebagai bahasa nasional, walaupun datang dari Pulau Penyengat Riau dan digunakan oleh sedikit orang, bukan memakai bahasa Jawa yang dipakai oleh sepertiga rakyat Indonesia,” tandasnya.

Nahdlatul Ulama saat ini juga telah mengembangkan jaringannya ke dunia internasional. Upaya untuk membantu perdamaian dunia dilakukan melalui International Conference of Islamic Scholars (ICIS) dengan mengundang berbagai ulama dan ilmuwan Islam untuk berdialog yang bertujuan menjembatani perbedaan antara Islam dan Barat.

Konferensi (ICIS) yang diselenggarakan Juni lalu juga membahas Muslim minoritas yang hidup di negara mayoritas non muslim. “Minoritas muslim harus mengapresiasi dan mengikuti aturan pemerintah dan sebaliknya, mayoritas muslim juga harus mengapresiasi golongan minoritas, pluralisme dan tradisi lainnya,” tuturnya.

Konferensi Pemuda ini akan diselenggarakan sampai dengan 30 Juli. Para peserta akan diajak untuk berdiskusi, melakukan transformasi pribadi, berbagi dan memperdalam hubungan dan membangun rasa saling percaya antara peserta. Mereka juga ditawarkan kesempatan untuk berbagi sejarah, budaya dan kebiasaan masing-masing guna mengenal keragaman dan saling menghormati tradisi yang dimilikinya.

Hadir dalam acara tersebut Deputi II Menpora Dr. Budi Setyawan, Dr. Habib Chirzin dan beberapa tokoh lainnya yang menjadi penasehat. Sejumlah aktifis muda dan mahasiswa NU yang berasal dari berbagai daerah juga menjadi peserta dan panitia konferensi ini.(mkf)