Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur (Jatim) mempertegas Khittah NU 1926 dalam tasyakuran Hari Lahir (Harlah) ke-84 NU di kantor PWNU Jatim, di Surabaya, Selasa (31/7).
"Khittah NU 1926 bukan sekedar menjaga jarak dari partai politik, tapi menata hati dalam bermasyarakat dan bernegara," ujar Ketua PWNU Jatim KH Ali Maschan Moesa.<>
Ia mengemukakan hal itu dalam sambutannya pada tasyakuran Harlah ke-84 NU yang dihadiri belasan politisi dari berbagai kalangan, antara lain PKB pro-Anam/PKNU, PKB Jatim pro-Imam Nahrawi, PKB Jatim "caretaker", PPP, PKS, dan Partai Demokrat.
Menurut Ali, Khittah NU 1926 berarti kembali kepada garis perjuangan Islam ala Walisongo yang bukan meng-Islam-kan negara, melainkan meng-Islam-kan masyarakat secara bertahap.
"Meng-Islam-kan masyarakat berarti NU mementingkan isi daripada wadah dalam bentuk negara atau politik, karena itu meng-Islam-kan masyarakat adalah menata hati masyarakat," ucapnya.
Menata hati, kata pengasuh Pesantren Luhur Al-Husna, Surabaya, itu, adalah memperbaiki moral masyarakat untuk dapat bersikap sabar, ikhlas, dan selalu berbuat dengan niat untuk agama.
"Jadi, kalau salat tapi suka mencaci maki orang, maka salat yang dilakukan tidak ada artinya, bahkan kalau bisa bersikap sabar saat dicaci maki orang, serta menganggapnya sebagai ujian," paparnya.
Tasyakuran Harlah ke-84 NU itu diawali dengan silaturrahim tokoh lama NU tahun 1970-an, silaturrahim pengurus ranting NU se-Jatim pada lima lokasi, khataman Al-Quran, dan tumpeng tasyakuran. (ant/sbh)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua