Jakarta, NU.Online
Sejak awal Nahdlatul Ulama (NU) mengembangkan pemikiran yang inklusif, menampung semua aliran pemikiran sejak yang paling kolot hingga yang paling moderat, dan tidak ada orang yang dikeluarkan dari NU gara-gara berpikir nyeleneh, Masdar Misalnya walaupun mengakui bahwa haji bisa dilaksanakan pada bulan-bulan tertentu di luar zulhijjah, MM Billah walaupun mengunggulkan Nabi Musa, tetapi semuanya tetap dianggap dalam spectrum NU, demikian diungkapkan KH Sofyan Yahya, ketua Tanfidziyah NU Wilayah Jawa Barat ketika memberikan pengarahan pada para pimpinan Cabang saat penyerahan bantuan komputer dari PBNU.
Selanjutnya ia mengajak para kiai dan pimpinan NU baik di wilayah maupun cabang agar tidak mudah marah dan menyalahkan generasi muda yang cenderung berpikir liberal, sebab mereka itu kader yang akan membawa NU lebih maju di masa depan, karena itu semuanya perlu diayomi, karena bagaimanapun nakalnya pemikiran mereka menurut pandangan kita saat ini, namun pemikiran semacam itu kalau direnungkan lebih jauh akan sangat berguna bagi agama dan bangsa ini di masa depan. Sebab yang dipikirkan para pemikir muda kita bukan jangka pendek, dan bukan untuk kepentingan material, tetapi keperluan besar yang berjangka panjang dan berwawasan luas.
<>Dengan cara itu menururt Kiai yang lulusan Timur Tengah itu kader NU tidak tergoda oleh isu formalisasi ajaran Islam. Sebab hal itu menurut pendapatnya merupakan isu yang sangat menakutkan, tetapi buktinya tidak ada. Hal itu ditegaskan berkaitan dengan maraknya isu penerapan Syariat Islam di kawasan itu. Bahkan dicontohkan oleh Kiai Sofyan beberapa kabupaten yang telah menerapkan syariat Islam,
terbukti tidak membawa perubahan substansial, ya tetap berjalan seperti sebelumnya.
Cita-cita mendirikan negara Islam tidak bisa sembarangan, sering cita-cita itu hanya diucapkan sebagai slogan, tetapi tidak dilihat kesiapannya dan implikasi. Dicontohkan Tasikmalaya yang sudah menerapkan syariat Islam ternyata hanya bisa membuat seragam busana muslim, tetapi justeru sering diterapkan secara keliru, sementara birokrasinya masih tetap lama, tetap korup dan manipulatif dan tidak Islami.
Prinsip keNUan perlu dipegang, karena ini merupakan format terbaik dalam konteks ke Indonesiaan saat ini, baik untuk menjaga keseimbangan social dan kerukunan berbangsa. Karena itu ia berharap pada Cabang agar komputer dan sarana internet yang ada didalamnya digunakan sebesar-besarnya untuk kemajuan NU, karena penggunaan alat ini sendiri merupakan langkah al akhdu bil jadidil ashlah (mengambil temuan baru yang lebih baaik) karena itu harus digunakan untuk kemajuan NU, biar NU biar NU tidak terbelakang, sebab menurut pengalamannya masih ada Kiai NU yang bersikap seperti Ashabul Kahfi (orang yang tertinggal oleh zaman) tidak tahu perkembangan sehingga masih takut dengan pejabat, sebab mereka mengira penguasanya masih otoriter seperti dulu, sehingga tidak berani melakukan kritik dan koreksi atas kebijakannya yang keliru padahal NU bertugas sebagai penjaga moral, untuk menegakkan kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Karena itu pula ia mengingatkan agar NU tidak meminta-minta harta atau jabatan dari manapun agar NU bisa tampil elegan dan lebih independen dalam menjalankan peran keulamaannya, sebagaimana dicontohkan oleh Kiai Hasyim, Kiai Wahab, Kiai Bisri dan sebagainya, mereka berani karena alim, dan bersih.(MdZ)
Terpopuler
1
Panduan Shalat Idul Adha: dari Niat, Bacaan di Antara Takbir, hingga Salam
2
Takbiran Idul Adha 1446 H Disunnahkan pada 5-9 Juni 2025, Berikut Lafal Lengkapnya
3
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
4
Khutbah Idul Adha: Mencari Keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam Diri Manusia
5
Terkait Polemik Nasab, PBNU Minta Nahdliyin Bersikap Bijak dan Kedepankan Adab
6
Khutbah Jumat: Meraih Hikmah Kurban di Hari Raya Idul Adha
Terkini
Lihat Semua